Hidup Hanya Bayangan Mimpi

Tak akan ditemukan jalan untuk pulang.. Manakala diri masih terbuai dalam mimpi yang panjang... Yang menjalani hidup selalu dengan ketidaksadaran... Karena tak pernah kau temukan kehidupan yang sebenarnya
Tak pernah ditemukan jalan untuk pulang... Manakala diri masih mengerjar imajisasi dan harapan fana... Yang muncul karena desakan kondisi kehidupan.... Agar diri dapat bertahan untuk hidup yang penuh kepalsuan
Ooiii... Nikmatnya tidur yang kulakukan... Indahnya gambaran imajinasi kehidupan yang ku kejar... Padahal semua tak mungkin ku hasilkan... Gambaran mimpi dan imanjinasi yang ku perjuangkan
Sadarlah diri ini... Bukan itu yang harus aku jalani... Karena tak sesuai dengan tugas diri.. Karena realita yang kucari bukan sekedar mimpi dan imajinasi
Terbuai tidur membuat diri tak pernah sadar... Hangatnya selimut terasa nyaman dan tak ingin bangun untuk membangun kehidupan... Bahkan akal pikir diri tak pernah bekerja... Tak heran hidup ini laksana bayangan semu yang terbang tak tentu arahnya
Ketahuailah  bahwa mimpi bagian dari perjalanan... Yang merupakan bagian dari lelaku manusia menuju kesempurnaan... Agar diri mampu menemukan imajinasi sebagai hamba... Untuk menemukan Sang Realitas yang nyata. (KAS, 15/10/2023, Realitas Mimpi dan Imajinasi)

 

Ada sebuah sabda Nabi yang mengatakan bahwa "setiap diri manusia sekarang ini dalam kondisi tidur dan mereka terjaga saat kematian menjemputnya". Jika diri mampu menangkap makna dari perkataan beliau mungkin sebuah tamparan yang keras karena hidup kita yang mungkin tidak dalam kondisi tidur dikatakan sebagai posisi manusia yang tidur. Maka ketika kondisi tidur ini memang terjadi mengakibatkan semua aktivitas yang sekarang ini dikerjakan hanya sebatas mengejar dan membangun mimpi tentang hidup di dunia ini saja.

Ketika diri kita dalam kondisi tidur maka otomatis mengakibatkan kerja indra manusia terutama akal tidak mungkin bekerja.  Hal ini tidak mungkin diri akan menjadi seperti umat manusia yang diharapkan.  Karena diri tidak pernah "bangun" dan hidup yang sesungguhnya untuk melakukan perjalanan di atas bumi ini.

Fenomena diri manusia yang tidur dapat dilihat dengan matinya "hati" yang seharusnya menjadi as penggerak kerja indra manusia.  Maka manakala fenomena ini memang terjadi dan dapat dibuktikan dengan kondisi sekarang ini yang dijalani tidak pernah mengedepankan hati dalam melakukan aktivitas dalam kehidupan di dunia ini.  Dan tidak heran hal seperti ini adalah sebagai sesuatu yang ditakutkan oleh para malaikat yaitu diri kita yang selalu membuat kerusakan dan senang menumpahkan darah. 

Kondisi yang tidur ini mengakibatkan diri hanya fokus pada internal diri dengan mengumpulkan banyak mimpi-mimpi tentang kehidupan.  Hal ini berdampak pada diri kita menjadi pribadi yang rakus tentang kehidupan duniawi karena selalu mengedepankan keinginan pribadi tanpa berpikir hadirnya manusia lain disekitar kita.  Bahkan mungkin menganggap bahwa yang lain adalah hanya peran pembantu untuk diri kita dalam membangun eksistensi diri dalam kehidupan ini.

Tidak ada yang salah dengan kepemilikan atau mengalami mimpi.  Karena mimpi adalah bagian dari hidup diri manusia dalam kehidupan di dunia ini.  Namun mimpi itu bukan sebagai hal yang pokok dalam tugas diri karena diri selalu diingatkanNYA melalui dua surat yang ada dalam Buku.  Karena Sang Pencipta telah membuat skenario "ilusi" bahwa kondisi diri kita sebagai manusia banyak yang  lalai akibat menemukan rasa nyaman dalam kehidupan yang dijalani di dunia ini.


Tafsir Mimpi

Bukan hal yang aneh manakala diri kita membicarakan mimpi yang terjadi dan mungkin bukan hal yang haram manakala selalu memikirkannya.  Karena banyak rujukan dari sejarah para tokoh-tokoh yang sukses lewat dirinya yang berhasil menafsirkan mimpinya menjadi sebuah temuan yang berguna.  Bahkan para Nabi pun banyak yang menerima perintah dari Sang Pencipta melalui mimpi yang dialaminya.  Maka ketika diri berbicara mengenai tafsir mimpi sebetulnya sebuah pencarian pengetahuan untuk mendapatkan bekal dalam kehidupan di dunia ini.

Mungkin orang yang tidak sependapat mengatakan bahwa mimpi hanya sekedar bunga tidur manusia yang terjadi akibat dari aktivitas yang dilakukan.  Sehingga mereka menganggap mimpi hanya sekedar sebuah ungkapan perasaan yang terpendam karena tidak dapat dilakukannya.  Dan mereka takut manakala mimpi dijadikan pegangan hidup karena merasa akan menjadi bingkai atau cara mencari "jalan keluar" untuk persoalan hidup yang dijalaninya sehingga dirasa akan menjadi perbuatan "mendua". 

