Postingan

Menampilkan postingan dengan label pakde amin

Menemukan Jalan Cinta

Gambar
 Lihatlah roda pedati di kala berjalan .. Di atas atau dibawah tak pernah bersuka ria atapun berkeluh kesah... Bukan karena hanya benda mati... Tapi karena kerja dirinya yang ingin sampai di tujuan. Hakekat hidupnya bukan menanggung beban... Tapi sampai tujuan adalah yang ingin dicapainya...  Rasa sombong ataupun bergaya tak pernah ada... Bahkan rasa malu dan berkecil hati  karena terjebak kondisi kehidupan tidak pernah terlintas karena semua dianggap hal yang biasa. Ooiii ketahuilah diri kita pun laksana roda... Karena hidup ini hanyalah sebatas perjalanan... Tak mungkin berhenti di suatu keadaan... Jalan dan melaju terus dilakukan untuk mencapai tujuan kehidupan. Jangan lah sombong manakala diberikan kenikmatan... Jangan putus asa manakala terjebak lumpur kondisi kehidupan... Jangan khawatir tentang masa depan... Karena hidup sudah diatur dan dicukupkan. Bekal sudah menggantung di sisi manusia... Usaha adalah jalannya... Baca adalah lampu penerangnya... Karena semua sudah disediakan

Igauan Perindu (Mimpi atau Imaginasi)

Panggilan sembahyang telah tiba... Bersiap dan berangkat untuk menunaikannya... Bukan bekal pemahaman untuk menghadap yang disiapkan... Namun sekoper masalah beban kehidupan yang dibawa Panggilan sembahyang telah tiba... Saat yang tepat untuk menghadapNYA... Masa yang tepat untuk mengisi kembali daya hidup untuk kehidupan... Agar sang pungguk mampu mencapai bulan Ooiii apa yang terjadi di sana... Bagaikan kebingungan diri mencari siapa... Karena tak memahami kepada siapa diri menghadap... Hanya ketemukan ilusi dan mimpi saja Dimana Tuhan berada?...  Padahal diri datang dengan membawa pesan dan permintaan... Besar harapan agar terkabulkan segala permintaan.. Tetapi diri tak menemukan jawaban atas semuanya. Karena tak tahu dan bingung maka ikuti saja arus para manusia... Ritual gerakan dan bacaan dilakukan... Sekedar  latah kehidupan persembahyangan. Tak mengena di hati dengan aktivitas yang ada... Tak lepas dari beban kehidupan yang dirasa... Tak kutemukan daya kehidupan yang baru... Pe

Kepedihan dan Jalan Cinta

Tak akan dikatakan cinta jika masij merasa sedih... Kehinaan dan kesusahan  hanya sebagai kondisi... Yang harus dijalani dengan penuh arti... Karena itu jalan untuk mencari cinta sejati Cinta adalah sebuah perantara....  Bukan perasaan yang di damba... Namun bertemunya hati diri dengan Sang Pencipta... Dan Kepedihan adalah bentuk perjuangan semata Tak akan dikatakan cinta jika masih merasa merana... Kesendirian dan kehampaan hanyalah sesaat... Karena DiriNYA akan datang... Membawa kabar gembira dan jalan kehidupan  Cinta adalah sebuah perantara...  Bukan karena kasihan dan kehendak diri yang dipuja... Namun keinginan DiriNYA menaruh kasih dan datang membawa membawa perlindungan... Agar perjalanan di kehidupan dapat selamat sampai di rumahNYA Adakah diri memiliki cinta ini?.... Yang mampu membuat hidup diluar batas dan kendali... Membuat cinta menumbuhkan pribadi manusia sejati.... Bergerak dan sibuk karena menjalani tugas yang suci Bersyukur lah jika Tuhan memberikan cinta ini... Menja

Luluh Dalam Makna

Teruslah diri dalam berjuang... Temukan kembali penghuni rumah... Yang selama ini tak pernah singgah...  akibat kotornya hati yang tak pernah terlintas Teruslah diri dalam pencarian... Temukan kembali sang pujaan... Yang selama ini selalu ter"dua"kan... Akibat diri tergoda pada kefanaan dunia Memang bukan jalan mudah untuk semuanya... Pencarian dan perjuangan hingga diri terpinggirkan... Bagaikan alien yang kelaparan... Dijalan yang penuh hinaan mata yang bersua Dengan lagu pelipur lara... Mendendangkan nyanyian nestapa serta ratapan untuk menyebutMU... Menjadikan teman dalam perjuangan.... Agar hati kembali bekerja Tangkaplah sang penghuni manakala tampak... Ikatlah dia agar selalu bersanding dalam realita kerja... Agar jiwa dan ruh menyatu dalam hakekat.... Diri sebagai manusia yang sempurna Napas akan berkobar... Menjadikan air terikat dan udara terjerat... Oleh pesona diri sebagai makhluk yang beridentitas Cepatlah perjalanan hidup yang fana ini.... Berpulang dan berjumpa

