DIRI: KONFIRMASI UMUR DAN KEMATIAN

KONFIRMASI UMUR DAN KEMATIAN 

 Matilah kita dalam kondisi Cinta, bukannya mati dalam pelarian, karena ketakutan yang menutup hati kita, membutakan akal pikiran dan jasad yang selama ini memenjara diri kita

Matilah kita dalam kondisi Cinta, karena mati adalah langkah kebebasan manusia dari jeratan kehidupan dunia, kehidupan yang selama ini menipu dan menyesatkan, menjadikan diri kita jauh dari langkah perjalanan tugas diri manusia...

Matilah kita dalam kondisi Cinta, karena mati tidak butuh bekal materi, tidak butuh penghormatan yang tinggi seperti layaknya seorang pahlawan, dan tidak butuh pula tangisan dari teman dan keluarga.

Matilah kita dalam kondisi Cinta, Yang dapat dicari adalah hakekat diri yang dicari dengan lelaku perjalanan sebagai musafir, Kebahagian dan kenikmatan kehidupan di dunia bisa tercapai, dan tiket perjalanan selanjutnya sudah ditangan kita....

Matilah kita dalam kondisi Cinta, karena mati adalah pintu dimulainya kehidupan, kenikmatan yang sudah dijanjikan Sang Pencipta, Untuk manusia yang lurus perjalanannya...  (Ki Ageng Sumingkir, 27/10/20)

Banyak manusia yang takut jika mendengar kata kematian, bahkan orang akan marah dan tersinggung ketika ditanya tentang persiapannya tentang kematian. Marah dan tersinggungnya manusia ini disebabkan mereka hidup didunia ini lupa atau lalai dengan hal itu.  Manusia menghindar dari pembicaraan tentang kematian, karena dianggap sebagai hal yang tabu dan mengerikan sehingga banyak yang mengalihkan nasehat-pemikiran bahkan persiapan tentang kematian yang akan dihadapi kita.

Ketakutan orang dan phobia kata kematian merupakan "kondisi" yang diakibatkan oleh culture manusia yang selama ini mereka dapatkan dari pemahaman keterbatasan ilmu yang dimiliki.  Keterbatasan ilmu ini diakibatkan karena sedikitnya literatur "umum" yang membicarakan hal tersebut.  Dan bahkan sampai dengan pendidikan "agama" yang selama ini mereka terimapun sedikit sekali membahas tentang kematian.  

Sedikitnya literatur yang membahas ini diakibatkan karena persepsi orang bahwa jika orang banyak diingatkan dengan kematian yang merupakan perjalanan kehidupan setelah dunia akan mengakibatkan menurunnya produktivitas kerja.  Produktivitas kerja turun diakibatkan oleh tidak banyaknya manusia yang bekerja mencari materi dan beralih pada kehidupan spiritualnya untuk memperbanyak bekal perjalanan kelak.

Pernyataan ini kemungkinan besar argumen yang mendasari kenapa sedikit manusia yang membicarakan tentang kematian.  Bahkan dari kecilpun kita sudah di framework dengan kehidupan semu dunia  yang selalu disuguhi dengan keindahan dan kenikmatan materi kehidupan dunia. Hal ini mengakibatkan kita lupa dan lalai dengan bekal kematian yang dianggap sebagai barang yang menakutkan dan tabu.

Ketika orang membicarakan kematianpun banyak yang mengatakan sebagai firasat bahwa orang yang mengatakan itu adalah orang yang mau meninggal.  Asumsi ini berkembang sejak dulu sampai sekarang, bahkan sekarang pun banyak pakar dan para ahli yang mencari formula agar manusia itu tidak bisa.  Ketakutan yang berlebih inilaa.h yang mungkin sebagai alasan dasar untuk membuat program-program kehidupan yang bisa membuat orang terlena dikehidupan dunia yang dapat melupakan atau melalalaikan masalah kematiannya.

Lupa atau lalainya manusia ini apakah sebuah strategi bisnis atau strategi musuh-musuh manusia yang menginginkan banyak teman di kehidupan besuk? atau apakah lalainya kita dengan masalah kematian merupakan unsur kesengajaan dari manusia lain yang tidak percaya dengan kehidupan setelah kehidupan didunia.  Maka dalam tulisan ini kita akan membahas masalah konfirmasi kematian dan rekonstruksi kematian dan cara cerdas dalam menghadapi kematian.

