DIRI : NIKMAT INDRA DAN AKAL

KENIKMATAN INDRA DAN AKAL

Kedalaman lautan bagaikan kehidupan manusia...tidak banyak orang yang mau bersusah payah untuk masuk ke dalamnya... Manusia sudah takut dengan angan-angan yang membatasi... Bukan berpikir akan hasil yang dicapai...
Kedalaman lautan bagaikan kehidupan manusia...Tidak banyak manusia yang sadari itu... Manusia hanya hidup sebatas keinginan indra... Padahal Sang Pencipta memberikan lebih dari yang di pandang..
Kedalaman lautan bagikan Kehidupan manusia... Tanpa tersentuh oleh seluruh manusia... Hanya manusia yang memiliki tekat dan tekun yang mampu... untuk melakukan lelaku sesungguhnya...
Memang Sang Pencipta sudah memperkirakan... Walaupun manusia diberi kan kemampuan untuk menjalani itu, karena Rahman dan RahiimNYA.. Karena Manusia manusia yang mudah putus asa... dan tidak semua manusia mau merasakan kerasnya hantaman ombak dan badai...
Memang Sang Pencipta sudah memperkirakan... Hanya orang yang ber"ilmu" yang akan terbuka hatinya untuk itu.. dan diberikannya imbalan yang besar atas jerih payah manusia... yaitu perasaan sabar dan tidak risau dengan himpitan - bala - godaan atas keganasan dan kegembiraan.
Jadilah manusia yang selalu berpikir... berpikir untuk mencari hakekat diri dengan menemukan akal... agar konektivitas dengan sang Pencipta bisa terjadi... yang akan menunggumu di istana yang megah...
Manusia yang berpikir dan ber"ilmu' adalah manusia yang menikmati kenikmatan... bukan hanya kenikmatan indra yang banyak dihuni oleh kebanyakan manusia... Namun kenikmatan indra dan akal yang sesungguhnya... yang menjadikan dirinya manusia yang dicintai sang Pencipta
Ki Ageng Sumingkir, 9/11/2020

Dalam membahas kajian ini  akan dimulai dengan sebuah cerita tentang seorang musafir yang baru melakukan lelaku perjalanan untuk menuntut sebuah ilmu.  Cerita ini dimulai dari semangatnya musafir dalam mencari ilmu untuk tujuan kemaslahatan masyarakat.  Ketika dia berangkat dalam pengembaraannya dengan bekal dan jaminan bekal untuk perjalanan yang cukup.  Perjalananpun dilakukan dengan penuh semangat untuk mengemban tugas itu.  Ditengah perjalanan sedikit demi sedikit bekal dan jaminan yang dia miliki berkurang sumbernya, hingga mencapai titik terendah kepemilikan bekal perjalanan malah dapat dikatakan nol.

Ketika berkeluh kesah kepada para sahabat dan saudara, si musafir malah dijawab dengan senyuman sinis yang bermakna "kasihan kamu, maka rasakan saja penderitaanmu itu".  Maka tidak lama setelah musafir berkeluh kesah sahabat - teman - saudara satu persatu meninggalkan dirinya (kemungkinan para teman dan sahabat takut untuk dijadikan keluh kesah).  

Peristiwa itu merupakan hantaman atau ujian yang berat bagi musafir, ketika dia ingin melanjutkan perjalanannya.  Peristiwa itu jika dimaknai terdapat dua makna:  pertama, bahwa ini merupakan ujian baginya agar dia gagal dalam mencari ilmu. atau kedua, ini merupakan bagian dari skenario sang Pencipta bagi orang-orang yang berjalan untuk menuju jalan kebenaran dengan ilmu yang dia dapat agar tidak hanya memikirkan masalah bekal perjalanan, karena sang Pencipta sudah memberikan bekal yang lebih kepadanya.  Fokus lelaku dalam mencari ilmu harus menjadi tujuan utama, maka diperlukan kondisi yang kering dalam tubuhnya agar mampu meningkatkan kapasitasnya.

