DIRI MANUSIA: ANTARA MUBAH DAN WAJIB

 DIRI MANUSIA: ANTARA MUBAH DAN WAJIB

oleh : Pakde Amin (Ki Ageng Sumingkir)


Pendahuluan

Globalisasi dan kemajuan jaman sangat mempengaruhi pola pikir manusia. kodrat manusia sebagai mahkluk sempurna yang tertinggi derajatnya diantara ciptaan Tuhan semakin sulit untuk kita capai.  Kesulitan mencapai hakekat manusia ini sudah jarang dipikirkan oleh manusia, karena kita sering berpikir secara instan dan berpikir yang khasat mata saja.   

Pemikiran yang instan dan khasat mata ini sudah merupakan budaya kita selama hidup.  Dan pemikiran yang seperti ini merupakan kemenangan para mahkluk lain yang "pada waktu" itu berjanji akan mengganggu manusia untuk bermetafosis menjadi mahkluk yang terbaik/sempurna dan menjadi wakil Tuhan di muka bumi ini.

Kesadaran manusia semakin rendah, pemahaman ilmu agama semakin luntur dan pandangan hidup berupa yang berupa "BUKU" sudah berubah makna dan hakekatnya.  BUKU tetap sama namun hanya sekedar bacaan yang dilagukan atau dilantunkan, namun jarang untuk digali lebih dalam maknanya.  padahal buku tersebut adalah berisi pedoman dan prosedur manusia untuk hidup. Mungkin kalo kalimat ini kita lontarkan ke umum akan menjadi masalah bukan menjadi bahan instropeksi diri. i

Ketika kondisi seperti ini terjadi banyak orang yang membolak balikkan hukum dan memperjualbelikan ayat-ayat Tuhan untuk self interestnya, yaitu memenuhi kebutuhan nafsunya bukan menjalankan perintah Tuhan.  Namun Tuhan tetap menjaga kemurnian isi BUKU tersebut dan tetap ada kaum yang masih mau memperjuangkan isinya untuk kehidupun dan kebaikan manusia seluruh alam raya.  karena selama masih ada kaum yang memperjuangkan kehidupan berdasarkan BUKU tersebut tetap Tuhan menjamin equilibrium kehidupan di bumi ini waluapun ada pergeseran titik equilibriumnya.

Pergeseran titik equilibrium ini karena kebanyakan manusia lebih mementingkan yang bukan wajib (Sunah dan Mubah) dibandingkan yang wajib.   maka dalam artikel ini saya akan mengkaji salah kaprah manusia yang sering terjadi, namun terlebih dahulu akan membahas masalah hukum hukum yang ada dalam diri manusia yang merupakan perjanjian manusia dengan Tuhan.  artikel ini terdiri dari empat sub pembahasan yaitu: Hukum wajib, hukum sunah, dan hukum Mubah serta kondisi hukum sekarang ini.

Hukum Wajib

Ketika kita membahas hukum wajib tidak terlepas dari kewajiban manusia. Pemahaman  wajib adalah pasti atau tepat. Sedangkan hukum wajib secara umum dikatakan adalah perbuatan yang apabila dikerjakan karena perintah atau aturan yang ada jika tidak dilakukan  maka akan mendapatkan  nilai negatif bahkan hukuman.  Namun banyak salah kaprah dalam mengartikan hukum wajib ini, dimasyarakat hukum wajib jika dilakukan karena bukan keiklhasan dalam melakukannya tapi  dihubungkan dengan imbalan atau pahala. Mengapa manusia melakukan ini seperti berniaga yang melakukan kewajiban masih memikirkan untung ruginya.

Padahal Tuhan tidak pernah berpikir demikian.  Tuhan sudah memberikan semua apa yang dibutuhkan manusia. Tuhan tidak perneah berpikir untung rugi dalam menciptakan manusia, jika berpikir untung rugi maka pasti menciptakan manusia jelas jelas banyak ruginya. karena manusia pasti membuat kerusakan di bumi-menumpahkan darah-bermusuhan-dst.  apakah dengan filosofi hukum wajib seperti ini kita melakukan kewajiban kita sebagai mahkluk Tuhan masih berpikir materialisme yang memikirkan untung ruginya.  jika iya maka apakah kita layak disebut dengan manusia.