Konfirmasi Kematian

Pada saat aku mati, ketika keranda mulai diangkat dan diarak menuju ke pemakaman, banyak yang mengira itu adalah sebuah perpisahan, janganlah bermuram durja, janganlah bersedih, sebab itu hanyalah perpisahan secara jasmaniah,

Perpisahan jasmaniah hanyalah ujud dari pembebasan tugas diriku, perpisahan jasmaniah adalah awal aku menikmati, perpisahaan jasmaniah pembebasanku dari Tugas sang Pencipta , Dan Perpisahan bukan akhir dari kehidupan diriku, 

Aku tunggu para keluargaku,  aku tunggu para sahabatku, dan aku tunggu, untuk berkumpul di tempapat yang Indah yaitu Rumahnya Sang Pencipta.... (ki Ageng Sumingkir, 27/10/20)


Kematian adalah sebuah stasiun ke dua yang harus dilalui oleh setiap makhluk hidup.  Stasiun pertama adalah kelahiran, kelahiran adalah proses kita setelah kita sepakat dengan sang Pencipta bahwa kita mampu menjalankan amanah sebagai manusia.  Amanah manusia yang merupakan beban terberat dalam kehidupan kita agar menjadi mahkluk yang sempurna.  Perjanjian disepakati antara kita yang diwakili dengan Ruh kita dengan Sang Pencipta.  Perjanjian ini dikenal dengan perjanjian rububiyah.

Dalam perjanjian Rububiyah ini kita sepakat dengan perjalanan berat yang kita lalui didunia, semua sudah ditulis di dalamnya termasuk posisi derajat dan harta serta umur kita.  Kita sudah mempelajari berat ringannya perjanjian itu dan teken kontrak dengan sang Pencipta.  Dan dengan perjanjian inilah kita sudah diberikan oleh sang pencipta Peta perjalanan yang harus dilalui agar mampu mengumpulkan bekal untuk kehidupan menghadap sang Pencipta.

Namun begitu kita lahir, tangisan kita pertama adalah keterkejutan diri kita dengan "kondisi" baru yang dihadapi.  Kondisi inilah yang akan membawa dan membentuk diri kita apakah kita selamat dan mampu melaksanakan perjanjian dengan sang Pencipta. Namun tidak semua kondisi yang kurang bagus akan membawa hasil yang kurang bagus, atau sebaliknya kondisi yang baik belum tentu juga akan membawa kebaikan.  Itu semua tergantung pada diri kita dalam melakukan lelaku kehidupan dalam menjalankan perjanjian tersebut.

Dalam menjalankan lelaku dalam kehidupan didunia umur manusia dibedakan menjadi 3 (hal ini sama seperti apa yang dibedakan dalam BUKU PANDUAN).  Jika ilmu yang selama ini kita pejalari bahwa pengggolongan umur manusia dibedakan menjadi empat yaitu: anak-anak, remaja, dewasa dan Tua.  Namun buku panduan membedakan menjadi 3 yaitu anak-anak, remaja, dan Dewasa.  hal ini didukung bukti bahwa kehidupan di alam selanjutnya adalah mereka yang berumur dewasa bukan anak-anak atau remaja bahkan umur Tua.

Empat kategori pengetahuan umur secara umum ini dapat kami uraikan sebagai berikut:
Fase anak-anak,  Jika di dunia nyata fase anak anak dikatakan sebagai fase manusia mulai kelahiran sampai dengan umur 13 tahun.  fase ini memang mereka masih butuh bantuan orang lain agar bisa belajar untuk hidup.  fase ini ketergantungan pada orang lain sangatlah dibutuhkan sehingga dapat dikatakan bahwa manusia hidup karena orang lain.

Fase remaja,  Pemahaman umum mengatakan fase ini kita belajar untuk mandiri, karena dalam fase ini remaja sudah mampu untuk melaksanakan tugas harian dalam kehidupan malah sudah mungkin sebagian dari kita bisa hidup mencari sedikit rejeki untuk menambah uang saku.  Fase ini ketergantungan terhdapa orang lain mulai berkurang karena sudah diajari dengan ilmu kemandirian untuk kehidupannya.

