DIRI: MENCARI HAKEKAT DAN PERJALANAN MENCARI ILMU (3)

 HAKEKAT DAN PERJALANAN MUSAFIR

Perjalanan yang melelahkan dilakoninya, Bekalnya sudah menipis, Keringatpun sudah tak keluar dari tubuhnya, Deritapun bagaikan nyanyian sedih yang sudah tidak bisa membuat keluar ari matanya...

Apalagi para sahabat dan teman telah tersaring, menyingkir terbawa arus yang lebih ringan, serasa tak mau lagi direpotin dengan kebutuhannya, Dan tak mau lagi mendengar jeritan sang Musafir...

Apakah ini memang skenario sang Pencipta, Apakah ini memang alur perjalanan yang harus yang harus dilalui, Apakah ini bagian dari godaan perjalanan sang musafir, Dan apakah ini bagian dari akal muslihat setan....

Ketenangan dan kesabaran bagin dari pengetahuan yang diraih, Kesendirian adalah bagian dari perjalanan manusia ketika kelahiran dan kematian, Keheningan adalah irama dalam menerima kalam dari sang Pencipta, Keyakinan hidup adalah teman sesungguhnya dalam perjalanan....

Melangkah terus hai musafir, Berjalanlah dengan keyakinanmu, Berpeganglah dengan peta dan BUKU yang diberikan sang Pencipta, Musuh musuhmu tak akan dapat menghalangi langkahmu.... (Ki Ageng Sumingkir, 12/10/20


Dalam tulisan ini saya awali dengan sebuah cerita penderitaan murid yang mencari jati diri nya yang sebagai tugas dari gurunya.  Murid merasa kebingungan ditengah perjalanannya.  Kebingunan ini dirasakan karena merasa sendiri dalam melaksankan tugas perjalanannya.  kebingungan ini dirasakan dengan semakin sedikitnya bekal perjalanan dan semakin  besar beban yang harus ditanggung sebagai "ongkos"nya. Kebingungan yang lain yang dia rasakan adalah menghilangnya para sahabat dan teman yang dulunya merupakan teman dekat yang selalu mensuport perjalanan.  Murid berkata kepada gurunya apakah yang harus saya lakukan dengan kondisi seperti ini? saya masih ingin meneruskan perjalanan ini namun bagaimana aku harus mengisi bekalku lagi padahal setiap teman dan sahabat yang dulu selalu suport dan bantu aku sudah tak lagi menghiraukan diriku, dan mereka sibuk dengan kesibukannya atau mereka memang sudah tidak mau lagi bersahabat dan berteman dengan diriku?

Sang Guru menjawab dengan ringan atas pertanyaan si murid tersebut,  perjalanan yang engkau lakukan adalah sebuah perenungan dan uzlah (pengasingan), memang kamu tidak berjalan seperti orang berjalan, tapi perjalananmu dalam mencari jati diri manusia   Perjalanan ini sebetulnya kewajiban seluruh umat manusia, namun tidak semua manusia mampu melakukannya karena hanya orang yang sadar akan tugasnya yang akan melakukan perjalanannya. perjalanan akan mengalami masa masa dimana dirimu merasa seperti itu agar dirimu mendapatkan kesejukan dan sinar yang menerangi nurani, kesejukan itulah sebetulnya adalah sebuah bentuk kenikmatan dari rasa syukur dirimu dalam mencari jati diri lewat perjalanan mencari ilmu.  

Sang Guru melanjutkan nasehatnya kepada sang murid, Namun jika engkau kembali ke orang-orang yang dulu dekat dengan kamu dan kembali bergaul dengan mereka jatuhlah dirimu pada perkara-perkara yang fana dan tidak bermanfaat.  Jika kamu terus berjalan dan bermusafir mencari hakekat diri dan mencari ilmu maka alam dan jagat raya ini akan engkau genggam.  ibaratnya engkau mendapatkan tongkat Musa AS yang dapat membelah lautan manusia, dan  mendapatkan akal yang merupakan konektivitas dirimu dengan Sang Pencipta serta akan mampu mendekonstruksi pemikiran umat manusia. 

Demikian cerita singkat yang sekiranya bisa sebagai pembuka artikel ini.  Seorang manusia memiliki kewajiban untuk melakukan perjalanan dalam mencari ilmu agar bisa menjadi penerangan dalam  kehidupannya. Dalam kenyataannya manusia berpikir di bedakan dalam pola pemikiran.  pola pemikiran yang digunakan banyak manusia adalah pola pikir yang non akal dan pola pemikiran yang menggunakan akal. 

