Diri: Menemukan Body Tubuh

Manusia adalah bagian dari ciptaan Allah SWT yang diciptakan dengan disertai nyawa dan berwujud sehingga menjadikan diri tampak dan bisa bergerak.  Dalam pemahaman umum ketika diri bergerak maka dikategorikan sebagai makhluk hidup dan karena tampak maka maka wujud atau ukurannya adalah tubuh (body) yang dimiliki. Namun sering kali manakala diri lupa dan lalai dengan pemahaman masalah nyawa manusia yang biasanya hanya di hubungkan dengan bergeraknya diri sebagai makhluk hidup.

Kelengkapan diri dengan adanya rohani seharusnya merupakan hal yang sama perlakuannya seperti jasad fisik yang nampak  perlu dibangun agar tumbuh seimbang dengan jasad.  Ketidaktahuan diri dengan pemahaman ini mengakibatkan banyak diri terlena dengan pembangunan body dan hanya fokus pada fisik atau jasad yang nampak. Mungkin dapat dikatakan kondisi diri sekarang mengalami ketidak seimbangan karena memiliki tubuh fisik yang besar namun tubuh rohani masih bayi.  

Fenomena banyaknya diri yang terlena dengan pembangunan body tersebut mengakibatkan jauh dari idealnya dikatakan sebagai manusia yang sempurna.  Bahkan mungkin dapat dikatakan diri termasuk golongan manusia yang tumbuh dengan kecacatan body karena ketidak pahaman dengan pemahaman tentang tumbuh untuk menjadi manusia yang ideal.  Maka manakala diri dalam "kecacatan" ini memunculkan perilaku diri yang menyimpang dan memiliki derajat yang rendah sehingga jauh dari maksud Allah SWT menciptakan manusia sebagai penggantiNYA di muka bumi.

Betapa bodoh dan sombongnya diri manakala berperilaku seperti ini. ibarat memiliki tubuh yang bagus atau otak yang cemerlang dengan kepemilikan ilmu yang tinggi namun ternyata body ruhani tidak pernah dibangun.  Maka perilaku yang dilakukannya pun jauh dari hakekat tugas diri sebagai manusia.  Bahkan mungkin dapat dikatakan diri adalah manusia yang seharusnya memiliki derajat yang tinggi akibat ketidaktahuan menjadi memiliki derajat paling rendah dibandingkan dengan makhluk lainnya.  Dan dengan dasar asumsi seperti ini maka tidak salah jika hidup diri sekarang tidak membuat kemakmuran di atas bumi melainkan membuat kerusakan atau saling menumpahkan darah baik sesama manusia ataupun dengan makhluk lain di alam semesta ini.


Build of  the Body

Build of the body memiliki dua hakekat makna yang seharusnya dapat menjadi pegangan dalam membangun diri sebagai manusia yang seutuhnya.  Karena makna yang tersirat tersebut dalam build of the body pengasan diri bahwa seharusnya kembali pada hakekat diri diciptakan sebagai manusia seperti kodrat dan iradat Allah SWT.  Namun penegasan ini dibutuhkan sebuah tekat yang kuat dan mental baja karena banyak bertentang dengan kepemilikan pemahaman pengetahuan manusia lain.

Dua makna yang ada dalam build of the body adalah  berhubungan dengan tugas diri untuk membangun dan sebagai sebuah renovasi .  Makna pertama dari build of the body adalah tugas membangun akan tercapai manakala diri berangkat dari nol.  Ibaratnya adalah membangun sebuah bangunan dari nol (tanah lapang) yang dimulai dari pondasi sampai bangunan selesai dengan penyempurnaannya yang sempurna seperti kehendak dari Allah SWT.  

Maka membangun diri dengan kondisi seperti ini dapat dilakukan manakala posisi manusia masih balita dengan dididik dan dibesarkan seperti pemahaman yang ada dalam Al Qu'an.  Tumbuh berkembang secara alami namun ilmiah karena didasarkan atas panduan hidup manusia yang tidak dicampuri oleh aturan-aturan lain yang muncul dari nilai-nilai persepsi manusia yang diyakini.  Karena nilai keyakinan yang ada mungkin berbeda dengan aturan yang ada dalam panduan hidup manusia yang terdapat dalam Al Qu'an.

Hal ini dikarenakan nilai-nilai yang ada sekarang banyak didasarkan oleh asumsi atau persepsi yang dikatakan baik namun sebetulnya tidak sesuai dengan hakekat membangun manusia yang baik.  Padahal mungkin diri kita selama ini terlalu yakin dengan "omongan" orang tentang bagaimana mendidik atau membangun anak untuk menjadi manusia.  Hal ini dikarenakan mungkin diri tidak memiliki kesempatan atau malas untuk membuka agar dapat "baca dan belajar" Al Qur'an secara benar.  Dan akibatnya "bangunan" manusia yang dihasilkannya pun tidak sama dengan gambaran hakekat manusia yang sesungguhnya.

