Diri: Mencari Hakekat dan Indahnya Kematian

HAKEKAT DAN INDAHNYA KEMATIAN

INDAHNYA KEMATIAN 


 Ketika jasad kita dimasukkan ke liang lahat, dan kemudian ditutupi dengan tanah galian, isak tangis keluarga menyertai dan tetesan air matapun banyak yang tumpah membasahi makam

Bagaikan kita menanam sebutir biji tumbuhan, Menggali tanah dan memasukkan benih kemudian ditimbunnya lagi, pohon yang akan tumbuh menurut biji yang kita masukkan...

Ooi  sebuah pembelajaran yang nyata, namun tidak semua orang mampu memahani, ketika yang ditanam sebuah keburukan maka makampun bagaikan neraka,  Namun ketika yang ditanam adalah sebuah kebaikan maka kebaikan itupun akan selalu dinikmati oleh manusia lain

Kematian yang baik seringkali menjadi idaman bagi semua manusia.  Mati ketika mencapai umur normal dan tanpa disertai sakit yang merepotkan orang. Orang yang mengalami peristiwa seperti ini sering kali terjadi pada orang-orang yang memiliki riwayat dan kehidupan yang baik.

Namun fenomena yang terjadi sekarang ini banyak terjadi di antara manusia yang berkembang di masyarakat adalah mengalami sakit yang berkepanjangan bahkan sampai merepotkan anak dan saudaranya sebelum mengalami kematian.  Fenomena semacam ini sudah menjadi hal umum dan lumrah bagi masyarakat awam.  

Apabila mengkaji lebih dalam mengapa manusia bisa mati dalam kondisi baik dan dalam kondisi yang tidak baik maka akan banyak pelajaran yang bisa diambil dari kehidupan manusia tersebut. Pelajaran yang bisa diambil akan menjadi bekal untuk kehidupan kita selanjutnya.


Mati yang Kurang Beruntung

Kematian yang kurang beruntung yang terjadi pada diri manusia bukan merupakan ketika manusia pada saat akhir hidupnya.  Namun merupakan suatu rentetan kejadian yang berhubungan dengan kehidupannya selama dia melakukan lelaku perjalanan sebagai seorang musafir.

Kematian yang tidak beruntung ini diakibatkan lupa/lalainya manusia dalam menjalani kehidupan di dunia. Terlalu manisnya atau pahitnya dunia menjadikan mereka lupa untuk mencari hakekat dirinya.  Sehingga kehidupannya pun hanya berpikir sesuatu yang menjadi angan-angannya.  Orang yang terlalu manis dalam kehidupannya akan sibuk dalam menghitung/mencari/menikmati surga yang palsu. Popularitas diri adalah tujuannya utama namun setelah tujuan itu dicapai berubah menjadi keinginan untuk berkuasa dan umur yang panjang.  Sang Pencipta paham manusia yang seperti ini malah diberikan guyuran rejeki yang banyak, saking banyaknya membuat dirinya seperti Qorun dan Firaun.  

Sedangkan orang yang hidupnya terlalu pahit dalam hidupnya juga terbelenggu dengan angan-angan yang ingin menikmati manisnya kehidupan.  Hal ini mengakibatkan kesibukannya didunia hanya untuk mencari gula-gula dunia.  Mungkin kita juga bagian dari ini yang terlalu sibuk kerja untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari yang sampai melupakan urusan kita terhadap sang Pencipta.  

Kesibukan di dunia itu bukanlah merupakan urusan namun merupakan kegiatan untuk menyelesaikan masalah kehidupan, sedangkan urusan adalah segela pekerjaan dan kegiatan yang berhubungan dengan sang Pencipta.  Kesibukan kita dengan pekerjaan itu sampai melalaikan semua.  Padahal Sang Pencipta sudah banyak mengingatkan dengan peristiwa-peristiwa (jika kita mau memaknai), namun kita ingat pun hanya sekejap.

Terlalu sibuknya dengan pekerjaan dunia ini yang hanya bertujuan untuk mempertahankan hidupnya atau untuk popularitas, dikarenakan kita tidak sadar bahwa selama ini sudah terpenjara dengan pengetahuan dan pemahaman yang salah.  Banyak orang yang paham agama pun juga ikut arus ini.  Sadar atau tidak pemahaman dan pengetahuan yang selama ini kita pelajari adalah merupakan ilmu yang bermuara pada material oriented.  

Material oriented adalah paham yang dikembangkan oleh orang-orang yang memiliki filosofi Materialisme Kapitalsime yang orientasinya adalah self interest.  Yang mengakibatkan segala sesuatu yang dituju adalah merupakan pencapaian titik kepuasan diri.  Kepuasan diri manusia tidak akan tercapai jika ego menguasai diri manusia. Dan sadar atau tidak pengetahuan yang selama ini diajarkan dan kita ajarkan kepada saudara kita berakar pada jasmaniah dan material, hal ini mengakibatkan berkurangnya sentuhan Ruhaniah.   Sehingga mengakibatkan "peliaran" ego/nafs  yang didasarkan atas Kebutuhan "perut" dan logika Kepala, bahkan perasaan (Shadr) sudah mengikis dan hilang tertutup oleh batas yang dinamakan "gengsi".

