Diri Belajar Membaca "DEBU"

Terpenjarakah diri sekarang ini...  Terjebakkah diri dalam kondisi yang tidak pasti... Serasa diri menunggu antrian untuk ajal yang menanti... Karena masalah debu yang telah  meracuni diri 
Sang Pencipta  memberi peringatan dan  pelajaran kepada diri... Namun diri tidak pernah sadar... Karena  tidak pernah mau memahami lebih... Dan lebih percaya pada omongan nenek moyang dari pada ajaran yang pasti
Debu adalah simbul dari pembelajaran yang alami... Yang memiliki banyak peran dan fungsi... Namun diri tidak pernah menyadari... Karena terlena dengan kondisi dan pemahaman yang keliru serta dini ... 
Debu adalah bagian dari hal yang bisa mensucikan diri...  Karena debu merupakan hal yang bisa memadamkan "kebakaran"...  Akibat sifat diri yang selalu  berhasrat untuk memuaskan nafsu yang tersembunyi... Yang mengakibatkan selalu bergelut dan bergelimang dengan angkara murka diri
Debu sebagai petaka dan alat untuk menghukum  diri  ... Akibat kehidupan diri manusia yang  selalu  berhasrat untuk memuaskan nafsu dan birahi... Yang sering  dilalui dengan   jalan pintas untuk mencapai amarah dan ambisi ... Tanpa peduli lagi dengan syiar dan syair yang ada dalam Buku Sejati...
Oooiii.... Bodohnya diri selama ini...  Ibarat petaka dari dan datangnya debu maka obatnya ya debu itu sendiri ... Namun debu seperti apa yang menjadi obat diri...
Hai diri Sadarlah... Kembalilah ke hakekat diri... Carilah debu yang bisa mematikan debu yang membara... Karena debu yang panas hanya bisa mati jika ditutup dengan debu yang  dingin.
KAS, 25/7/2021, Puisi Debu


Hampir dua tahun diri kita terpenjara oleh kondisi akibat adanya virus yang sekarang melanda seluruh dunia.  Serasa tidak ada obat yang dapat menghilangkan virus itu.  Dan diri kita yang termasuk manusia awam banyak yang hanya pasrah menunggu kematian dengan melakukan aktivitas kehidupan yang bisa dilakukan.  Namun banyak juga orang yang hidup merasa bahwa penyakit itu tidak akan kena dirinya karena pemahaman yang kurang akibat termakan informasi yang kurang lengkap.  

Dengan kondisi yang sekarang ini memenjara diri mengakibatkan diri kembali mengkaji kenapa ini bisa terjadi.  Maka diri mengajak kepada pembaca untuk kembali belajar buku Panduan hidup kita.  Dengan Buku itu maka diri akan mendapatkan pencerahan untuk memiliki keyakinan agar diri dapat hidup dalam kehidupan baru di dunia ini. Kajian tentang kondisi sekarang ini diri melihat bahwa virus yang mematikan ini adalah sesuatu yang memang mungkin sebagai bahan untuk mengingatkan manusia tentang hakekat diri yang sesungguhnya.  

Corona adalah virus yang diterbangkan oleh angin.  Karena suatu hal yang dapat diterbangkan oleh angin maka masuk dalam kategori debu. Dengan demikian akibat bagian dari debu maka disini dibahas bagaimana debu dapat menjadi sebagai sebuah ujian/cobaan/azab yang diberikan oleh Sang Pencipta kepada manusia sebagai ujud peringat dan pengingat akan diri manusia di muka bumi ini.  Dan Ketika diri belajar dan membuka Buku Panduan maka ditemukan dua Surat yang ada yang membahas masalah yang berhubungan dengan debu tersebut.

Dari dua ayat tersebut dapat memberikan gambaran yang singkat bagaimana bentuk cobaan yang berupa debu itu bisa menjadi sebuah malapetaka atau azab bagi diri manusia.   Azab debu ini diturunkan pada dua macam kondisi  yaitu di musim hujan dan pada saat peperangan

Musim hujan adalah diartikan sebagai bagaimana diri manusia digambarkan ketika mudah di dalam mendapatkan rejeki akibat turunnya air dari langit yang menghidupkan tanah yang mati dan menyuburkan tanah yang kering serta menumbuhkan tumbuhan sebagai bentuk kemurahan Sang Pencipta kepada Manusia.  Azab akan turun pada saat itu karena manusia lupa akibat terlalu banyak waktu yang dihabiskan untuk menghitung dan menyimpan rejeki yang diterimanya serta yang mengakibatkan lupa asal usul dan hakekat rejeki yang dimilikinya merupakan karunia dari Sang Pencipta.

