DIRI ANTARA KEYAKINAN DAN PENJARA KEMUNAFIKAN

 Puisi Berteman
Berteman bukan karena saling kenal
Berteman bukanlah  karena memiliki visi dan tujuan yang sama
Berteman bukanlah karena diri kita membutuhkan orang lain
Dan Berteman bukanlah karena saling membutuhkan...

Jika diri berteman karena itu maka munafiklah kita..
Jika diri sudah tidak mau menganggap teman sudah menjadi musuh maka kafirlah kita...
Jika teman kita tidak baik tidaklah dengan memutus hubungan, namun jagalah dia..
Jadilah teman yang baik karena...

Temanmu adalah sahabatmu..
Temanmu adalah saudaramu...
Temanmu adalah bagian dari dirimu
Dan Temanmu adalah bagian dari Tuhanmu..

Sapalah  jika dia baru sendirian...
Bantulah  jika dia baru dalam kesusahan..
Hiburlah  jika dia baru dalam Kesedian,,
Janganlah Kau acuhkan dia jika dirimu tidak ingin diacuhkan oleh Tuhanmu

KAS, 4/2/2021

Topik kali ini membahas seputar kehidupan kita sehari hari dalam hubungannya dengan berteman.  Banyak diri kita yang berteman dikarenakan diri memiliki kepentingan tertentu.  Padahal diri sering dan memiliki pengetahuan tentang maksud dari berteman itu.  Namun makna berteman sudah melenceng jauh dari hakekat pemahaman teman yang sesungguhnya.  Mengapa demikian? Dan dimanakah salah kita ketika diri masuk dalam fenomena ini.

Untuk membahas topik ini saya teringat dengan sebuah cerita tentang dua putera Adam As. Potongan cerita itu diri ambil sebagai pengangkat pemahaman diri tentang makna dan hakekat teman yang sesungguhnya.  Ketika dua putra Adam As berselisih karena ingin mendapatkan sesuatu yang menjadi tujuan bersama maka ada niatan jahat dari salah satunya.  Habil yang selalu menang dalam setiap "perlombaan" karena dirinya memiliki sifat-sifat yang baik sedangkan Qobil adalah ditakdirkan memiliki bentuk tubuh yang kurang istimewa dan memiliki pengetahuan serta sifat sifat yang kurang terpuji.

Karena merasa "kalah" maka jalan pintas dia ambil untuk membunuh Habil.  Itulah pembunuhan pertama yang terjadi dimuka bumi.  Pengetahuan tentang bagaimana mengubur mayit dimulai dari peristiwa ini bukan tujuan untuk menguburkan mayat namun untuk menyembunyikan habil bila dicari oleh manusia lain. Kegiatan yang salah untuk menyembunyikan menjadikan sebuah pengetahuan bagaimana menguburkan sebuah mayat.  Pengetahuan yang diciptakan ini bukanlah sebuah kebetulan dengan adanya kejadian pembunuhan yang dilakukan oleh Qobil namun merupakan sebuah ilmu yang diberikan oleh Sang Pencipta melalui alam dengan melihat seekor burung yang sama menguburkan burung yang mati.

Pemahaman cerita ini menggambarkan bahwa sebagai manusia ketiga dan keempat yang hidup dimuka bumi maka mereka berdua adalah saudara/sahabat/teman karena dunia yang luas ini belum banyak penghuninya.  Ketika perintah orang tua belum muncul mereka pun hidup layak saudara/sahabat/teman.  Namun ketika perintah Adam As agar kedua anak itu untuk menikahi putri-putri yang juga adiknya mereka "bersaing" untuk mendapatkan pasangan yang terbaik.  Dari sinilah dapat kita mulai membahas antara keyakinan diri dan penjara kemunafikan.

Keyakinan diri merupakan sebuah output yang keluar dari diri manusia.  Input yang ada adalah informasi atau pengetahuan yang di dapat baik dari eksternal maupun internal.  Untuk menjadi sebuah keyakinan maka di proses/diolah dalam diri manusia yang sudah dibekali dengan alat pengolah yang canggih.  Alat pengolah ini yang dinamakan "Indra" (baca:indra manusia ). Namun kenyataannya banyak diri yang salah dalam mengartikan indra sehingga banyak output yang melenceng dari nilai hakekatnya.

Informasi eksternal adalah informasi yang di dapat dari luar diri manusia baik dari penampakan secara fisik yang ditangkap dengan mata maupun ungkapan dari mulut seseorang yang ditangkap dengan telinga kita.  Informasi eksternal ini yang kita dinamakan sebagai informasi fisik/material/jasmaniah.

Sedangkan informasi internal adalah informasi yang di dapat dari perdebatan yang ada dalam tubuh akibat pengolahan informasi eksternal dengan hati sebagai poros untuk menimbang serta konektivitas diri (akal) yang memberikan "bisikan" kebenaran yang berasal dari Sang Pencipta. Informasi internal inilah yang sering dinamakan sebagai informasi non fisik/non material/ruhaniah.

Kebanyakan pemahaman tentang pengolahan informasi ini belum banyak dipahami oleh diri.  Karena selama ini pengetahuan tentang pengolahan informasi yang ada dalam diri manusia selalu condong pada ilmu yang umum dipelajari.  Hal ini mengakibatkan banyak kekeliruan yang terjadi pada diri kita di dalam memaknai sebuah peristiwa atau sebuah kata.  