Bukankah ini sebuah kelucuan hidup yang terjadi sekarang ini dan menjadikan diri kita salah spesifikasi sebagai manusia yang sempurna. Ketika bangunan manusia seperti ini maka pasti terjadi sebuah perilaku hidup yang penuh dengan "sendau guruan" karena banyaknya penyimpangan yang dilakukan.  Sindirian Allah terhadap diri manusia sudah tertuang  dan terbukti bahwa hidup manusia penuh dengan sendaugurauan dan banyak yang hidup dengan keingkaran terhadapNYA.

Sebuah kerugian manakala diri menyadari bahwa ternyata sampai sekarang hidup ternyata bangunan manusia yang dimiliki tidak sesuai dengan spesifikasinya.  Karena tidak sesuai dengan spesifikasinya maka perilaku diri yang mudah goyah dan tidak teguh dalam keyakinan menjadi dominasi dalam kehidupan sehari-hari.

Makna yang kedua dari build of the body adalah sebuah renovasi.  Kesadaran diri lah sebetulnya yang memunculkan niat untuk melakukan renovsi terhadap sebuah bangunan.  Hal ini dikarenakan karena kondisi yang tidak sesuai antara realita dengan spesifikasi sehingga kehidupan selalu terjebak pada kondisi.  

Kesadaran ini muncul diakibatkan oleh kehidupan diri manusia yang dirasakan selalu tidak menemukan ketenangan dan kebahagiaan dalam hidupnya.  Hidup yang dijalani akan selalu dalam kondisi kekurangan atau kekekirangan sehingga dalam kehidupan selalu haus akan keinginan dari hasrat dan kuasa dalam memenuhi ambisi yang dicapainya.  Ketika hal ini terjadi maka diri akan selalu hidup dalam kekhawatiran dan keluh kesah.

Rasa keluh kesah dan kekhawatiran ini muncul akibat diri tidak memiliki kepemilikan yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada manusia yang seharusnya menjadi bekal dalam perjalanan kehidupan di dunia ini.  Hilangnya kepemilikan yang seharusnya dimiliki karena dilupakan kehadirannya dalam diri kita mengkibatkan "rasa" tersebut muncul dan menjadi dominasi pikir dan perasaan yang bermain dalam kehidupan sehari-hari.

Padahal sesuatu yang seharusnya menjadi penyeimbang dan penegasan dalam kehidupan diri kita hilang karena tidak pernah terpikirkan selama perjalanan dalam kehidupan ini.  Kesadaran akan kondisi ini lah yang memunculkan niat untuk melakukan renovasi bangunan atas diri sebagai manusia.  Bukankah hal seperti ini juga dilakukan oleh Muhammad SAW sebelum beliau menerima wahyu pertamanya?  Bukan sekedar sejarah nabi namun kondisi nabi yang merasakan ketidaktenangan beliau dalam menjalani kehidupan saat itu seharusnya menjadi pelajaran diri dengan realita kondisi hidup kita sekarang ini.

Bukannya diri menyamakan untuk menjadi nabi namun sebuah pelajaran dari peristiwa beliau seharusnya menjadi pegangan dalam hidup diri kita untuk membangun diri agar dapat menjadi manusia yang sempurna. Dengan kesadaranlah diri seharusnya mampu melakukan renovasi terhadap bangunan manusia yang sementara ini tidak sesuai dengan spesifikasi agar berubah mendekati hakekat manusia yang memiliki derajat tertinggi dibandikan dengan mahkluk lainnya.  

Diri manusia dalam melakukan renovasi bangun tergantung pada kondisi bangunan yang dimiliki. Renovasi dapat dilakukan secara berat manakala diri merasa pondasi agama belum sesuai dengan spesifikasinya ataupun hanya sekedar renovasi ringan untuk penyempurnaan kepemilikan konektivitas diri dengan Allah SWT agar dimudahkan dalam menjalankan perjalanan di muka bumi ini (baca: Indra dan Akal manusia.).


Membangun Diri

Tugas diri dalam membangun atau melakukan renovasi ini adalah untuk tujuan menemukan jati diri (tubuh) manusia yang sesungguhnya.  Bukan secara fisik yang terlihat dalam tugas dalam membangun diri ini melainkan keseimbangan pertumbungan diri sehingga mampu memberikan "sebuah tempat" untuk terbangun konektivitas diri dengan Allah SWT. Sebagai sebuah tempat artinya bahwa diri seharusnya memiliki sebuah wadah untuk kembalinya sesuatu yang seharusnya menjadi milik diri (awak) yang diberikan oleh Allah SWT pada saat diri dilahirkan untuk menjadi bekal dalam perjalanan di kehidupan di dunia ini.

Proses pembangunan ini diibaratkan selama tiga belas tahun yang merupakan gambaran dominasi kondisi manusia agar mampu hidup dengan penuh kenikmatan.  Proses yang begitu panjang bukan dari waktunya namun dalam menyiapkan "tempat" kembalinya bekal yang diberikan oleh Allah SWT. Ada beberapa tahap atau proses dalam membangun diri yang perlu dijalani oleh setiap manusia.