Pola pemikiran non akal adalah pola pemikiran yang mengandalkan materi yang ada dalam jasad manusia secara umum yang terbagi dalam 6 pola pemikiran yaitu pola pemikiran perut, perasaan, kepala/otak, perut dan perasaan, perut dan kepala, perasaan dan kepala.  Enam pola pemikiran ini akan kami jelaskan sebagai berikut:

1. Pola pemikiran perut (Hawaa)

Pola pemikiran ini bermakna bahwa manusia bertindak dan berbuat hanya berdasarkan pada kebutuhan yang berasal dari pertimbangan perut.  Manusia seperti ini ibaratnya adalah hewan jinak yang hanya kegiatan sehari hari mementingkan perut.  Ketika perut kosong maka pertimbangan kegiatan sehari hari dan bekerja hanya sebatas dia bisa mengisi perut dan sekitarnya.  mereka tidak memiliki keinginan lebih jika kebutuhannya terpenuhi, jika tidak terpenuhi maka segala cara dilakukan baik cara yang benar maupun cara yang salah tidak dipedulikan asalkan bisa memuaskan perut dan sekitarnya.  Bahkan mereka ibaratnya berlaku seperti sapi perah, jika perutnya terpenuhi di"apa-apakan" sama manusia lain pun diam atau dengan bahasa lain mereka menghamba kepada manusia lain yang sekiranya mampu memberikan kepastian.  

Yang pasti manusia jenis ini prinsip hidup  adalah hidup sekedar memenuhi kebutuhan perut, bahkan jika memiliki prinsip yang berbedapun digadaikan untuk memenuhi kebutuhan perut dan sekitarnya.  Hal ini senada dengan pemikir yang sekarang ini banyak menjadi rujukan, bahwa pemikiran dengan didasarkan oleh hawaa ini  adalah manusia yang selalu menginginkankan kepuasan, kesenangan dan kenikmatan fisik/jasmani.  mereka sangat terbuka dan siap hidup di dunia saja namun mereka takut akan kematian. Dalam ilmu psikologi sering disebut dengan (pleasure principle).  Sehingga dapat disimpulkan ciri orang yang dikuasai oleh hawaa ini adalah manusia yang gila kehormatan dan kekuasaan, orientasi mereka adalah hidup masa kini sehingga mengakibatkan apa yang ada yang harus kita nikmati, untuk masa depan kita pikirkan besuk dan instinglah yang mereka gunakan. 

2. Pola pemikiran perasaan (Shadr)

Pola pemikiran ini bermakna bahwa manusia dalam berindak hanya didasarkan atas perasaan yang dialaminya. Manusia seperti ini tahan lapar dan tahan dalam penderitaan namun semua bukan di dasarkan atas pengetahuan/ilmu hanya di dasarkan perasaan.  Jika manusia seperti ini keputusan yang diambil bukan atas pertimbangan teori atau realita yang terjadi melainkan atas perasaan, biasanya perasaan suka atau tidak suka, sungkan atau tidak sungkan dst. 

Manusia dengan kategori ini adalah manusia yang tidak memiliki prinsip malah lebih mengutamakan bisikan dari teman-teman dekatnya.  Jika mendapatkan teman yang baik maka keputusan yang diambil menjadi baik, namun jika teman dekatnya jelek maka bisikan yang mempengaruhi nya juga akan menjadi hal yang kurang baik.manusia tipe ini mudah tersinggung dalam kehidupannya dan sering berubah ubah pendiriannya yang semuanya tergantung pada perasaannya.  perubahan perasaan manusia biasanya dipengaruhi oleh faktor takut yang berlebih terhadap keputusannya tidak sesuai dengan lingkungannya.  Mereka biasanya tidak  memiliki sikap dan paling marah orang yang berpikir dengan perasaan adalah tidak memiliki rasa percaya diri. 

Untuk manusia type ini adalah manusia yang memandang masa lalu, serta selalu mengingat rasa, pengalaman yang telah terjadi.  Hal ini mengakibatkan mereka merasakan kegagalan dan keberhasilan sebagai pengetahuan untuk menimbang, memutuskan dan menghasilkan kearifan untuk sebuah keputusan.  Orang yang berorientasi pemikiran seperti ini adalah mereka yang suka berkumpul dan berafiliasi, suka membandingkan, mengutamakan emosi dan berpikir tentang SIAPA aku dan kamu.

