DALAM CENGKRAMAN KETIDAKSADARAN DIRI (1)

Cengkraman kondisi
Bagaikan penjara dalam kehidupan manusia... Yang terlelap dalam hingar bingar kehidupan... Sibuk dengan masalah yang fana... Terberlenggu dalam ambisi dan popularitas...
Oiii jadilah diri yang bebas... Terbang kesana kemari dengan keyakinan... karena ingin mencium aroma bunga mawar yang sedang mekar... Karena diri adalah lebah yang kuat...
Lawanlah dengan sengatanmu... Ketika dirimu diancam oleh orang orang yang menghalangimu... Karena mereka tidak tahu akan hakekat diri... Terlelap dalam tidur yang semu...
Janganlah diri was was dan ragu... Karena sang Kekasih ada di dekatmu...Yang selalu mengamati dan memberi penerang dijalan yang gelap dan semu... Majulah terus dan pegang teguh harkat dan martabatmu...
KAS, 5/03/2021

Kehidupan manusia dalam keseharian dengan beberapa gaya dalam menghadapi kondisi hidup.  Ada diri yang kuat dalam menghadapi tekanan dan ada yang lemah dalam menjalani tekanan hidup.  Kuat lemahnya tekanan ini sebetulnya merupakan roda kehidupan yang harus dilalui dan dinikmati oleh diri manusia.  

Tekanan dari kondisi kehidupan harus dihadapi bukan malah dihindari oleh diri manusia.  Namun banyak orang yang suka menghindar bahkan melakukan protes kepada sang Pencipta karena merasa diperlakukan tidak adil.  Padahal tekanan ini ibarat sebuah hembusan angin yang menerjang diri manusia dan hanya dibutuhkan cara untuk menghadapi bukan malah menghindarinya.  

Orang yang kuat adalah mereka yang mampu menghadapi itu karena diri memiliki keyakinan bahwa kondisi ini adalah bukan sebagai penjara melainkan sebuah alternatif dalam pembelajaran kehidupan agar terasah dan menambah keyakinan keberadaan sang Pencipta.  Sedangkan orang yang lemah akan menghindar dan mencari alternatif jalan lain agar dirinya tidak terkena hembusan atau penjara kondisi ini.  Menghindar atau jalan lain bukanlah merupakan sebuah keputusan yang benar karena bukan itu hakekat dari kehidupan manusia.

Ketika diri menghindar atau jalan lain ini akan memungkinkan diri menemukan jalan yang keliru.  Kekeliruan jalan ini mengakibatkan diri tersesat bukan maju dalam berjalan malah bisa mundur atau tetap jalan ditempat (baca: gigi persneling kehidupan). Dan kekeliruan jalan inilah yang menyebabkan diri masih eksis dalam kehidupan namun terpenjara dalam cengkraman ketidaksadaran diri.

Cengkraman ketidaksadaran diri inilah yang disebabkan oleh kondisi menyebabkan ketidakseimbangan kehidupan baik diri dan memiliki efek yang besar terhadap orang lain.  Efek terhadap diri sendiri ini disebabkan karena diri hanya fokus bagaimana ego memenangkan setiap langkah dalam kehidupan yang menyebabkan orang lain menjadi korbannya.  Bahkan dengan ego diri yang tinggi bagaikan sebuah pedang yang tajam yang digunakan untuk menyingkirkan orang-orang yang baik ataupun para sahabat yang dulu pernah menemaninya di dalam perjalanan kehidupan.

Ada lima cengkraman kondisi manusia yang kita alami sekarang ini dan menjadikan alasan sang Pencipta memberikan teguran yang berupa musibah dalam ujud kemarahan alam.  Hal ini didasarkan atas pemahaman dalam sejarah yang ada dalam buku Panduan.  Ujud kemarahan alam ini sebetulnya merupakan bagian dari azab yang diturunkan kepada umat manusia yang serupa dengan cerita dalam buku Panduan.  Dan mungkin diri kita tidak sadar dengan kondisi ini.