Perlu diketahui Nabi Ibrahim As dan Nabi Yusuf As yang merupakan dua panutan kehidupan manusia juga melalui mimpi dirinya menemukan jalan kehidupan yang mengubah kondisi peradaban dunia.  Beliau percaya dengan mimpi karena yakin bahwa itu bagian dari cara Sang Pencipta dalam memberikan arah syiar ajaran dan pembuktian atas skenario yang harus dijalani.  Melalui proses pencarian arti dan penerjemahan makna dirinya menemukan kebenaran dari mimpi yang alaminya menjadi sebuah pengetahuan yang benar. Karena mereka sadar bahwa mimpi adalah bagian dari cara dan skenario  dalam membangunkan diri manusia untuk membuktikan hadirnya Sang Realitas dalam kehidupan ini.

Mimpi memang merupakan sebuah bayangan kehidupan manusia namun tugas diri bukan mengejar bayangan itu melainkan melihat bayangan sebagai sebuah pengetahuan untuk mengetahui adanya Sang Realitas.  Karena bayangan hanya merupakan muncul dari adanya realitas yang ada.  Menafsirkan mimpi dari bayangan kehidupan untuk memberikan gambaran tentang realitas yang ada dapat dilakukan manakala diri dalam kondisi "bangun" dari tidur.  

Kondisi bangun dari tidur inilah hakekat dari tugas menemukan diri sebagai manusia (tajjali).  Kesadaran akan muncul dan memberikan sebuah pencerahan baru tentang apa yang ada dalam mimpi kehidupannya dan bukan selalu terbuai dalam alam mimpi manusia.  Karena hidup diri bukan di alam mimpi melainkan dalam alam "skenario Tuhan" yang harus dijalaninya.  Dan kondisi inilah diri dapat melakukan tafsir mimpi yang sudah diberikan dalam bentuk bayangan kehidupan sebagai bekal pengetahuan yang benar dan bukan dilakukan manakala diri masih dalam tidur.    

Diri kita yang sudah bangun inilah yang mampu menemukan tafsir mimpi yang benar karena disitu mempu melihat mimpi sebagai: (satu) bayangan muncul karena adanya realitas dan cahaya; dan (dua) bayangan merupakan citra dari kondisi manusia. 

Sebagai bayangan yang muncul karena adanya realitas dan cahaya menunjukkan sebuah gambaran eksternalitas diri manusia sebagai sebuah gambaran universal bahwa terdapat hubungan antara obyek (manusia) - subyek (Sang Pencipta /cahaya) dan kerjanya. Seperti dalam pengetahuan bahasa mengatakan bahwa sebuah kalimat yang baik manakala terdiri dari Subyek - Predikat (kerja) - Obyek.  

Gambaran tata bahasa inilah yang sebetulnya mencerminkan bahwa mimpi adalah bagian dari kesempurnaan atau kelengkapan dari petunjuk kerja (predikat) bagi manusia.  Dan bayangan merupakan predikat dalam posisi pasif karena petunjuk sudah diberikan  dan tergantung kapasitas diri sebagai manusia dalam memahaminya  Dan perlu diketahui hal ini bukanlah pencapaian yang mudah karena sejalan bahwa belajar tata bahasa adalah sebuah pencarian ilmu yang penuh dengan tantangan.

Mimpi dalam perspektif ekternalitas ini merupakan sebuah petunjuk tentang arah  kehidupan dan gambaran yang berhubungan dengan "masa" kehidupan manusia. Sebuah karunia yang besar manakala diri mampu menangkap bahwa mimpi dalam perspektif ini karena mencerminkan hakekat kehidupan secara universal.  Kepemilikan pengetahuan ini akan dapat dicapai manakala diri sudah mengenal diri sendiri (tajjali) sehingga sudah pantas disebut dengan manusia dalam kondisi sempurna.  

Sebagai bayangan yang merupakan citra dari kondisi manusia menunjukkan sebuah gambaran internalitas dari diri manusia itu sendiri.  Karena bayangan merupakan gambaran dan pola dari sumber bayangan itu sendiri yaitu diri kita sebagai manusia.  Sehingga bentuk yang digambarkan bayangan merupakan manifestasi dari realitas diri yang hidup ini. 

Tafsir mimpi yang muncul sebagai sebuah pemahaman tentang bentuk pencapaian diri dalam mengenal diri sebagai manusia yang sempurna.  Sehingga pemahaman yang diterima dari bayangan yang muncul adalah sebuah nilai diri agar mampu memperbaiki dan introspeksi terhadap pengenalan diri sebagai makhluk yang sempurna.  Apapun gambaran yang muncul akan membuat akal bekerja untuk membaca diri secara internal agar mampu menjadi pribadi yang menyenangkan dimata Sang Pencipta.

Sebuah karunia yang besar manakala diri kita mampu menangkap hal semacam ini.  Dibutuhkan pelepasan dan pembukaan selimut hati yang selama ini selalu membalut diri manusia  dan hal ini memerlukan proses yang panjang agar diri mencapai titik tajjali ini.

Semoga diri dapat memaknai secara dalam tentang tulisan hidup hanya bayangan mimpi  Karena mimpi hanyalah bayangan yang selalu mengikuti arah kehidupan sehari hari. Dan jadikanlah bayangan sebagai bekal dan petunjuk untuk selalu menjadi pribadi yang menyenangkan Sang Pencipta.

(Hubungan mimpi dengan imajinasi akan dibahas dalam artikel selanjutnya)

Terima kasih
Magelang, 17/10/2023

Salam
KAS

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DIRI DAN ASTROLAH SANG PENCIPTA

Terjebak Jalan Pulang

Pasukan Bergajah