Fase Dewasa, Pengetahuan umum mengatakan fase ini kita sudah mulai dituntut dengan tanggungjawab kehidupan. sehingga apa yang kita lakukan adalah untuk tujuan diri kita sendiri.  dalam pemahaman umum fase dewasa ini saat-saatnya kita produktif dalam menghasilkan khususnya hubungannya dengan fisik dan materi.  sehingga dalam fase ini kemandirian orang dalam berpikir sudah matang.  Namun banyak juga orang yang sudah dewasa namun kemandirian berpikir belum matang dan "matang" tapi dalam hal tipu daya.  Dalam ilmu ekonomi fase ini dikatakan sebagai puncaknya manusia hidup karena popularitas dan materi baru pada hasil yang maksimal. namun di fase ini juga sebagi titik balik manusia untuk turun menjadi remaja dan kembali ke anak anak jika mereka masih diberi umur sampe tua.

Fase Tua, Pengetahuan umum mengatakan bahwa fase ini sesudah manusia mengalami kematangannya, sehingga dalam bahasa lain dikatakan persiapan untuk "membusuk".  Karena fase ini adalah masa penurunan kinerja karena faktor usia.  Sehingga banyak orang mengakatakan fase ini adalah fase yang berdampak pada fassses. Ketika orang disibukkan dengan panduan buku lain dalam kehidupannya dan tidak pernah dia belajar untuk mencari diri mereka maka kesesatan akan terjadi dalam kehidupan.  apakah mereka pernah berpikir bahwa umur tua itu hanya sekedar seperti itu, tubuh sudah renta sering sakit-sakitan dan banyak ciri lain yang ada, apakah kita tidak berpikir sejauh mana besuk tua kita tidak menjadi beban orang lain.  Jika dimasa tua maka sudah seperti terlambat, namun jika sudah berpikir mulai dari remaja atau maksimal sudah mulai dianggap dewasa maka tidak ada keterlambatan.  Sang pencipta memberikan gambaran itu dengan jelas di Buku Panduan Hidup manusia, namun kita memiliki buku panduan lain yang kelihatannya lebih menjanjikan kebahagian yang pasti

Namun lain halnya dalam Buku Panduan Hakekat dari pembagian umur dibedakan menjadi tiga, yaitu fase anak-anak, fase remaja dan fase dewasa.

Fase anak anak ini dimaksudkan bukan masalah umur yang dimiliki oleh manusia Jka dipemahaman pengetahuan umum disebutkan bahwa fase ini adalah fase dimana manusia mulai belajar tentang hakekat lelaku kehidupan, dimana belajarnya kita mulai dari kita lahir sampai dengan umur kita bisa belajar mandiri untuk memulai langkah seorang musafir dalam mencari ilmu untuk perjalanan.  Dalam fase anak-anak ini kalo dilihat bukan dari masalah umurnya bisa juga kita yang sudah berumur 40 tahun baru dikatakan sebagai anak anak (merujuk sejarah Nabi).  

Pada fase anak-anak ini kita memerlukan bantuan dari "guru" (bisa orang yang sudah mengalami perjalanan musafir atau malaikat yang memang selalu ditugaskan oleh Sang Pencipta).  Bantuan "guru" ini adalah sebagai pembimbing dan pemberi petunjuk untuk membaca peta perjalan lelaku kehidupan yang merupakan tafsir dari Buku Panduan.  Kesalahan kita dalam memilih "guru" untuk membimbing akan berdampak besar dalam perjalanan, karena disini musuh besar manusia masih mampu menembus petugas penjaga diri kita.  Sehingga dapat dikatakan godaan besar terjadi di dalam fase ini.  Maka jangan heran jika banyak orang yang lelaku dalam kehibupan dan sudah memiliki "jubah" kesufian namun tindakan mereka jauh melebihi sifat hewan yang buas, memakan dan membunuh saudara kita tanpa belas kasihan, dan mereka pun memakai jubah kesufiannya sebagai bentuk kesombongan diri yang mengalahkan kesombongan yang dimiliki oleh sang Pencipta.