Untuk itu dalam tulisan ini akan dibahas lima kondisi yang diangkat sebagai pengingat diri agar menjadi bahan introspeksi agar hidup kita menjadi hidup yang baik.   Kelima kondisi ini adalah:  1). Kesombongan dan kesadaran posisi diri; 2). Memandang Rendah orang lain dan Kesombongan budaya; 3). Kerusakan alam dan perlombaan pembangunan; 4). Lupa akan kodrat manusia; dan 5).  Fitnah dan Ancaman

Cengkraman Kesombongan dan kesadaran posisi diri

Kehidupan diri kita sekarang ini sudah terbiasa dengan kebiasaan menyombongkan diri kita.  Kesadaran akan posisi diri karena keberhasilan akan tugas kita sudah merupakan hal yang wajar.  Bahkan diri yang tidak mampu dan memiliki pengetahuan pun akan berusaha mencapai sesuatu yang lebih agar dapat kedudukan dan bisa menyombongkan diri dengan menjual diri (lupa akan posisi diri)

Ketika diri terjebak dalam sebuah kondisi yang sangat menyakitkan maka akan berusahan untuk lepas dari itu.  Namun bukan dengan menggunakan cara yang benar melainkan diri menggunakan cara lain agar mampu menaklukkan kondisi.  Cara yang tidak benar inilah yang menyebabkan diri memiliki kebanggaan diri dan merasa diri mampu untuk mengalahkan semua kondisi yang akan dihadapinya nanti.  Hal ini yang menyebabkan diri mulai terjajah dengan ego untuk memenuhi ambisi diri agar dapat mencapai popularitas yang tinggi.

Fenomena ini menjadikan manusia sekarang bagaikan diri yang terbang diangkasa karena besarnya angan yang dimiliki. Hal ini menjadikan diri kita semakin jauh dari kesadaran pada hakekat manusia diciptakan. Bahkan tidak jarang karena tuntutan ini manusia lupa akan saudara-sahabat bahkan orang yang telah berjasa pada diri dikarenakan tuntutan ego yang sudah menguasai.

Tuntutan ego inilah yang menyebabkan kerusakan diri kita maka keseimbangan hidup tidak pernah tercapai.  Hal ini dikarenakan diri lupa akan buku Panduan dan menyebabkan "pemenuhan" keinginan nafsu untuk kebutuhan hasrat dan ambisi agar mencapai popularitas sebagai manusia yang berhasil.  Mengapa bisa terjadi seperti ini? dikarenakan diri salah dalam memahami pengetahuan.

Sang Pencipta sudah mengingatkan dengan cerita nabi yang diakhiri dengan pemusnahan manusia dengan azab yang diberikan.  Memang peringatan yang muncul sekarang tidak melalui seorang nabi namun apakah pemahaman dan buku Panduan yang ada tidak menjadi penerjemah atau pengetahuan atas permasalahan yang menimpa diri kita sekarang ini.

Ketika diri tidak dapat berpikir demikian dikarenakan manusia sudah terjebak dalam ilmu yang salah.  Ilmu yang salah ini dikarenakan diri hanya berdasarkan pada pemahaman orang lain yang bukan belajar pada buku Panduan atau mereka belajar namun dengan pemahaman yang keliru.  

Sebagai manusia yang memiliki kesempurnaan indra tidak seharusnya hanya mendengarkan perkataan orang lain namun sebaiknya juga melakukan perenungan dan pemahaman atas ilmu yang sempurna yang terdapat dalam buku Panduan.  Ketika diri manusia tidak melakukan hal itu maka hakekatnya bukanlah sebagai manusia yang diharapkan.  Karena manusia sesungguhnya adalah manusia yang hatinya terbuka dan memiliki akal yang dapat digunakan sebagai konektivitas dengan sang Pencipta agar dapat memahami buku Panduan yang merupakan standar operasional diri dalam bermusyafir di kehidupan di dunia ini.

Penyakit yang menjadi cengkraman diri kita di type pertama ini dapat dilihat dengan cerita nabi Nuh AS.   Kemarahan Sang Pencipta diakhiri dengan azab yang berupa "air" yang menenggelamkan umat manusia.  Pemahaman air ini bisa diartikan air yang sesungguhnya ataupun air dalam bentuk udara.  karena air adalah kebutuhan utama dalam kehidupan manusia. 