Azab ini diberikan kepada orang yang dholim yaitu orang yang meletakkan suatu perkara tidak pada tempatnya.  Diri yang termasuk dalam kondisi ini adalah diri yang lebih mementingkan kepentingan pribadi di atas hakekat keberadaan dirinya sebagai manusia. Maka  diri yang dholim adalah melambang sifat kejam atau bengis atau tidak memiliki nilai prikemanusian dan suka melihat penderitaan/kesengsaraan orang lain serta melakukan kemungkaran/ketidakadilan dan lain sebagainya. Maka manifestasi diri dalam kondisi ini akan terjadi ketika: 1) diri tidak dapat menemukan dirinya sendiri; 2) diri yang tidak dapat adil dan menjaga keseimbangan dengan sesama; 3) diri yang tidak dapat menjadi pemelihara dan penjaga keseimbangan alam semesta; dan 4) diri yang tidak mampu menempatkan diri sebagai abdi atau pengganti dari Sang Pencipta.

Saat Perang adalah diartikan sebagai bentuk adanya dua pihak yang ingin menunjukkan dominasi kepemimpinan atau kepemilikan atas suatu hal tertentu.  Banyak orang yang menyatakan atau berasumsi bahwa perang adalah bentuk perwujudan fisik dari naluri untuk mempertahankan diri dan untuk menunjukkan dominasi dirinya dalam pergaulan antar manusia.  Pemahaman ini tidak salah dan sekarang menjadi rujukan para ahli ahli  namun pemahaman ini adalah bentuk pemahaman orang-orang yang dalam kategori prasejarah.  

Sedangkan diri apabila dikatakan sebagai orang bagian dari sejarah yang meninggalkan bekas bekas yang akan dikenal adalah harus merujuk pada pemahaman perang yang sesuai dengan Sejarah.  Karena dalam ajaran dikatakan bahwa bentuk perang yang terbesar adalah perang yang ada dalam diri sendiri.  Ketika diri menang dalam perang dalam diri maka itulah yang dikatakan orang yang masuk dalam sejarah karena mereka itu termasuk orang-orang yang mampu menjaga keseimbangan diri/sesama/alam/dengan Sang Pencipta.  Kemenangan diri dalam perang ini akan mampu menjadi suri tauladan bagi sesama manusia.

Bagan dan keterangan yang menunjukkan ciri dan kondisi diri yang terkena azab  digolongkan kepada dua kelompok yaitu kepada orang yang dholim dan kepada orang yang menjadi musuh. tersebut dapat dilihat dalam gambar ini.

DEBU/CORONA

Makna dari pagi hari

Ketika debu diberikan oleh sesama manusia itu sendiri sebagai bentuk penyerangan terhadap musuh  atau oleh sang Pencipta sebagai bentuk azab kepada manusia yang dholim dilakukan pada waktu hari.  Banyak diri berpikir ketika pagi hari bahwa diri manusia banyak disibukkan oleh kegiatan yang fokus pada pemenuhan kebutuhan kehidupan untuk bekal di dunia.  Dan ketika kesibukkan yang menyita itu akan menjadikan banyak yang terlena dengan kegiatan tersebut.

Makna pagi hari jika kita pelajari secara mendalam memiliki arti sebagai berikut:

1. Pagi sebagai awal dari hari

Pagi hari dikatakan sebagai awal dalam hari ini artinya bahwa pagi hari merupakan kunci diturunkannya rejeki dan merupakan awal bergulirnya hari untuk beraktivitas melakukan kegiatan hari itu.  Sebagai awal dari hari maka keberhasilan dan ketenangan atau keberkahan serta semangat diri untuk beraktivitas sangat ditentukan pada saat itu.  Maka banyak nasehat yang mengatakan mulailah hari dengan kegiatan pagi yang positif dan mulailah dengan berdoa. 

Ketika diri membuka literatur dalam buku dikatakan pagi hari adalah saat fajar atau menjelang subuh.  Hal ini berarti pagi hari merupakan saat sebelum matahari menyingsing atau terbit.  Dan saat itulah diri kita diharuskan untuk mulai aktivitas dengan aktivitas berdoa kepada Sang Pencipta sebagai bentuk atau kunci untuk pembuka rejeki atau keberkahan atas kegiatan untuk mencari rejeki di hari itu.

