Diri Dalam Dimensi Kebodohan

 Kemajuan jaman laksana pedang yang bermata dua...  Akan menebas manusia yang berdaya dan tak berdaya...  Tertinggal dan tertipu oleh eloknya sandiwara dunia...  Dan akan menghempas dan membabat dengan tak pandang bulu
Bagaikan hukum rimba kehidupan ini... Siapa yang kuat mereka akan menguasai... Siapa yang "berilmu" dia akan semakin berkibar... dan siapa yang lemah dan bodoh maka akan semakin menderita
Terlihat ufuk barat semakin berkuasa... Mencengkeram apapun yang ada di timur... Menguasai diri kita dengan dalih apapun untuk alasan kepuasan diri mereka ... Yang semua alibi itu dapat diterima oleh logika dunia materi..
Bahkan banyak orang di timur yang berbondong bondong mengubah kiblat diri... Agar diri dapat dikatakan orang yang berkemajuan... Agar  dapat terbebas dari tindasan dari diri yang mengatakan tuhannya dunia... Dan agar diri dikatakan bukan golongan orang yang bodoh
Slogan  kebodohan di dengungkan.... Isu teroris terhadap diri yang masih miliki prinsip hidup yang berTuhan... Yang halal dikatakan haram... bahkan kebaikanpun dikatakan sebagai sebuah kebodohan..
Apakah diri kita bodoh.... Ketika diri masih berpegang pada Buku Panduan... Ketika diri masih memiliki ilmu yang digunakan sebagai prinsip dalam kehidupan... Dan ketika diri masih mencintai Sang Pencipta..
Ironi sekali  kondisi seperti ini terjadi... Dan bahkan banyak diri orang timur yang tertipu atau terdiam... Karena takut dikatakan bukan temannya... Dan bahkan lebih takut kehilangan materi atau popularitas dibandingkan ketakutannya terhadap Sang Pencipta...
Oooiii... Sadarlah diri... Kenali diri kita... Jangan sampai diri menjadi orang bodoh
Hai diri kita... Percayalah bahwa kita yang benar.... Selama kita yakin terhadapNYA dan selama kita masih mau belajar... Karena kemenangan pasti datang dan bantuan Sang Pencipta pasti akan membantu diri kita semua
(KAS, 12/6/2021, DIRI DALAM KEBODOHAN)


Ketika diri merasa ada yang tidak pas dengan kondisi kehidupan sekarang ini  pasti akan teriak dan banyak yang hanya berkeluh kesah.  Kondisi kehidupan yang demikian karena ketidak bisaan diri dalam mengikuti perkembangan perputaran dan rotasi kehidupan sekarang.   Ketidakbisaan ini sering dikatakan diri kita malas dan tidak berilmu.  Padahal jika diri kita dikatakan seperti itu maka secara umum itu artinya bahwa kita adalah orang bodoh.

Namun apakah benar jika diri kita ini bodoh? Padahal banyak diantara diri kita yang mengenyam pendidikan bahkan sampai level tertinggi dalam sekolah. Akan tetapi mengapa diri tidak sadar dengan "ejekan" mereka dengan ketidakberdayaan diri melawannya.  Bahkan mungkin diantara diri kita yang bisanya cuma sekedar berteriak dan berkeluh kesah saja.

Bahkan tidak jarang diantara kita kemudian "menjual" prinsip hidupnya yang selama ilmu didasarkan atas pengetahuan yang didapat dari Buku Panduan.  Mereka melakukan "penyeberangan" prinsip agar dirinya dapat bertahan hidup dan biar dikatakan dirinya adalah orang yang berilmu.  Hal ini semua dikorbankan karena diri laksana memakai topeng kuda atau malah mungkin dapat dikatakan dari kebebasan menuju pada penjara dunia.  Ironis sekali jika hal ini dilakukan oleh diri kita dalam menjalani kehidupan di dunia sekarang ini. Dan inilah yang dikatakan betul-betul merupakan kebodohan diri manusia yang mengarah pada kesesatan jalan kehidupan.  

Fenomena kehidupan tersebut merupakan hal yang biasa terjadi dalam diri manusia sekarang ini.  Bahkan banyak diantara kita yang melakukan itu semua karena diri tidak pernah berpikir dan diri tidak pernah menggunakan akal. Ketika diri tidak menggunakan akal dan tidak pernah berpikir maka jelaslah hidup kita ibarat seperti buih air ditengah laut yang terombang-ambing oleh arus dan ombak samudera. Padahal Sang Pencipta selalu dan banyak mengingatkan diri kita (jika diri mau membaca dan belajar dari buku Panduan) agar kita selalu hidup dalam keseimbangan.  Karena dengan keseimbangan inilah nantinya akan membawa diri menuju kepada hakekat manusia yang sesungguhnya.

Ketidaksadaran diri dalam kehidupan ini untuk meraih keseimbangan hidup inilah yang dikatakan sebagai kebodohan diri manusia.  Banyak diantara diri kita sebetulnya yang tidak menyadari telah melakukan kebodohan dalam kehidupan. Maka dalam artikel ini akan mencoba mengulas  dan mendudukkan dimensi "bodoh" yang terjadi pada diri manusia yang selama ini menjalani kehidupan di dunia ini.  Namun ukuran kebodohan ini adalah ukuran yang sesuai dengan Buku Panduan bukan ukuran kebodohan yang diukur oleh manusia secara umum.  