Ketika kata yakin diartikan hanya sebagai sebuah kata yang umum maka kata yakin itu memiliki arti yang ringan dan tidak sampai ke dalam hati.  Suatu misal ketika kita yakin kepada seorang teman selama tidak ada informasi yang buruk atas teman itu maka diri masih yakin dan berteman kepadanya.  Akan tetapi jika kita mendapatkan informasi eksternal yang masuk tentang ketidakbenaran teman itu maka otomatis akan menggoyahkan atau bahkan menghilangkan keyakinan diri kita terhadap orang tersebut.  Gampang berubah keyakinan diri ini akibat informasi hanya diolah dengan indra yang salah.

Sebaliknya jika kata yakin diartikan sebagai sebuah kata yang khusus (lebih mendalam) maka yakin akan memiliki makna yang dalam dan akan terpatri dalam diri manusia.  Kasus di atas mengenai keyakinan yang berubah itu karena diri hanya sekedar "yakin" jasmaniah.  Namun ketika "yakin" terhadap teman yang didasarkan atas informasi internal itu ada informasi yang tidak baik mengenai teman kita tidak otomatis merubahnya.  

Maka fenomena banyaknya orang yang dulunya berteman kemudian berubah menjadi musuh bisa terjadi manakala diri kita belum bisa memanfaatkan indra pemberian Sang Pencipta.  Tetapi ketika kita bisa memanfaatkan indra dengan baik maka manakala informasi tentang teman itu benar dan merupakan sebuah fakta langkah yang diambil bukan memutuskan nilai persahabatan namun diri kita berkewajiban untuk mengingat kan atau hanya sekedar menjauh untuk menghindari rusaknya nilai keyakinan yang dimiliki.

Fenomena lain yang terjadi adalah banyaknya teman yang berlaku munafik.  Perilaku munafik ini adalah perilaku dimana ketika teman berhadapan dengan diri kita langsung mereka berlaku baik dan alim namun ketika dibelakang  mereka justru membunuh karakter kita.  Dan fenomena dimana ketika orang mau berteman ketika membutuhkannya namun teman akan ditendang ketika sudah tidak dibutuhkannya. Atau fenomena ketika berteman adalah satu visi yang sama namun teman dibutuhkan ibarat sebagai korban atas perjuangan untuk mencapai visi tersebut.  Masalah-masalah pertemanan ini adalah hal yang umum dan banyak terjadi.  Namun apakah mereka yang melakukan ini merasa salah?

Jawabannya adalah tidak.  Karena orang yang berkelakuan seperti ini adalah orang yang tidak memiliki keyakinan dalam diri sehingga kehidupannya bagaikan terpenjara dalam sifat orang yang munafik.  Dan mereka yang berkelakuan seperti ini tidak menyadari bahwa kelakuannya adalah merupakan ciri-ciri orang yang munafik.  Diri terpenjara seperti ini akibat diri tidak memiliki keyakinan (prinsip hidup) yang kuat dan mengakibatkan diri ragu/was-was serta ketakutan dalam menghadapi kondisi kehidupan.  Banyak dari diri kita yang tidak sadar terpenjara dalam pertemanan yang semu dan ini merupakan hal yang umum di kehidupan sekarang.  Buku Panduan mengatakan diri yang terpenjara ini merupakan golongan terbesar dari manusia yang hidup di dunia.

Alangkah ruginya jika diri kita masih terpenjara dalam kondisi pertemanan ini karena tidak mungkin diri kita akan menikmati indahnya kehidupan di dunia.  Keindahan kehidupan di dunia merupakan bekal kita untuk kuat dan tangguh dalam membentuk kokohnya keyakinan hidup untuk lelaku sebagai musafir. Lelaku musafir tidak membutuhkan kebahagian palsu yang hanya di dapat di dunia  namun yang dicari adalah kebahagian sejati yaitu di dunia dan Rumah Sang Pencipta.

Langkah diri agar terlepas dari penjara kemunafikan adalah: Pertama, Baca dan belajar pada buku Panduan.  Karena dengan membaca buku Panduan otomatis akan membuka cakrawala pemahaman yang selama ini terselimuti oleh benak keinginan yang material/fisik.

Kedua, Manfaat dan optimalkan "Indra" yang diberikan oleh Sang Pencipta.  Karena selama ini diri kita belum memahami hakekat indra yang sesungguhnya.  Dengan memahami indra yang sesungguhnya maka akan bekerja secara optimal diri manusia sehingga menjadikan diri sebagai manusia yang memiliki derajat tertinggi dibandingkan dengan makhluk lain.

Janganlah berlari kesana kemari... Hanya kelelahan yang engkau peroleh... Jadilah diri yang kuat dan Tangguh... Karena itu adalah tongkat dan teman perjalanan kamu... 

Penyakit was was dan ragu memang ada pada dirimu... Dan itu hanyalah laksana kelambu... Yang selalu menyelimuti hatimu... Agar dirimu tak mampu meneruskan lelaku 

(Kas, 4/2/2021)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DIRI DAN ASTROLAH SANG PENCIPTA

Terjebak Jalan Pulang

Pasukan Bergajah