3. Pola pemikiran kepala (Fuad)

Pola pemikiran kepala bermakna bahwa manusia jenis ini adalah bersikap jujur dan obyektif, yang selalu berdasarkan logika yang materi untung dan rugi dalam mengambil keputusan.  ketika informasi yang diterima dari indera (mata dan telinga) diolah dengan kepala/otak yang bersifat fisik kemudian dioleh dengan obyektifitas materi menguntungkan dirinya atau tidak maka keputusan itualah yang diambil.  Demikian juga dalam pergaulan dan memilih teman, ketika bertemanpun mereka hanya berpikir pada untung dan rugi nya untuk dirinya sendiri berdasarkan obyketifitas yang ada tanpa dia memikirkan dampaknya terhadap temannya atau orang lain.Ketika manusia hanya dikuasai oleh kepala/otak maka jiwa materialisme dan self interest akan muncul karena dalam berbuat selalu untuk yang terbaik bagi dirinya sendiri. Prinsip hidup orang yang dikuasai oleh orang seperti ini adalah hidup untuk dirinya sendiri yang berdasarkan obyektifitas dan keuntungan dirinya sendiri.  Ketika Agama tidak menyentuh diri orang yang dikuasai oleh pemikiran otak ini maka bahaya akan ada di depan mereka, karena terlalu percaya diri yang mereka miliki.Namun jika agama mampu menyentuh pemikirannya maka manusia dengan pemikiran yang dikuasai oleh otak akan  menjadi seorang musafir sejati, karena mereka mampu dan memiliki semangat untuk mempelajari BUKU PANDUAN secara benar.

Untuk pemikiran ke empat sampai dengan enam inilah sebetulnya kategori manusia yang sesungguhnya namun belum mencapai titik kesempurnaan.  karena yang masuk kategori ini sudah memunculkan adanya peran Qolbu di dalam mengambil sebuah keputusan, sehingga kombinasi dua alat pemikir yang diolah dalam qolbu. 

Dengan tambahan qolbu sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan manusia sang Pencipta menginginkan manusia menjadi manusia sejati, namun keberadaan Qolbu bukan berarti manusia secara otomatis menjadi manusia sesungguhnya.  untuk menjadi manusia sejati masih terdapat godaan yang sangat berat jika salah dalam mengambil kiblat bukan menemukan "diri yang sesungguhnya" malah akan bertemu dengan "diri yang imitasi".  Hal ini dikarenakan qolbu merupakan titik sentral kecerdasan dan sekaligus kebodohan manusia, yang dikarenakan keputusan dalam memilih jalan kehidupannya. 

Pemikiran type keempat sampai dengan keenam adalah kombinasi qolbu yang larinya kepada nafsu yang akan memunculkan keakuan atau ego.  karena keakuan atau ego inilah sebetulnya karena mereka salah peta dari BUKU PANDUAN yang imitasi.  sehingga orang orang mengatakan bahwa akal adalah ego.

Penjelasan dari ketiga kombinasi pemikiran ini dapat diuraikan sebagai berikut: 

4. Pola pemikiran perut dan perasaan

Adanya Qolbu yang diberikan oleh sang Pencipta kepada manusia untuk mengangkat sebagai mahkluk yang sempurna dibandingkan dengan makhluk lain, maka fungsi qolbu adalah sebagai pusat pengolahan informasi yang digunakan dalam pengambilan keputusan.  Namun informasi dari perut yang dikuasai oleh pressure principle yang berasal dari perut dan sifat yang mengutamakan rasa dan emosi mengakibatkan pola pemikiran yang sangat berbahaya.   Dikatakan sangat bahaya karena emosi dan kepuasan pribadi manusia bergabung menjadi satu.  Perasaan dan emosi berperan dalam memuaskan nafsu dan kesenangan  pribadi sehingga mengakibatkan amarah yang menguasainya.  Manusia dalam kelompok ini adalah manusia yang berpikir jangka pendek dengan mendewakan sejarah masa lalunya, mereka suka berukumpul dengan orang orang yang memiliki emosi dan rasa yang sama, seperti hobi dst namun mereka berkumpul jika memiliki tujuan yang sama, sehingga berkumpulnya mereka adalah orang-orang yang menyukai status Quo.  hidup adalah nyaman dengan berkumpul dengan orang orang yang sama dan dengan tujuan untuk kepuasan dan kesenangan tertentu.

