DIRI: ANTARA KEKASIH DAN PENGEMIS
Artikel ini saya buat karena diperjalanan mendengarkan sebuah lagu yang bercerita tentang Pengemis Cinta. Lagu ini sangat familiar bagi masyarakat kita. Jika kita tidak menyadari arti pengemis cinta maka mungkin lagu ini hal yang wajar dan umum dialami oleh orang yang baru jatuh cinta. Tapi jika kita mampu memaknai lagu ini lebih dalam dengan memaknai kata-kata pengemis, maka alangkah sayang jika kita berlaku seperti pengemis dalam memperjuangkan cinta.
Mengapa demikian? karena pengemis itu ibarat jika kita membutuhkan sesuatu maka kita akan melakukan sesuatu untuk minta belas kasih agar kita dikasih sedikit perhatian ("cinta"). Maka cinta yang didapat bukan cinta yang sesungguhnya malah mungkin bisa ditolak karena memang kita tidak pantas mendapatkan cintanya. Karena upaya kita yang lakukan bukan dari hati yang dalam.
Mengapa lagu itu tidak menyebutkan "pejuang" cinta? karena pejuang derajatnya lebih tinggi dibandingkan dengan pengemis. Karena pejuang adalah memperjuangkan yang seharusnya kita perjuangkan dalam kehidupan, kerelaan dan keikhlasan adalah motivasi dalam perjuangan. seorang pejuang tidak mengenal kata "menyerah" karena kehidupannya adalah untuk memperjuangkan diri dalam mencapai cinta yang sesungguhnya.
Maka lagu "pengemis cinta" menjadi perenungan kita untuk lebih memperbaiki diri kita dalam kehidupan. Dan menjadi penyemangat diri untuk selalu menjadi pejuang dan bukan untuk menjadi pengemis. Termasuk perjuangan kita dalam bermusyafir dalam berkehidupan di kehidupan ini.
Ketika dalam menjalankan kehidupan di dunia ini, banyak manusia yang selalu mengalami pasang surut dalam kehidupan. Pasang surut kehidupannya ditandai dengan naik turunnya kondisi kehidupan sehari-hari. Pasang surut kehidupan merupakan hal yang wajar dihadapi oleh seluruh umat manusia, susah-gembira/ rejeki banyak-sedikit, dan lain-lain. ini merupakan roda kehidupan yang harus dilalui oleh setiap manusia.
Namun tidak semua orang sadar atau dapat dikatakan setengah sadar, kita mereka selalu akan sadar jika mereka sedang terlilit oleh kondisi yang membuat hidup tidak nyaman. Akan tetapi jika kita dalam kondisi yang nyaman kita lupa dengan kesadaran, bahkan sampai kita mengupayakan supaya roda itu tidak bergerak dan tetap kita berada di puncak popularitas dan kenyamanan. Sampai mengorbankan teman atau saudara untuk "mengganjal" roda agar tidak berputar.
Perilaku kita tersebut dalam tulisan ini digambarkan seperti seorang pengemis dan kekasih (pecinta). Mengapa digambarkan seperti ini karena jika kita menengok perilaku ketika kita butuh kita sampai berusaha dan bersusah payah untuk mendekatkan diri kepada sang Pencipta, namun ketika kita tidak butuh kita lupa denganNYA bahkan sampai lupa dengan buku Panduan untuk pegangan hidup.
Pengemis mewakili perilaku kita sehari-hari yang dalam kehidupan ini hidup dengan aturan yang menyenangkan diri. Perilaku pengemis adalah perilaku orang yang malas dalam kehidupan wajar, kita lupa hakekat diri sebagai seorang musafir. Karena pikiran kita bekal adalah harta benda yang bisa mencukupi kebutuhan kita sehari hari. Hal ini dikarenakan kemalasan diri dalam belajar dan mempelajari buku Panduan. dan Kemalasan ini memang sebagian dari sifat diri kita yang sesusunguhnya.
Seorang pengemis jika kita amati adalah mereka yang selalu tidak merasa cukup bahkan memiliki kegersangan jiwa karena tertutup oleh kondisi. Kondisi yang diciptakannya sendiri karena kurangnya bekal ilmu dan lepas dari buku Panduan. Mengapa demikian? baca hakekat diri.
Demikian juga ketika diri kita menjadi pengemis Cinta kepada sang Pencipta, yang diberikan sang Pencipta kepada para Pengemis adalah apa yang diinginkan dan menjadi motivasi diri kita dalam melakukan usaha untuk mendapat Cinta sang Pencipta. Dan bisa juga Sang Pencipta menolak atas usaha kita.