Berbicara tentang kewajiban, maka kewajiban kita sebagai manusia terdapat tiga yaitu kewajiban terhadap Tuhan, kewajiban terhadap diri sendiri dan kewajiban terhadap mahkluk lain.  

Kewajiban terhadap Tuhan adalah kewajiban kita menjalankan amanat dasar yang mendasari manusia itu diciptakan.  kita ketahui bahwa manusia diciptakan dari zat paling rendah dibandingkan dengan mahkluk lain, namun rendah zat yang ada pada diri kita ini bukan berarati menjadi mahkluk yang hina dan rendah derajatnya.  Tuhan menjanjikan diri kita (manusia) menjadi mahkluk yang tinggi (dan sudah dipatentkan) namun jika manusia bisa menemukan akal dan berpegang pada "BUKU PEDOMAN" yang sudah diberikan kepada kita. Kewajiban ini membawa konsekuensi jika kita tidak bisa menemukan akal dan beda BUKU PEDOMAN maka akan dilemparkan diri kita menjadi mahkluk yang terhina di alam raya ini.

Itulah sebetulnya hakekat kewajiban kita sebagai manusia yang hidup di dunia ini.  namun tidak banyak yang tahu dan paham hakekatnya sesungguhnya dari kewajiban kita terhadap Tuhan.  Bodohnya diri kita sebagai manusia jika seperti ini.  dan memang sudah diprediksi oleh Tuhan manusia yang seperti ini lebih banyak dibandingkan dengan manusia yang menemukan hakekatnya.  maka jika kita jumpai dalam kehidupan nyata banyak manusia yang lebih hina/kejam/menjijikan dibandingkan dengan mahkluk lain yang derajatnya rendah.Memang perlu pemahaman dan kesadaran dalam diri kita untuk bisa menjadi manusia yang sesungguhnya, sehingga muncullah kewajiban manusia terhadap dirinya sendiri.

Kewajiban terhadap diri sendiri adalah kewajiban kita mempertahankan kodrat sebagai manusia yang sempurna.  pemahaman kodrat manusia sesungguhnya dimulai dari kesadaran diri kita.  kesadaran diri kita muncul ketika kita menemui "keanehan" di kehidupan yang kita alami.  kesadaran ini muncul ketika kita sudah beranjak umur dewasa dengan menemui sesuatu yang serba keterbalikan di lingkungan kita. 

kesadaran di awali dengan banyaknya kita belajar dan merenung akan kondisi kita, dan kembali membuka BUKU PEDOMAN hidup manusia.   Banyak perintah dan larangan yang tidak sesuai dengan kodrati hukum Tuhan.  pembuat larangan dan perintah ini hanya mendasarkan pada potongan ayat ayat Tuhan bukan BUKU Pedoman secara komprehensip. JIka kita sudah muncul kesadaran inilah dimulailah perjalanan untuk menemukan diri kita yang menjadi kewajiban terhadap diri kita sendiri.

kewajiban terhadap diri kita adalah proses awal manusia menemukan akal untuk berpikir tentang ilmu ilmu Tuhan dan di dasari asma Tuhan.   sehingga kewajiban terhadap diri kita ini terdiri dari tiga hal yaitu pertama harus belajar (merenung, meresapi dibawah kesadaran diri sebagai manusia sesungguhnya). kedua harus mengenal Tuhan untuk membukakan hidayah dan barakah dari Allah dalam belajar, dan yang ketiga adalah mempelajari BUKU PEDOMAN tersebut untuk mengenal ilmu Tuhan yang seharusnya berlaku bagi manusia untuk berlaku sebagai wakil Tuhan dialam raya ini.