Ketika ini dihubungkan dengan azab atau cobaan yang diberikan oleh Sang Pencipta kepada manusia karena pada saat tersebut antara fajar dan subuh adalah waktu yang paling nyaman untuk tidur bagi diri kita.  Kondisi ini akan terjadi pada diri kita yang tidak pernah merasakan atau tersentuh oleh seruan ajaran untuk selalu bangun pagi.  Maka ketika azab ini diberikan adalah untuk mereka yang terlena dan terbuai dengan kepentingan diri untuk menikmati tidur akibat dari buta dengan sentuhan ajaran.  Yang selamat dari azab ini adalah mereka yang bangun pagi karena diri merasa perlu mendekatkan diri kepada Sang Pencipta untuk melakukan aktivitas doa agar mendapat keberkahan di hari yang akan dijalani

2. Pagi hari ketika matahari terbit sampai menjelang siang

Pagi hari dikatakan waktu matahari terbit sampai menjelang siang ini artinya bahwa antara waktu subuh dengan sampai dengan waktu dhuha.  Jadi dapat digambarkan dengan waktu antara pukul 5 pagi sampai dengan pukul 10 pagi.  Berpijak pada difinisi waktu ini  maka dapat diartikan bahwa waktu pagi adalah waktu yang sangat singkat yang digunakan untuk aktivitas diri dalam mempersiapkan segala hal yang berhubungan dengan aktivitas kehidupan sehari hari mulai dari aktivitas rumah sampai persiapan aktivitas kerja sehari hari.  

Ketika ini dihubungkan dengan azab atau cobaan yang diberikan oleh Sang Pencipta kepada manusia karena kondisi ini diri disibukkan dengan aktivitas material atau fisik atau jasmaniah. Maka ketika azab ini diberikan adalah untuk mereka yang terlena dan terbuai dengan kepentingan diri untuk menikmati persiapan aktivitas diri.  Yang selamat dari azab ini adalah mereka yang bangun pagi karena diri merasa perlu mendekatkan diri kepada Sang Pencipta untuk melakukan aktivitas doa agar mendapat keberkahan di hari yang akan dijalani.

3. Pagi hari diartikan waktu yang cepat

Ketika ini dihubungkan dengan azab atau cobaan yang diberikan oleh Sang Pencipta kepada manusia karena pada saat tersebut kondisi waktu yang sangat cepat.  Kondisi ini akan terjadi pada diri kita yang tidak pernah merasakan atau tersentuh oleh seruan ajaran karena diri memiliki kesibukan yang sangat banyak aktivitas namun tidak memiliki nilai dimata sang Pencipta.  Maka ketika azab ini diberikan adalah untuk mereka yang terlena dan terbuai dengan kepentingan diri untuk menikmati aktivitas mencari bekal kehidupan dunia tanpa adanya sentuhan ajaran.  Yang selamat dari azab ini adalah mereka yang memiliki kesadaran diri merasa perlu dan selalu berusaha mendekatkan diri kepada Sang Pencipta untuk melakukan aktivitas hidup agar mendapat keberkahan di hari yang akan dijalani

4. Pagi hari diartikan mudah berubah pendirian

Ketika ini dihubungkan dengan azab atau cobaan yang diberikan oleh Sang Pencipta kepada manusia karena Hidup diri kita tidak pernah memiliki keyakinan diri yang berdasarkan dengan buku Panduan.  Kondisi ini akan terjadi pada diri kita yang tidak pernah merasakan atau tersentuh oleh seruan ajaran sehingga hidup diri laksana buih di pinggir lautan yang terombang ambil oleh ombak.  Maka ketika azab ini diberikan adalah untuk mereka yang terlena dan terbuai kenikmatan menikmati goyangan ombak di laut karena diri adalah ibarat manusia yang tidak memiliki pegangan hidup.  Yang selamat dari azab ini adalah mereka yang dalam hidupnya selalu hidup berdasarkan keyakinan diri bahwa diri adalah makhluk yang diberi kecukupan dan kesempurnaan.  Memang untuk menuju kecukupan dan kesempurnaan dibutuhkan perjalanan yang panjang yang dinamakan kepasrahan dan sabar.

Harapan diri mari kita lepaskan kondisi diri dari ciri ciri sifat orang yang terkena azab debu itu dengan cara:
1. Belajar  namun tidak sekedar mem"baca"
2. Berilmu namun ilmu yang memiliki keseimbangan
3. Bertasbih namun tidak sekedar Ritual
4. Berzikir namun tidak sekedar Jasmaniah

Magelang, 25/7/2021

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DIRI DAN ASTROLAH SANG PENCIPTA

Terjebak Jalan Pulang

Pasukan Bergajah