Pertama, bersifat Tartila/ bertahap. Selama proses pembangunan ini maka sifat "tartila/bertahap" bukan instan adalah cara tempuh untuk tugas "baca dan belajar" buku Panduan hidup untuk menjadi manusia.  Hal ini dilakukan sesuai dengan perintahNYA dan tertuang dalam Al Qur'an bahwa dalam hidup akan menemukan banyak kondisi yang dihadapi maka diri harus mampu menangkap pemahaman yang ada dari peristiwa yang dhadapi.

Kedua, Mematerialkan yang Abstrak. Artinya bahwa mungkin selama ini pemahaman diri selalu terjebak pada dunia materi dan menganggap bahwa yang ghoib adalah hanya sekedar bentuk kepercayaan.  Padahal  sesuatu yang ghoib atau abstrak seharusnya juga memiliki nilai material dan sama seperti sesuatu yang nyata/ fisik.  Proses membangun atau renovasi ini seharusnya memberikan tempat atau porsi yang sama antara yang kasad mata (jasmani) dengan yang abstrak (rohani) agar dalam diri manusia ada tempat untuk menampung bekal yang diberikan oleh Allah SWT.

Ketiga, Menemukan Jamaah.   Tubuh merupakan kumpulan dari beberapa bagian yang menjadi satu sehingga membentuk manusia yang sesungguhnya.  Jika dipandang dari segi penciptaan maka tubuh juga seharusnya dua bagian yang hidup dalam diri manusia yaitu unsur jasmani yang diwakili oleh jasad dan unsur rohani yang diwakili dengan hidupnya hati.  Hidupnya hati sebagai as penggerak kerja manusia yang di dalamnya berisi materialnya yang abstrak.  Dan hidupnya dua unsur inilah sebetulnya hakekat manusia yang sesungguhnya.

Keempat, Menghidupkan Mayat. Ketika hidup diri hanya di dominasi oleh jasmani maka ibarat diri adalah mayat yang berjalan.  Menghidupkan orang mati (mati jiwa manusianya) adalah tugas dalam membangun diri sebagai manusia sejati. Kehidupan di mulai lagi manakala sisi rohani sudah terbentuk menjadi wadah bagi ruh yang ditiupkan manakala dilahirkan di muka bumi.  Kehidupan baru ini lah hakekat dari hidup dimatikan  dan dihidupkan dari mati oleh Sang Pencipta agar diri mampu menjalankan tugas untuk menjalani perjalanan di muka bumi ini.

Kelima, Memiliki inti kehidupan.  Meminjam istilah "manunggaling gusti marang kawulo" yang artinya bahwa hidup ini adalah karena kehendak Allah SWT dan dalam mengisi dan menjalani kehidupan bersamaNYA karena hidup manusia hanya sekedar melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-laranganNYA.  "Kemanunggalan ini berarti apapun yang diri manusia lakukan adalah semata-mata karena ibadah terhadap Allah SWT..   Hasil kerja dari kemanunggalan adalah kenikmatan dan kebahagian hidup dalam perjalanan kehidupan di dunia dan pulang ke rumah Allah sebagai kekasihNYA.

Sedikit pemahaman tentang membangun diri sebagai manusia yang sesungguhnya agar diri mampu menjalankan amanatNYA.  Diri yang selalu berusahan untuk membangun sebagai manusia yang sesuai dengan spesifikasi Allah yang berdasarkan pada Al Qur'an adalah dambaan manusia dan harapan dari Muhammad SAW untuk umat-umatnya.


Bangunan telah terbangun dengan kokohnya.... Sang penghuni bahagia masuk dan menempati dengan bahagia... Tak takut akan kondisi yang akan dijumpai dalam kehidupan... Karena hidupnya sudah menemukan pasangan yang elok dan rupawan
Kalbu-kalbu bergembira... Kegirangan sambil menyingkapkan jubah kebesaran... Diri manusia telah menangkap rantai belenggu kehidupan... Jubah kebesaran terbuang diganti dengan kerendahan hati dan ketundukan
Bagaikan penyanyi kelana yang mendendangkan lagu kemesraan... Mabuk cinta adalah rasa yang ada di dada... Siang dan malam laguMU ku nyanyikan membawa semerbak kesetiaan...  Bahagia dan nikmat serasa minum arak yang tak memabukkan.
Keringkan botol yang kupegang... Bukan mabuk karena isinya... CintaMU lah akar kehidupan manusia... Kasih dan sayangMU yang membuat diri bahagia. 
(KAS, 3/9/2023,Para Pencari Cinta)


Terima kasih

Magelang, 3/9/2023
KAS

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DIRI DAN ASTROLAH SANG PENCIPTA

Terjebak Jalan Pulang

Pasukan Bergajah