Orang dengan pola pemikiran ini bercirikan mereka yang suka penampilan (entertaint), ahli dalam bernegoisasi untuk kepentingannya, suka dengan kekuasaan namun lemah dalam kekuatan atau pemikiran karena mereka suka berkelompok dengan orang orang yang sama (lemah), berkeinginan mendominasi dan ingin jadi dominan dalam kelompok namun anti dengan perubahan. disatu sisi kelompok ini memiliki ciri yang baik yaitu memiliki kepribadian yang sopan dan lemah lembut, dan memiliki kapasitas dalam menilai keindahan, dan mampu membuat daya khayal atau imaginasi yang tinggi,

5. Pola pemikiran perut dan kepala

Apabila perut dan kepala dominan di dalam tubuh manusia yang memberikan informasi untuk diolah didalam qolbu, maka mengakibatkan kesenangan/ kepuasan akan muncul dengan pertimbangan logika pikir yang obyektif.  orang yang berpikiran seperti ini memunculkan dimensi kepribadian yang cerdas namun arogan, mereka suka dengan pujian-pujian. mereka cerdas, obyektif dan penuh dengan ambisi namun tidak memiliki estetika, kesabaran, tenggan rasa.

orang seperti ini selalu goal oriented, bukan pada process oriented.  untuk mencapai tujuan kadangkal mereka tidak mengindahkan aturan-aturan/norma-norma yang ada asal mendapatkan kepuasan/kesenangan.

6. pola pemikiran Perasaan dan Kepala

Informasi yang diolah dari qolbu adalah berasal dari perasaan/emosi dan otak.  Hal ini mengakibatkan manusia jenis ini pola pemikirannnya intelektual, cerdas, bijak dan penyabar.  Namun disisi lain akan memiliki tipikal lain mereka tidak memiliki ambisi dalam kekekuasaan, mudah dikuasai dan ditekan oleh orang lain.  Namun selalu terlihat arif dan bijaksana.  Emosi dan obyektifitas menjadi unsur utama dalam kehidupan manusia ini.

Ciri orang dengan tipikal ini adalah cerdas namun lamban, menunggu, bersifat normatif, dan selalu mencari harmonisasi kehidupan.  mereka mudah berkomunikasi dengan berbagai pihak melalui pendekatan yang harmonis dan simpatik. 


Keenam pola tersebut mencerminkan cara berpikir manusia yang masih merupakan manusia biasa, artinya manusia yang masih rendah derajatnya dibandingkan mahkluk lainnya. Hal ini dikarenakan penggunaan alat yang merupakan karunia dari sang Pencipta yang berupa akal belum nampak, karena akal merupakan pembeda dengan mahkluk lain. Sehingga dengan enam pola pemikiran tersebut manusia masih hanya berpikir sebatas materi dan masih dikuasai oleh ego dan nafsu.

Untuk mencapai pola pemikiran yang menggunakan akal manusia perlu melakukan prosesi penjemputan akal dengan dimulai dengan kebangkitan (proses kemenangan dalam jihad bi nafs), perenungan dan uzlah.  dua prosesi tersebut diiringi dengan membaca dan belajar dari ilmu sang Pencipta yang berada dalam BUKU PANDUAN.

Untuk mencapai pola pikir akal maka manusia harus melakukan lelaku yang sangat berat dimulai dengan perang dalam diri (jihad bi nafs), dilanjutkan dengan mencari diri yang sesungguhnya dan terakhir melakukan perjalanan untuk menjalankan titah Sang Pencipta.


Dalam gambar ini dapat dilihat bagaimana hakekat manusia yang dilihat dari sisi jasmani dan ruhani.  secara jasmani manusia yang terdiri dari otak, rasa dan perut.  Kemudian oleh sang pencipta ditambahi dengan qolbu untuk memanusiakan manusia.  namun ini belum menjadi manusia yang bisa menemukan akal untuk mencapai  "diri yang sesungguhnya".  karena masih ada dua alternatif yaitu ketemu dengal nafs atau akal.   ketika ketemu dengan nafsu maka diri yang dicapai adalah diri yang dipenuhi oleh ego.  inilah sekarang banyak terjadi pada diri manusia di masyarakat modern.
Namun jika manusia mampu menemukan akal maka manusia dapat mencapai "diri yang sesungguhnya".  inilah sebetulnya tujuan dan pola pemikiran yang harus digunakan oleh manusia untuk bermusyafir dikehidupan didunia ini.   proses menemukan akal inilah yang akan kami bahas dalam artikel selanjutnya.


Lanjut artikel selanjutnya...
Magelang, 14/10/20 . 23.59

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DIRI DAN ASTROLAH SANG PENCIPTA

Terjebak Jalan Pulang

Pasukan Bergajah