Jika ukuran kebodohan yang umum digunakan oleh manusia adalah ukuran yang bukan berdasarkan atas perspektif keseimbangan kehidupan akan tetapi ukuran yang ada sekarang adalah ukuran yang hanya didasarkan oleh satu perspektif kehidupan yang berdasarkan fisik/materi. Maka akibatnya terjadi kesalahan dalam memaknai kebodohan itu sendiri dan hal ini merupakan bentuk "kebodohan" yang ada dalam diri kita yang tidak kita sadari.

Sedangkan dimensi kebodohan itu sendiri jika didudukan dalam perspektif keseimbangan kehidupan dibedakan atas lima level yaitu:

1. Dimensi bodoh: Otak lemah

Diri yang bodoh dalam dimensi ini adalah manusia yang memang diciptakan oleh Sang Pencipta memiliki kelemahan yang dibawa sejak lahir.  Sehingga kebodohan yang dilakukan karena dirinya tidak memiliki kapasitas diri sebagai manusia secara penuh.  Secara fisik memang dirinya komplit badaniah namun disatu sisi kelemahan otak yang kurang ini mengakibatkan gaya kehidupan yang sangat jauh dari harapan.  Dan biasanya diri yang memiliki otak lemah akan mempunyai penyakit bawaan yang tidak dapat disembuhkan kecuali mukjizat dari Sang Pencipta.

Namun banyak juga fenomena sekarang yang terjadi bahwa sebetulnya secara kodrati diri diciptakan dengan full capacity akan tetapi dalam kehidupannya sebagian dari anggota badannya tidak mensupport perkembangan pertumbuhannya.  Hal ini berakibat ketika dirinya dihadapkan dengan sebuah kondisi yang membebani beban kehidupannya maka akan berdampak pada kesakitan atau penyakit yang mematikan fungsi otaknya.  Kondisi ini didukung dengan fakta-fakta bahwa ketika dirinya diberi cobaan atau ujian dari Sang Pencipta maka akan terjadi pemberontakan atas sesuatu yang terjadi di dirinya.  Ketika beban pemberontakan ini semakin membesar maka berdampak pada organ fisik yang lemah akan kalah dan menyebabkan penyakit atau ketidakseimbangan pada fungsi tubuhnya.

Keuntungan dari orang yang low capacity ini adalah keringanan dalam perhitungan dalam mempertanggungjawabkan apa yang sudah dilakukannya di kehidupan di dunia ini. Namun keringangan ini harus disertai diri yang berpasrah atas kehendakNYA bukan memberontak atas apa yang terjadi dalam kehidupannya.  Walaupun kehidupannya di dunia dianggap sebagai orang yang berpenyakitan atau orang yang tidak genap namun sebetulnya dirinya adalah kekasih dari Sang Pencipta.

2. Dimensi bodoh: Tidak memiliki ilmu

Diri dalam dimensi bodoh ini adalah diri yang memang tidak pernah mau belajar dalam hal yang berhubungan dengan ruhaniah.  Orang bodoh dalam level ini adalah orang yang hanya mau mempelajari ilmu umum yang hanya dimaknai secara lahiriah.  Dan ilmu yang dimiliki bukan hakekat ilmu yang sesungguhnya melainkan ilmu ilmu yang hanya berhubungan dengan lubang lubang hidup manusia. Hal ini berarti ilmu yang ada adalah hubungan dengan "perut" atau ilmu yang berhubungan dengan kehidupan tanpa bisa menimbulkan kesadaran bahwa dirinya sebagai manusia yang merupakan makhluk yang sempurna.

Ketika diri terjebak dalam kondisi tidak berilmu atau hanya memiliki hubungan dengan kehidupan dunia maka ilmu hanya membahas tentang naluri diri sebagai makhluk manusia dan tidak ada perbedaannya dengan makhluk lainnya.  Oleh sebab itu kehidupannya tidak jauh berbeda dengan hewan atau malah lebih rendah derajatnya dibandingkan oleh makhluk lain yang diciptakanNYA.  Maka kehidupannya dijalani dengan hal hal yang berhubungan dengan self interest tanpa mengenal aturan-aturan kehidupan sebagai makhluk manusia yang sempurna.

Fenomena kehidupan manusia yang bodoh dalam pemahaman ini sudah banyak terjadi pada manusia milenial sekarang ini.  Dalam kehidupannya diri manusia yang bodoh ini akan selalu mengumbar nafsunya untuk kepuasan atau kesenangan hidup yang palsu di dunia ini.  Maka banyak orang tidak pernah merasakan kepuasan atau kebahagian padahal mereka mengejar hal ini.  Dan sampai kapanpun orang yang dalam level ini akan selalu menderita walaupun dirinya selalu dapat memenuhi keinginannya.