Maka tidak salah jika doa kita pun juga ditolak oleh sang Pencipta karena Sang Pencipta tahu yang menjadi motivasi kita sebagai pengemis dalam mengupayakan untuk mendapatkan balasan cinta. Sebagai hiburan kita hanya selalu mengatakan doa kita tidak dikabulkan karena tertunda atau untuk anak cucu kita. Tidak ada maksud apa apa dalam paragraf ini, hanya sebagai bentuk perenungan kita untuk menjadi lebih baik dari bukan hanya sebagai seorang pengemis di dalam kehidupan di dunia ini.
Lawan dari pengemis adalah Kekasih. Kita dalam memperjuangkan diri untuk mendapatkan cinta adalah dengan menjadikan diri kita terlebih dahulu untuk menjadi kekasih Sang Pencipta. Maka bentuk upaya dan usaha yang dilakukan oleh kita untuk mendapatkan derajat "kekasih" sang Pencipta bukanlah hal yang mudah. Butuh menjadikan diri kita sebagai pejuang Cinta, karena cinta butuh perjuangan bukan karena kasihan.
Kita akan menjadi kekasih jika diri sadar akan tanggung jawab sebagai manusia dalam kehidupannya. Kesadaran akan tanggung jawab ini akan memunculkan krisis dalam dirinya. Dan dari krisis ini muncul pemikiran dalam diri untuk berpikir kritis atas apa yang sudah kita lakukan. Karena sadar atau tidak bahwa kondisi yang selama ini kita alami hanya memunculkan perasaan krisis namun tidak sampai pada titik kritis.
Seseorang akan bisa mencapai titik kritis jika sudah mengalami masa yang paling rendah dalam kehidupan (mencapai titik nol/"kematian"). Titik nol/kematian bukanlah orang tersebut mengalami kematian, akan tetapi kondisi dimana diri kita terjebak dalam kondisi yang sangat jatuh dan masih memiliki pegangan yaitu buku Panduan (InsyaAllah akan kami bahas dalam Diri: Matilah sebelum kita Mati). Namun banyak orang yang sampai mencapai titik nol/kematian bisa bangkit namun karena salah pegangan (bukan buku Panduan) dan tidak bisa menemukan titik kritis.
Seseorang dapat mencapai titik kritis akan membawa dua jawaban: pertama kritis itu adalah titik "bahaya" dan kedua kritis itu adalah "kesempatan". Antara kata bahaya dan kesempatan adalah merupakan dua akibat yang berkesinambungan. Kita mengalami kritis di situlah terdapat unsur bahaya yang mengancam, jika kita kalah maka kematian/kehancuran/kegagalan dalam hidup kita. Namun disisi lain jika kita menang maka kita akan mendapatkan kesempatan atas bangkitnya kita dari masa kritis tersebut. Karena dimasa kritis diri kita berperang dengan resiko yang sangat berat.
Masa dalam mengusahakan/memperjuangkan Cinta kepada sang Pencipta adalah resiko manusia dalam mengolah informasi yang ada. Jika manusia menang dalam usaha/perjuangan ini adalah sebuah kemenangan. Namun usaha dalam mendapatkan cinta akan menjadi pengemis dan perjuangan dalam mendapatkan cinta akan menjadi kekasih.
Yang membedakan usaha/perjuangan dalam mendapatkan cinta adalah pemahaman tentang penggunaan Indra yang diberikan kepada manusia. Hal ini tergantung pada kedalaman ilmu yang dimiliki diri kita. Jika kita memahami indra hanya sebatas jasmani/ fisik maka nafsu adalah alat kita dalam usaha mendapatkan cinta. Muara dari usaha ini adalah Ego yang kita miliki dan ini adalah sebetulnya kegagalan yang terbalut dalam kemenangan.
Sedangkan perjuangan mendapatkan cinta adalah pemahaman indra yang kita miliki yang berdasarkan pada buku Panduan. Tiga Indra (secara jasmani tersebut) ditambah dengan qolbu (yang sudah terbuka tanpa selimut/pakaian) yang digunakan sebagai alat untuk mengolah informasi dalam mengambil strategi perjuangan cinta kepadaNYA. Dengan menggunakan Indra yang lengkap plus dengan hati ini maka akal diri manusia hadir sebagai konektivitas dan komunikasi dengan sang Pencipta. Muara dari usaha ini adalah "AKU" yang pantas untuk menjadi kekasih sang Pencipta. Inilah kemenangan para pejuang cinta yang sesungguhnya.
Kemenangan para pejuang Cinta ini adalah ketenangan dan kedamaian hati karena sang Pencipta menjadi Pendamping kehidupan kita. Semua kebutuhan yang kita butuhkan akan dicukupi dan diberikan karena apa yang diminta kekasih akan dikabulkan.
Komentar
Posting Komentar