Kesombongan diri adalah wujud diri kita yang selalu ingin lebih dari manusia lain dengan popularitas dan keinginan yang lebih dibandingkan dengan makhluk lain sehingga dapat dikenal.  Bahkan kesombongan ini juga mengalahkan kesombongan yang dimiliki oleh Sang Pencipta.  Maka tidak ayal lagi kondisi sekarang ini manusia berlaku dan berperan melebihi dari sang Pencipta.  

Kesadaran posisi diri adalah bentuk pencarian diri manusia dalam menemukan hakekat manusia sesungguhnya.  Pencarian ini dilakukan dengan belajar.  Posisi manusia kita sekarang adalah malas dan tidak mau belajar atau diri kita belajar sesuatu yang seharusnya bukan hal yang tepat untuk dipelajari karena akan mengakibatkan diri kita semakin menjauh dari hakekat pencarian diri.  Hal ini diakibatkan persepsi diri bahwa buku Panduan bukanlah buku yang merupakan sumber utama pengetahuan.  Karena dalam mindset kita sudah tertanam bahwa buku yang benar adalah buku yang dikarang oleh manusia lain yang berasal "dari dunia luar". 

Sadar atau tidak diri kita sekarang ini sudah terpenjara pada ego diri yang menyebabkan perilaku kita melebihi Sang Pencipta bahkan lebih kejam dariNYA.  Hal ini berakibat diri kita lupa pada posisi diri yang sesungguhnya sebagai umat manusia yang memiliki akal dan sebagai wakil dari sang Pencipta di muka bumi.  Maka tak ayal lagi kehidupan kita bak seperti binatang-binatang yang hanya hidup untuk memangsa orang lain agar perut mereka terisi.

Bangun dan Buka selimut Diri

Ketidaksadaran diri biasanya terjadi pada manusia yang koma.  Manusia yang koma adalah diri yang tertidur terbuai dalam mimpi yang indah akibat dari nyamannya kondisi yang ada.  Manusia yang koma ini tidak pernah akan bangkit dari tidur jika diri tidak melakukan perlawanan dari hangatnya selimut yang menyelimuti diri akibat nyamannya kondisi yang ada.  Namun tidak jarang banyak manusia yang ingin terlelap dalam kondisi nyaman atau koma ini. 

Mengapa ini bisa terjadi?  dan pertanyaan ini memang sudah menjadi pembahasan di dalam buku Panduan bahwa banyak diri manusia yang terlelap dalam ketidaksadaran diri.  Dan Sang Pencipta sudah mengatakan bahwa hanya manusia yang kuat dan terpilih yang selalu hidup dalam kesadaran diri karena dari jumlah manusia yang ada tidak akan semua masuk sebagai tamu di rumahNYA.  Disamping itu sahabat kita yang lain (syaitan) ingin memiliki teman yang banyak untuk menemani mereka ditempat yang baru setelah dirinya diusir oleh Sang Pencipta.

Bagaimana diri bisa bangun dan menghilangkan selimut? maka jawabannya adalah dimulai dari kesadaran diri dalam kehidupan kita.  Kesadaran akan muncul jika kita mulai kembali membuka buku Panduan dan mempelajarinya kembali. Langkah lain adalah mendengarkan orang lain yang "membangunkan" dari kondisi koma ini.  Dengan bantuan orang lain maka dibutuhkan interaksi untuk menembus kondisi dan membuka selimut yang menyelimuti diri kita (baca: tabir hati).

Tulisan ini tidak ada maksud apa apa.  tidak ada maksud nyindir atau mengejek orang lain.  Karena tulisan ini hanyalah sekedar perenungan diri dan hasil pemahaman dari belajar buku buku yang ada.  Harapan semoga diri selalu dalam kesadaran.  amiin

Ketika ego sudah menguasai diri...
Kemarahan dan kebencian pada orang lain mudah terjadi
Hanya dikarenakan pikiran yang tidak sehati...
ooo alangkah dangkalnya hati ini...
Buka selimutmu
Belajarlah mengenali dirimu
Karena kesempurnaan ada padamu
Dan Sang Pencipta sudah menunggu kedatanganmu
KAS,Magelang, 5/03/2021


Komentar

Postingan populer dari blog ini

DIRI DAN ASTROLAH SANG PENCIPTA

Terjebak Jalan Pulang

Pasukan Bergajah