Orang yang masih "berteriak" bahwa ilmu yang sekarang ini dipelajari adalah benar, karena mereka berasumsi bahwa kita sudah beribadah/sudah melakukan kajian rutin/dan sudah beramal yang sangat banyak apakah ini bukan sebuah perjalanan dan sebuah santapan rohani.  Ketika kita berteriak seperti itu dengan lantang dan percaya diri, maka akan sulit kalau ada teman atau saudara yang mengingatkan hal itu.  Sebuah kebenaran bagi kita yang sudah terpenjara dengan self interest yang tinggi ini menganggap kebenaran adalah sebuah pagar yang akan memagari kebebasan hidup, maka kita akan berusaha mencari dalil dan alasan untuk membenarkan apa yang sudah kita lakukan dan peroleh.

Kondisi yang seperti ini sudah menjadi hal yang lumrah dan wajar, diakibatkan kita salah dalam mencari ilmu dan lalai dalam membaca buku Panduan.  Buku Panduan pun dibaca hanya sekedar dibaca dan diartikan tanpa dipelajari makna dan asal usulnya, dan mengakibatkan kesalahan tafsir dalam memaknainya.  Bahkan tidak jarang para ahli agama pun memutar balikkan atau memperjual belikan ayat dalam buku Panduan demi mendapatkan materi dan popularitas.  Jadi dapat dikatakan bahwa paham materialisme kapitalisme tidak hanya terjadi pada diri orang yang kering agamanya namun juga pada orang yang sebetulnya paham tapi karena kering ruhaninya menyebabkan dia juga goyah niat perjalanannya (iman).

Kering atau goyahnya nilai keimanan terhadap sang pencipta inilah yang menjadikan kita salah dalam bermusafir di dunia ini.  Hal ini juga didukung dengan kondisi (diri + tekanan luar) yang berada disekitar kita.   Sudah menjadi pemandangan umum banyak kekeliruan menjadi hal yang biasa dan wajar, malah hal yang benar dianggap suatu yang salah.  Bahkan tidak asing lagi jika diri kita yang mengaku agamis dan diikuti oleh pakaian yang agamis (bahkan beribadah komplit dan tekun) melakukan perbuatan yang keliru namun merasa yang kita lakukan tidak salah.

Akibatnya ketika diri kita dihadapkan dengan kematian, banyak mengalami kejadian yang menyakitkan mulai dari sakit sampai sakaratul maut menjemput kita.  Jika kita sadar dan mau belajar dengan kondisi orang yang mengalami mati dalam kondisi tidak baik maka hal itu tidak akan terjadi pada kita.  Ketika seseorang mau mati dalam keadaan sakit yang panjang dan sampai menjadi beban orang lain dan kemudian dilanjutkkan dengan proses kematian yang seperti nyawa ditarik ulur oleh malaikat karena kesadaran calon mayat yang baru sadar bahwa kita lalai dalam bermusyafir dikehidupan dunia.  Kesadaran calon mayat itu sudah terlambat, ruh manusia keluar diiringi jeritan si mayit yang merasa belum siap untuk mati, akan tetapi manusia lain tidak mendengar jeritan dan tangisan si mayit tersebut.  

Maka itulah yang dikatakan sebagai mati dalam kondisi yang kurang beruntung.   Ketidak beruntungan si mayit (ruh manusia) itu akan berlanjut di alam lain. Begitu memasuki ruang tunggu untuk diperiksa layak atau tidak masuk rumah Sang Pencipta, pertanyaan dan hukuman dari para penjaga beriringan bergantian hingga saatnya semua tamu dipersilahkan masuk rumah.  Dan ketika dipersilahkan masuk kerumahpun belum tentu boleh karena pakaian yang kita pakai masih sangat kotor maka perlu dicuci dengan bara api yang sangat panas. 

Apakah kita ingin mati dalam kondisi seperti ini? Maka jika kita tidak ingin mati seperti ini maka carilah ilmu yang benar agar kita bisa mati dalam kondisi yang indah dan beruntung.

Mati yang Beruntung

Semua manusia termasuk diri kita ingin mati dalam kondisi indah dan beruntung.  Karena mati yang indah adalah puncak kenikmatan dan kenikmatan terakhir yang diterima manusia dalam perjalanan sebagai musafir di dunia ini. Banyak usaha dan cara yang kita lakukan untuk mendapatkan itu, namun apakah semudah itu kita bisa mendapatkannya.  Dan kalau kita tidak mendapatkannya pasti temasuk orang yang rugi.