Meningkatnya kapasitas pribadi musafir diperlukan untuk menerima ilmu yang lebih dibandingkan dengan manusia lain. Siklus penerimaan dan peningkatan kapasitas dimulai dengan musim kering - diikuti dengan musim gugur - baru mencapai titik musim semi.   inilah siklus yang harus dilampaui oleh musafir dalam mencapai titik tertinggi manusia sebagai mahkluk sempurna.

Jika kita hubungkan dengan masalah nikmat indra dan akal, ini merupakan sebuah peristiwa yang mengurangi kesenangan/kenikmatan indra (dalam arti indra pemahaman umum bukan pemahaman buku Panduan).  Pengurangan bekal dan menghilangnya para teman serta sahabat jika dipandang akal merupakan bagian dari perjalanan untuk menemukan hakekat manusia yang sesungguhnya yaitu bertemunya dengan akal manusia.

Maka dalam artikel ini akan kita bahas masalah musim perjalanan musafir, nikmat indra dalam perspektif pengetahun umum dan buku Panduan.  Dibagian kedua akan kita bahas masalah kenikmatan akal.

Musim Perjalanan Musafir

Musim kering adalah musim dimana segala sumber bekal dan kehidupan untuk lelaku mulai dikurangi oleh sang pencipta. Dalam musim ini dimulainya manusia belajar menikmati kenikmatan  indra yang serba terbatas,  ketika sebelum musim kering kenikmatan indra manusia sangatlah banyak dan berlebih yang mengakibatkan kurangnya rasa bersyukur dan menikmati kenikmatan itu.  Maka dalam musim gugur ini adalah tahap awal lelaku seorang musafir dimulai.  Kurangnya bekal (jika dihitung dengan perhitungan materi manusia) dan hilangnya para kerabat dekatnya merupakan bentuk kesendirian yang terbatas untuk memulai langkah melakukan perenungan diri dalam mencapai diri yang sesungguhnya.  Jika kondisi bekal dan para kerabatnya masih banyak maka dikhawatirkan akan mengganggu proses musafir untuk melakukan perenungan diri.

Jika di uji dengan musim kering ini manusia tidak mampu bertahan untuk melanjutkan lelaku maka berhentilah dirinya menjadi seorang musafir.  Karena keterbatasan yang dibuat oleh "kondisi" yang diciptakan oleh manusia lain/ musuhnya yang memang untuk menjegal atau menggagalkan perjalanan dalam mencari ilmu.  Mereka akan senang dan bahagia jika seseorang gagal dalam perjalanan.  Namun realitas di dunia berbeda, mereka menganggap bahwa  "musafir yang gagal" itu dalam dunia nyata  akan dipuja dan populer sebagai imbalan atas kegagalan perjalanan karena mereka mendapatkan sesuatu yang dibutuhkan untuk kehidupan di dunia.  Kegagalan yang palsu ini dianggap keberhasilan bagi manusia lain, karena dianggap pulangnya musafir itu sudah membawa kelebihan yang dibutuhkan walaupun tidak ada "ilmu sesungguhnya" yang dibawa pulang.

Jika dihubungkan dengan masalah nikmat indra maka kenikmatan yang selama dia berjalan pendek mencari gagal menemukan akal, di satu sisi mereka pulang akan mendapatkan "hadiah" berupa materi yang lebih atau "ilmu" yang kurang benar namun benar untuk kehidupan manusia.  Akan tetapi jika dimusim kering ini musafir kuat menghadapi maka perjalanannya akan berlanjut dan mendapatkan peta yang benar untuk melanjutkannya.  Setelah mengalami musim kering dilanjutkan dengan musim gugur. 

Dalam pemahaman umum bahwa dimusim Gugur adalah musim dimana dimulainya dedaunan pada rontok   Namun dalam pandangan perjalanan seorang musafir dalam musim ini berarti bentuk pelepasan jasmani diri seorang musafir untuk proses awal menemukan ruhani sebagai jalan mencari akal sebagai konektivitas diri dengan sang Pencipta. dalam proses ini ada dua alternatif musafir bisa gagal atau lanjut ke musim semi.   