Kewajiban terhadap mahkluk lain adalah puncak dari perjalanan manusia sebagai khalifatul fil ardh.  kenapa sebagai puncak kewajiban manusia? karena manusia sudah menemukan hakekat dirinya untuk hidup di bumi ini.  bukan seperti manusia pada umumnya yang hidup dibumi ini hanya sekedar hidup namun bukan hidup sebagai manusia yang sesungguhnya.

SUNNAH

Pemahaman umum tentang sunnah adalah merupakan perbuatan yang apabila dikerjakan mendapatkan pahala namun jika ditinggalkan tidak mendapatkan siksa.  Apa sebatas ini pemahaman kita sebagai orang yang memiliki akal.  jika kita tidak memiliki akal mungkin pemahaman ini benar dan kita yakini kebenarannya.  jika kita memiliki akal dan mau membuka buku maka akan lebih besar makna dari hukum sunah itu sendiri.  jika kita mengaku manusia maka (bukan menoelak pemahamam umum itu, namun kita juga harus belajar dengan menggunakan akal yang kita miliki dan bukan berdasarkan pemahaman untung dan rugi)

Apabila kita menengok hukum Allah maka kita mengenal adanya Sunnatullah.  pemahaman sunnatullah inilah yang seharusnya diturunkan menjadi dasar pemikiran untuk mendifinisikan makna sunnah.  ketika Muhammad SAW dikatakan sebagai Al Qur'an berjalan maka itulah yang dikatakan sunnatullah, jadi perbuatan sehari-hari Muhammad SAW itu merupakan pengejawantahan dari ayat-ayat Tuhan yang diintepretasikan dalam kehidupan sehari-hari.  jadi makna hukum sunnah lebih besar maknanya dibandingkan hanya sekedar pemahaman jika melakukan mendapat pahala dan jika ditinggalkan tidak apa apa.

Apakah manusia selain Muhammad SAW tidak bisa dikatakan sebagai Al qur'an berjalan? butuh pemikiran dan pemahaman yang lebih dalam dan diperlukan pembahasan yang lebih tidak sekedar lewat tulisan ini.  karena jika kita belajar BUKU PEDOMAN maka lebih enak jika kita saling membawa dan membuka serta mempelajari bersama-sama.

MUBAH dan MAKRUH

Secara umum mubah diartikan sebagai sesuatu yang tidak ada maknanya, dikerjakan tidak apa apa dan ditinggalkan juga tidak apa apa.  namun pengertian mubah ini boleh dilakukan akan tetapi tidak terdapat janji konsekuensi pahala dan bahkan lebih condong pada perintah.  sedangkan makruh adalah kebalikan dari mubah yaitu sesuatu yang lebih condong untuk ditinggalkan. namun pemahaman seperti ini jika manusia melakukan sekedarnya berarti juga tidak membawa nilai apa apa.

sebuah kasus umum ketika orang yang sebetulnya kegiatan itu be rsifat makruh namun kita melarangnya dan mengatakan itu sebuah perbuatan yang haram apakah ini juga bukan pengkhianatan terhadap hukum Tuhan.  dan apakah mereka tidak berpikir mengharamkan sesuatu yang tidak dilarang oleh agama adalah menyamai posisinya seperti Tuhan.

sebuah kasus umum ketika manusia bekerja hanya disiang hari dan kemudian karena tuntutan pekerjaan hingga lembur sampai malam bagaimana hukumnya? Kasus lain jika seorang wanita bekerja untuk membantu suaminya dan kemudian berubah  menjadi berlebihan apakah ini bukan menentang hukum Tuhan juga, Padahal kodrat wanita adalah mengasuh anak yang besuk akan dipertanggungjwabkan terhadap TUHAN.  Pemahaman penulis jika sesuatu dilakukan berlebih akan berubah menjadi sesuatu yang haram jika dilakukan berlebihan. 

(lanjut besuk ya)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DIRI DAN ASTROLAH SANG PENCIPTA

Terjebak Jalan Pulang

Pasukan Bergajah