Fase remaja ini dimaksudkan fase dimana kita menemukan jati diri kita sebagai diri yang sesungguhnya.  Ketika kita menemukan jati diri kita sesudah mengenal jati diri otomatis konektivitas kita dengan sang Pencipta mulai bersinggungan.  Persinggungan ini mengakibatkan kita bisa melepaskan diri dari belenggu pengetahuan yang selama ini ada pada diri kita dan mulai dicoba digantikan dengan pengetahuan yang bersumber pada Buku Panduan.  Penggantian inilah yang mungkin menyebabkan sesuatu goncangan pada diri kita.  Apabila kita tidak mampu untuk mempertahankan atau sudah puas dengan setetes pengetahuan dari Sang Pencipta lewat buku Panduan yang kita pelajari akan mengakibatkan diri kita kembali ke awal manusia pada umumnya dengan memiliki kelebihan yang diberikan.  Namun hal itu bukanlah hakekat perjalanan lelaku kita dalam mempelajari ilmu pengetahuan. 

Di fase remaja ini juga bisa mengakibatkan orang akan mengalami ketidakseimbangan lelaku mengakibatkan mereka dikatakan stress oleh masyarakat umum.  Ketidakseimbangan ini diakibatkan kecilnya kapasitas diri kita yang tidak pernah terupgrade oleh pengetahuan.  sebagai sebuah perumpamaan ketika kapasitas diri kita hanya satu ember air, kemudian kita melakukan lelaku perjalanan musafir dalam mencari ilmu oleh sang Pencipta diberi kemudahan dan langsung mendapatkan aliran air yang besar otomatis ember itu tidak mampu.  Oleh sebab itu dalam melakukan lelaku perlu diimbangi dengan memperbesar kapasitas diri atau mengosongkan kapasitas diri yang selama ini banyak diisi oleh kepentingan untuk memenuhi "kondisi" kehidupan.

Fase Dewasa itu dimaksudkan manusia sudah  memiliki konektivitas yang kuat dan memiliki kapasitas diri yang lebar sehingga mengakibatkan jika kita dianggap tintanya maka pengetahuan yang dimiliki tidak akan cukup kalau dituliskan dalam lebarnya bumi ini.  Fase kedewasaan inilah yang memang sangat sulit dicapai, tapi sang Pencipta menganggap bahwa kita mampu mencapai titik ini.  dan juga sang Pencipta menyebutkan bahwa RumahKU adalah diisi oleh orang-orang dewasa bukannya anak-anak atau orangtua yang sudah mengalami kepikunan.

Fase Dewasa inilah yang sering disebut sebagai manunggaling Gusti marang Kawulo.  Jangan berpikir seperti cerita dari Syeh siti Jenar secara umum, namun kita harus berpikir bahwa manunggaling gusti marang kawulo adalah bentuk diri kita yang menemukan jati diri kita yang sesungguhnya sehingga pantas disebut sebagai khalifatul fil ardh (pengganti Sang Pencipta di Bumi ini) dan sebagai abdi ciptaanNYA untuk meramaikan bumi dan jagat raya dengan segala rahman dan rahimNYA.

Dengan demikian fase umum manusia antara pemahaman umum dengan pemahaman dalam buku Panduan umat manusia sangat berbeda.  Fase dalam buku panduan tidak berdasarkan lamanya manusia tinggal di bumi melainkan berdasarkan pemahaman tentang pembacaan Buku Panduan yang menunjukkan jalan perjalanan dalam kehidupan.  Jadi fase dalam buku panduan ini mengacu pada jauh dekatnya perjalanan manusia dalam menempuh lelaku sebagai seorang musafir. 

Jika kita selama ini merasa belum melakukan lelaku perjalanan yang sesuai dengan Buku Panduan sampai umur sekarang, dan hanya mengejar kepentingan kehidupan dunia dan "akherat" (akherat yang mana) maka sangat disayangkan.  Terlebih umur kita sudah menginjak tua, sangatlah rugi kehidupan kita selama ini.  Dan sangat disayangkan jika tua kita hanya secara jasmaniah sehingga tua kita hanya menjadi beban dan kerepotan orang lain, dan hanya menunggu saat maut menjemput.

Jika dihubungkan dengan kematian yang ada didepan kita jika kita mengacu umur kita pada pemahaman umum maka betapa berat nya kita menghadapi kematian dan kehidupan kita setelah kematian.  Pembahasan tentang bagaimana menghadapi kematian jika kita sudah terlanjur seperti ini akan kami bahas dalam artikel selanjutnya yaitu Diri: Rekonstruksi dan Cara Cerdas Menghadapi Kematian.

Terima kasih

Magelang, 30/10/2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DIRI DAN ASTROLAH SANG PENCIPTA

Terjebak Jalan Pulang

Pasukan Bergajah