Jika musafir gagal di musim gugur ini maka musafir pulang ke kehidupan biasanya dengan kebanggaan yang salah, malah lebih bahaya dibandingkan jika musafir gagal dimusim kering.  Karena musafir memiliki kelebihan yang lebih besar dan sudah menganggap dirinya terbaik dibandingkan dengan manusia lain karena "ilmu" yang dia miliki.  Kepulangan nya pun dari bermusafir yang gagal juga sudah dianggap sebagai keberhasilan dengan ukuran manusia, karena dirasa cukup membawa kebaikan dan kemaslahatan umat. Dan hadiah yang lain adalah mendapatkannya popularitas dan jabatan yang begitu mudahnya walaupun tidak seimbang dengan kapasitas yang dimilikinya. Ibarat dalam ilmu air "air beriak tanda tak dalam" kepulangnya dari bermusafir sampai musim gugur ini laksanan air beriak yang mampu memberikan irama yang indah ditengah kesunyian "hutan manusia", sehingga apa yang dikatakan laksana lagu kebenaran yang sesungguhnya.

Jika kita hubungkan dengan masalah nikmat indra dan akal, ini merupakan sebuah peristiwa yang mengurangi kesenangan/kenikmatan indra (dalam arti indra pemahaman umum bukan pemahaman buku Panduan).  Pengurangan bekal dan menghilangnya para teman serta sahabat jika dipandang akal merupakan bagian dari perjalanan untuk menemukan hakekat manusia yang sesungguhnya yaitu bertemunya dengan akal manusia.  Keberhasilan musafir dalam menjalani perjalanan di musim gugur ini jika berhasil maka akan dilanjutkan dengan perjalan di musim semi,

Musim semi menurut pandangan umum adalah musim dimana mulai proses pertumbuhan awal untuk kehidupan.  Namun di dalam perjalanan musafir dalam musim semi ini adalah saatnya manusia memiliki ilmu sesungguhnya.  Ilmu ini di dapat dari konektivitas akal yang ketemu dengan sang Pencipta melalui kajian dari dalam buku Panduan. Sehingga dalam musim ini ilmu ilmu yang unpredictible yang selama ini belum pernah dikaji lebih dalam akan muncul di benak sang musafir.  Ketidaksadaran musafir dalam menerima ilmu ini sering memunculkan pemahaman yang beda dengan ilmu yang beredar namun mengandung makna yang benar menurut buku Panduan.  

Dalam musim semi ini kegagalan musafir masih bisa terjadi,  kegagalan akan terjadi jika kapasitas manusia tidak besar maka akan tidak mampu menampung ilmu yang diberikan.  Besar kecilnya kapasitas didasarkan atas "keprihatinan" dalam melakukan lelaku.  Jika musafir gagal maka berdampak pada "sakit" yang dia alami.  sedangkan yang berhasil akan mencapai titik tertinggi manusia yaitu "musafir dalam musim salju".  Di artikel ini tidak kita bahas masalah perjalanan musafir di musim salju, karena ada pertimbangan khusus yang saya miliki (bisa dibaca di buku DIRI  yang segera terbit).

Jika dihubungkan dengan kenikmatan indra dan akal maka dalam musim semi ini indra manusia yang terdiri dari tiga macam (menurut buku Panduan) beroperasi bersama sama secara sistemik dan digerakkan oleh akal yang merupakan bentuk konektivitas atau kerjanya indra manusia dalam mendapatkan ilmu.  maka nikmat apa lagi yang manusia dustakan, inilah puncak nikmat manusia untuk kehidupan di dunia dibahwa kenikmatan indara dan akal di musim salju.

Kenikmatan Indra dan Akal

Berbicara masalah kenikmatan indra maka disini kita perlu mengkaji pemahaman tentang indra menurut ilmu yang selama ini kita pelajari dengan indra dalam buku Panduan.  Jika indra dalam pemahaman umum terdiri dari lima bentuk yaitu mata, hidung, lidah, kulit atau tangan dan telinga.  Masing masing memiliki fungsi yang selama ini kita yakini , dan kebenaran pemahaman ini sampai saat ini mutlak sifatnya dan sudah menjadi pemahaman yang dapat digeneralisasi.