Cermin Kepedihan Diri

 Hatiku dimana kau berada... Kala kepedihan menyeruak di dada... Tangisan tanpa air mata menjadi realita... Menghias dan menghalangi tatapan masa depan  Hatiku janganlah kau sekedar mengelana... Keluar masuk dalam diri tanpa mau singgah... Apakah diri masih berselimut kegelapan... Terpenjara oleh kondisi perjalanan yang fana Hatiku dimana kau mengelana... Kala kubutuhkan sebagai teman dan saudara... Menguatkan diri dalam kepedihan... Menghilangkan rasa dan menguatkan semangat untuk ikut arus skenario kehidupan Ooo ternyata... Dirimu tak jauh dari hadapan mata... Hanya diri tak pernah paham akan kehadiran... Terbelit realita kehidupan "siang" Tinggallah dalam dada... Akan kubangun tempat yang megah dalam dada... ku buang selimut yang menghalangi jalan.. Agar dirimu mampu tinggal nikmat dalam tubuh yang fana Berdiamlah dengan nyata... Menyatulah dengan diri yang dianggap hina oleh manusia..  Karena mereka tak pernah paham dengan makna... Luluh dalam sandiwara kesesatan Nitmatil

Pelerai Kepedihan

Janganlah terpaku dan berdiam dalam kepedihan... Tak seharus hidup terjebak selalu dalam jurang yang dalam... Karena hidup tidak diciptakan untuk itu semua.. Berjalanlah karena jalan mendaki ada di depan mata   Janganlah hilang harapan...  Jiwa menyeruak menangis terjebak dalam kepedihan... Bagaikan terminal yang membuat diri berhenti dalam arus  kehidupan... Karena perjalanan masih panjang yang harus dilaluinya. Janganlah hilang harapan...  Drama kepedihan hanyalah mimpi sesaat dalam irama perjalanan..  Jiwa telah menjadi gelap bagaikan masuk dalam penjara... Yakinlah bahwa penjarapun juga punya masa edarnya. Janganlah hilang harapan... Matahari selalu ada di samping kita... Yang siap bersinar dan menerangi alam semesta... Sabarlah dan bangkitkan iman dalam diri manusia  Tengoklah pada pohon yang ada... Kadang rindang dan diikuti dengan daun berguguran.... Jatuhnya daun bukan diiringi oleh tangisan akibat kekeringan yang dijalaninya... Namun ternyata kekeringan membuat akarnya semikan

Diri: Sudahkah Mengenal Tuhan?

Hatiku telah kutemukan... Bersiap untuk terbang menjemput bayangan...Namun diriku terjatuh dalam kondisi kehidupan... Yang membawaku berenang di telaga kehidupan Air telaga bukan menjadikan obat atas kondisi kehidupan... Tapi membuat bibit yang ada mulai bertunas.... Tumbuh berkembang menjadi sahabat... Agar diri mampu menemukan hakekat sebagai manusia. Musuh-musuhku tahu bahwa diri sudah memiliki sahabat... Menjadikan manusia tangguh dan sabar dalam kondisi kehidupan...Ia mulai panik dan kebingungan... Digigit kuku jarinya karena iri dan tipu dayanya tak berguna. Hatiku telah kutemukan... Melawan dan melepaskan diri dari penjara tipuan nasib kehidupan... Dan mengenalkan jalan untuk kembali pada Sang Pencipta... Agar esensi diri menemukan eksistensi realitas NYA pada diri setiap manusia. (KAS, 30/9/23, Eksistensi Realitas Diri) Bukan mengajak diri berandai-andai dan juga bukan mengajak berpikir secara berat ketika membahas "apakah diri ini sudah mengenal Tuhan?" .  Namun dir

Selubung diri dalam Kata Manusia

Gambar
Engkau ciptakan diri manusia ini dalam kesempurnaan... Ditugaskan dengan kemulian di dunia... Diberikan Panduan yang sangat lengkap... Sungguh sebuah skenario pertunjukan yang hebat. Engkau tiupkan ruhMU sebagai teman dalam perjalanan... Engkau tahu bahwa diri ini lemah dan tak tahu arah.. Dan diciptakan dari bahan yang rendah hingga mudah rapuh terkena badai kehidupan.. Karena kisah hidup tak seindah yang dibayangkan... Ooii benarlah yang Engkau firmankan... Sifat lalai dan selalu khawatir adalah bibit dari semua tindakan... Menjadikan diri ini tersesat dan salah dalam memilih jalan... Lupa akan hakekat dan tugas yang diembannya. Bagaimana mungkin diri akan bahagia?.. Hidup selalu senang dan nyaman tanpa terjebak masalah kehidupan... Bermimpi diri hidup seperti di taman surga... Tapi diri ini selalu ingkar dan selalu bertindak dalam ketidakseimbangan. Aduh sayang perjalanan hidup sudah terjadi... Tatapan mata kosong penuh harap dan garis lengkungan di kening menghiasi diri berteman ko