3. Dimensi bodoh: Ketidakmauan menerima keterangan

Diri dalam dimensi kebodohan ini adalah diri yang tidak percaya bahwa dalam kehidupan di dunia ini  memiliki panduan hidup yang diberikan oleh Sang Pencipta.  Maka akibatnya dalam kondisi ini mereka membuat panduan hidup yang didasarkan untuk kepentingan dirinya sendiri.  Bahkan dapat dikatakan bahwa mereka punya pendapat diri bukan berasal dari ciptaan Sang Pencipta namun kehidupannya adalah jerih payah dirinya dan manusia yang ada disekitarnya.  Bahkan dalam kehidupannya pun laksana membuat tandingan untuk menandingi Sang Pencipta.

Ketidakmampuan menerima keterangan ini berarti diri kita menolak ajakan untuk kembali pada kodrat diri sebagai manusia.  Dan dalam kehidupannya di dunia diri lebih takut pada aturan yang dibuat oleh nenek moyang atau manusia lain dibandingkan dengan aturan-aturan dalam ajaran agama.  Hal ini diibaratkan bahwa ketika diri dalam kondisi seperti ini maka termasuk umat yang harus dibinasakan dengan azab-musibah atau kemarahan alam.  Maka dalam Buku Panduan dikatakan bahwa diri manusia yang bodoh yang tidak mau menerima keterangan ini akan hilang dan digantikan oleh generasi yang baru agar keseimbangan alam tetap terjaga.

Fenomena diri yang tidak mau menerima keterangan ini adalah digambarkan dalam sejarah-sejarah Nabi yang ada.  Dimana mereka menolak ajakan dari para nabi untuk kembali ke ajaran.  Namun karena kebandelannya tidak mau menerima keterangan maka dilenyapkan dari muka bumi ini.  Ketika diri kita sadar dan mau merenung sejenak apakah fenomena diri yang tidak mau menerima keterangan ini hanya terjadi pada era para Nabi.   Tentu jawabannya adalah fenomena ini juga terjadi pada era sekarang ini.  Maka jangan kaget ketika alam marah dan ketika banyak musibah dan kejadian-kejadian yang melenyapkan diri manusia secara masal.  Apakah diri termasuk golongan ini...

4. Dimensi bodoh: Ketidakmampuan mengerti dan memahami

Diri dalam dimensi kebodohan ini adalah diri yang mau mempelajari keterangan dan ajaran yang ada dalam Buku Panduan.  Namun realitanya mereka belajar hanya secara fisik dan tidak mau untuk mengerti atau memahami makna dari kalimat-kalimat yang ada dalam buku Panduan.  Bahkan realita dalam kehidupan sekarang ini banyak ilmu yang mereka ketahui namun direkayasa untuk kepentingan hidupnya.  Hal ini dalam buku Panduan di katakan dan sebuah ancaman dari Sang Pencipta  yang mengatakan "Janganlah engkau jual murah ayat-ayatKU"

Fenomena ini banyak terjadi sekarang ini.  Hal ini dibuktikan dengan banyaknya orang memakai simbul simbul agama untuk kepentingan tertentu.  Ibaratnya mereka seperti memperjualbelikan ayat-ayat Tuhan dengan harga murah.  Sebuah perilaku orang-orang munafik yang hanya mencari hidup di kerasnya kehidupan ini untuk kepentingan materi tanpa memperdulikan hakekat tugas diri manusia yang sesungguhnya. Mereka berperilaku seperti buih atau bunglon untuk kepentingan yang fana.

5. Dimensi bodoh: Masa bodoh 

Kebodohan dalam dimensi ini adalah kebodohan hidup yang berprinsip pada diriku ya untuk diriku dan hiduplah dirimu untuk dirimu sendiri.  Rasa kemanusiaan sudah mati bagi orang-orang yang bodoh dalam dimensi ini.  Mereka melakukan apapun untuk kepentingan kehidupan namun jika orang lain mengganggu kepentingannya maka tidak ada kata kompromi.  Bahkan ketika ada orang yang mengingatkan atau orang yang berseberangan pendapat dengan dirinya bisa dikucilkan atau kalau perlu di singkirkan.  Orang yang berperilaku bodoh dalam dimensi ini ibaratnya adalah orang level ketiga dalam Buku Panduan yaitu orang-orang Kafir.

Semoga pemahaman tentang dimensi kebodohan ini menyadarkan diri kita untuk selalu ingat akan hakekat manusia diciptakan oleh Sang Pencipta.  Dan semoga ini bisa menjadi bahan renungan diri agar diri tidak terjebak dalam kebodohan-kebodohan dalam berperilaku.  Amiin.

Butakah mataku ini...Tulikah telingaku ini.... Bisukah mulutku ini... Atau lumpuhlah kedua tangan dan kakiku... Sehingga diri tidak mampu belajar..
Kosongkah otakku ini... Matikah nuraniku ini... Sehingga kehidupanku selalu terjebak.... Dalam penjara Kebodohan..


Komentar

Postingan populer dari blog ini

DIRI DAN ASTROLAH SANG PENCIPTA

Terjebak Jalan Pulang

Pasukan Bergajah