Gambar panca Indra dalam pemahaman umum

Namun jika kita melihat gambar itu dapat kita lihat lima indra itu hanya merupakan fungsi input bagi otak saja.  dan otak merupakan bagian dari panca Indra yang ada dalam buku panduan.  sehingga fungsi dari panca indra umum hanya dapat merasakan input yang sifatnya jasmani.  Padahal manusia seharusnya mengolah data yang digunakan untuk pengambilan keputusan dalam kehidupan di dunia ini tidak hanya dari unsur jasmani namun juga dari unsur rohani.  Maka tidak salah jika kehidupan kita selama ini terjajah dengan hal hal yang bersifat materi.  

Kenikmatan yang dirasakan dengan organ (panca Indra) dalam pandangan umum ini hanya bersifat materi, yang mengakibatkan kenikmatan yang tidak pernah cukup dan tidak pernah terpuaskan.  Jika manusia tidak sadar maka tidak akan ada kenikmatan hakiki yang dia peroleh selama hidup di dunia.  Keinginan itu akan terus menerus mengikis kenikmatan yang selama ini kita terima.  Ujung ujungnya rasa bersyukur pun akan hilang dan rasa kenikmatan pun akan digantikan dengan pemuasan ego manusia.

Sedangkan indra menurut buku Panduan adalah terdiri dari tiga bentuk yaitu Kepala (otak), Dada (rasa)  dan Perut. Masing masing memiliki input yang berbeda, sedangkan dalam pemahaman umum indra itu merupakan masukan buat otak (kepala).  Pemahaman indra menurut buku Panduan dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar Panca Indra Dalam Buku Panduan

Gambar di tersebut menunjukkan tiga panca indra yang ada pada diri manusia.  kenikmatan akan tercapai jika tiga indera itu dapat berproses secara sistematik sehingga mampu menggerakkan dan memenage nafs.  karena jika nafs tidak terkendali maka tidak akan mencapi hakekat manusia sesungguhnya.  Dengan terkendalinya nafsu maka manusia dapat menemukan akal yang merupakan pemberian dari sang Pencipta sebagai pembeda dengan makhluk lain.  

Kerja ketiga Indra (otak  + rasa + perut akan memberikan kenikmatan yang sejati.  Kenikmatan itu diperoleh dalam posisi manusia di musim semi.  Kenikmatan inilah yang harus dicari oleh manusia, karena dengan kenikmatan ini (nikmat indra dan akal) akan memberikan output yang beruapa kepribadian manusia yang memiliki rasa sabar, tenang, dan tekun yang diakhiri dengan selalu bersyukur dengan apa yang telah diberikan oleh Sang Pencipta.

Rasa bersyukur dari kenikmatan inilah yang diharapkan dan dijanjikan oleh sang Pencipta dengan akan diberikan yang lebih setelah mereka dapat bersyukur dengan kenikmatan indra + akal.  Bukan seperti yang sang Pencipta katakan berulang-ulang "Nikmat apa lagi yang belum kau syukuri".

Dengan Pemahaman indra menurut buku panduan dan ditambah dengan konektivitas dengan akal maka kita akan menemukan kenikmatan hakiki. Yaitu kenikmatan yang sesungguhnya yang membuat manusia akan selalu berkepribadian "semeleh" kepada Sang Pencipta.

Semoga senantiasa kita menjadi musafir yang bisa menemukan kenikmatan yang hakiki.

Jadilah manusia Pemenang, dan selalu bertemanlah dengan kemenangan....
Janganlah Jadi manusia Pengecut, yang selalu berteman dengan nafsu.. 
Karena nafsu akan menjual imanmu, 
Dan dengan iman yang lemah kamu tidak akan menikmati hidup sebagai musafir...

Magelang, 10/11/20

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DIRI DAN ASTROLAH SANG PENCIPTA

Terjebak Jalan Pulang

Pasukan Bergajah