Berikut akan saya beri gambaran bagaimana orang bisa lepas dari kematian yang buruk dan bagaimana mendapatkan indahnya kematian yang beruntung.

Gambar pandangan Hidup Manusia

Pandangan hidup manusia ini diakibatkan oleh filosofi ilmu yang dipelajari berbeda.  Filsafat ilmu yang dipelajari dalam pengetahun modern sedikit sekali mengkaji masalah unsur yang ada dalam manusia, hal ini mengakibatkan miskinnya pemahaman tentang manusia yang sesungguhnya.  Padahal manusia dalam pengetahuan barat pun juga mengakui bahwa unsur manusia adalah terdiri dari unsur jasmani dan ruhani, namun pemahaman tentang ruhani sangatlah kurang.  Hal inilah yang menyebabkan terpisahnya ruhani dari tubuh manusia.

Terpisahnya ruhani dari tubuh manusia ini mengakibatkan kehidupan manusia hanya untuk tiga hal utama yaitu pertama adalah untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup.  Jika kebutuhan dasar hidup terpenuhi otomatis akan naik ke level selanjutnya yaitu memenuhi kebutuhan aktualisasi diri.  Jika aktualisasi diri sudah tercapai maka yang berkembang bukanlah kebaikan yang ada dalam diri kita melainkan ego. Ego ini muncul karena ketiga unsur manusia tidak berjalan secara sinergi, mereka bekerja secara sendiri-sendiri dan qolbu tidak akan terbuka hijabnya.

Maka banyak dari kita yang meninggalkan tidak menjadi manusia yang sesungguhnya karena tidak dapat menemukan apa yang menjadi pembeda dengan makhluk lain. Atau dengan kata lain diri kita sampai dengan pintu kematian tidak jauh berbeda dengan hewan atau malah paling rendah derajatnya dibandingkan dengan ciptaan sang Pencipta yang lain.  Dan Kematian yang dialami kita dalam kondisi ini adalah kematian dalam kondisi tidak beruntung.

Berbeda dengan kita jika mempelajari ilmu dengan filsafat ilmu yang baik yang berdasarkan pada buku Panduan.   Filsafat ilmu yang baik inilah yang menyeimbangkan pengetahuan tentang kebutuhan jasmani dan ruhani.  Maka ilmu yang dipelajari akan mengarahkan kepada tiga pemenuhan kebutuhan manusia dalam menjalani kehidupan di dunia.  Ketiga kebutuhan manusia di dunia ini adalah kebutuhan dasar yang merupakan kebutuhan jasmani untuk kehidupan sehari-hari manusia dimuka bumi.  setelah kebutuhan dasar terpenuhi maka dilanjutkan dengan kebutuhan aktualisasi diri yang menyeimbangkan antara kebutuhan jasmani dan ruhani. dan yang ketiga adalah lebih mengarah pada pencarian akal yaitu kebutuhan ruhani manusia untuk mencari hakekat diri yang sesungguhnya tanpa meninggalkan kebutuhan jasmani.  namun keseimbangannya berubah lebih condong pada kebutuhan ruhani.

Keyakinan hidup manusia tentang kebutuhan jasmani sudah dapat dan yakin dipenuhi oleh sang Pencipta.  sehingga apapun yang berhubungan dengan masalah dunia mereka bukan menyepelekan namun yakin sang Pencipta akan memberikannya lebih dari cukup.  Keyakinan inilah yang membentuk iman dan aqidah pada diri manusia.  Godaan kehidupan di dunia ibarat terpaan ombak di samudra yang besar yang pasti bisa dilalui oleh seorang pelaut dikarenakan keyakinan bahwa sang Pencipta bersama dirinya.

Kehidupan yang tenang dan sabar inilah menghasilkan perilaku yang baik.  Perilaku yang baik inilah cerminan kehidupan manusia sesuai dengan buku Panduan.  Otomatis ketika kehidupan sampai rumah sang Penciptapun dilalui dengan indah dan Nyaman.

Bahkan pintu kematian yang dikatakan banyak orang sebagai peristiwa yang menakutkan tidak akan dialami karena kematian merupakan pintu masuk rumah sang Pencipta.  Jiwa atau Ruh mereka mengalami tidur dan istirahat yang nyaman bagaikan burung-burung yang tidur diatas pohon.  Kesakitan pada saat sakaratul mautpun tidak dilalui dengan panjang karena sang penjemput ruh kita ibarat seorang artis yang dinanti banyak pujaan.

Itulah kematian yang Indah dan menyenangkan. semoga kematian itu akan terjadi pada kita.amiin

Magelang, 12/11/20




Komentar

Postingan populer dari blog ini

DIRI DAN ASTROLAH SANG PENCIPTA

Terjebak Jalan Pulang

Pasukan Bergajah