DIRI DALAM MEMBUKA TABIR HATI

Perjalanan Dan Tugas Dari Sang Kekasih

 Diriku tahu keberadaanMU, Yang selalu ada disampingku..
Yang selalu berwajah berseri, karena Dirimu adalah pusat dari keberadaanku
Diriku tahu keberadaanMU,  Dimulai dengan selalu memperhatikan diriku
Menugaskan diriku dalam dekapan CintaMU,  Namun sekarang entah bagaimana Dirimu...

Dunia telah menyesatku,  Menjadikan diriku lupa pada tugas dariMU..
Dunia telah menjerumuskanku, Menjadikan diriku masuk dalam lumpur kehinaan
Dunia telah merubahku, Menjadikan diriku kehilangan peta perjalananKU
Dunia telah Menggodaku, Menjadikan diriku menjadi penikmat kehidupan yang semu

Oooiii,... Apakah ini keinginanMU?
Apakah ini harapanMU?...  Dan Apakah ini KehendakMU?
Menjadikan diriku dalam keadaan merugi,  Lupa akan semua yang dulu
Perjanjian Cinta antara diriku dengan DiriMU

Hei sang Kekasihku,  Berilah diriku sedikit kekuatan dari MU
Agar diriku mampu bangkit... Agar diriku mampu mencapai tangga langit
Berilah diriku kekuatan untuk mencari bahan bakar,...Dan agar diriku bisa menembus angkasa,
Bertemu denganMU sebagai seorang kekasihMU, Dan bukan sebagai seorang pengemis   

Aku sadar dan bertaubat kepadaMU,... Akan kucari bekal perjalanan yang benar menurutMU
Bukan bekal perjalanan menurut bisikan yang lain, yang selama ini mengeraskan hatiku  
Karena aku yakin dirimu akan membukakan kembali pintu hatiMU
Jika hatiku sudah terbuka ... Jika hatiku selalu bersih dan tidak keras... 

Aku berjanji padamu akan ku buka kembali buku pemberianMU, akan kubaca kembali...
Akan kurenungkan  dan ku olah makan kata semuanya... Untuk menjadi bahan bakar perjalananku... 
Agar aku bisa menembus angkasa... Mencapai tangga pintu rumahMU
Yang selalu menjadi harapan setiap insan yang hidup di dunia ini

Aku sadar dan berjanji padaMU... akan kujadikan diriku sebagai wakilMU
Untuk selalu mengingatkan yang lain... akan hakekatnya hidup di dunia
Adalah hidup dengan ajaranMU... Bukan hidup dengan ajaran kebebasan mereka
Karena hidup adalah perjalanan untuk pulang, bukan hidup untuk menikmati kehidupan yang semu

(Ki Ageng Sumunir, 4/12/2020)

logo pakde Amin


Fenomena diri kita sekarang adalah sebagai manusia yang sudah tertutup hatinya. Disadari atau tidak bahwa kenyataan ini terlihat dari bagaimana diri kita selalu memperjuangkan ego untuk memuaskan ambisi diri. Ego yang mungkin sudah mendominasi diri dan memenjarakan hati kita di dalam kegiatan atau aktivitas sehari-hari.

Bentuk pemuasan ego ini dapat kita lihat dalam aktivitas di kegiatan apapun, mulai dari bangun tidur sampai dengan mau tidur lagi.  Hal ini dapat dilihat dengan bukti yang nyata yang ada pada diri kita, namun ketika dikatakan itu bagian dari pemuasan ego kita langsung emosi.  Dan emosi inilah sebetulnya bentuk dari pertahanan ego yang kita miliki.

Terlebih jika dihubungkan dengan kemajuan teknologi informasi (TI) sekarang ini, bagaimana fenomena itu terjadi.  Memang kita sadari bahwa TI sangat penting dalam kehidupan kita, namun seiring dengan itu pengingkatan ego semakin tinggi.  Diri kita sudah terjajah dengan  TI, namun kadang kala karena dianggap sebagai kebutuhan pokok dan sesuatu yang harus diutamakan dari pada aktivitas lain yang utama, misalkan bagaimana ibadah kita terganggu sesaat dengan adanya bunyi hp yang terdengar ketika kita mau beribadah.  Bahkan beribadah pun sampai tertunda gara-gara ada panggilan dari bos kita.  Masih banyak contoh lain bagaimana TI sangat mempengaruhi kepentingan pemuasan ego dibandingkan dengan kebutuhan/aktivitas lain yang lebih utama dibandingkan itu.

Contoh hubungan diri dengan TI adalah contoh eksternal, sedangkan contoh yang hubungan internal dapat kita ambil sebuah contoh tentang diri kita dengan aktivitas kerja.  Ketika kita beraktivitas kerja yang dituntut dengan batasan waktu dan  target yang semuanya berhubungan dengan materi/ambisi, banyak yang diri kita lakukan dengan melakukan "kegiatan" yang salah.  Namun ke"salah"an itu merupakan hal yang benar dan dibenarkan asalkan dapat menyelesaikan tugas sesuai dengan target/waktu yang membatasinya.  Aktivitas "tipu-tipu" atau menipu orang lain banyak kita lakukan tanpa mengingat benar/keliru jalan yang kita ambil, yang penting selesai dan lengkap tugas yang kita berikan.

Bisa jadi ini suatu keadaan yang tidak kita sadari, namun jika kita tidak menyadari dari sekarang bagaimana ciptaan/urusan dengan manusia lebih penting dibanding urusan dengan sang Pencipta.  Apakah ini bukan sebuah bentuk kekeliruan?  Mungkin juga banyak dari kita yang menganggap itu bukan masalah yang penting, namun jika kita sadari (dengan kesadaran yang dalam/ bukan dengan emosi) dan kita hubungkan dengan hakekat manusia dengan sang Pencipta, apakah ini bukan termasuk "menduakan".  Padahal bentuk "menduakan" adalah sebuah kesalahan yang besar di mata sang Pencipta.  Kesalahan yang tidak diampuni karena sang Pencipta merasa diremehkan oleh diri kita.

Banyak fenomena lain yang bisa kita renungkan dan sama persis dengan contoh tersebut.   Tetapi tidak banyak dari diri kita yang sadar dengan hal itu.  Ketidak sadaran ini akibat hati kita sudah tertutup dengan tirai/penjara, bahkan ketika diingatkan pun banyak diri kita masalah itu adalah hal yang sepele dan lumrah dilakukan dalam memenuhi tugas dan tanggungjawabnya. 

Dan sebagian dari diri kita yang sadar malah dikatakan "orang aneh" di jaman modern ini. Dan malah mereka menganggap jika kita tidak melakukan itu maka tidak akan kebagian "roti".  Dan apakah ini yang dikatakan sebagai matahari terbit dari barat yang merupakan sebuah pertanda rusaknya dunia mendekati sandiwara kehidupan di dunia akan berakhir.

Saya menulis tulisan ini bukan berarti karena saya tidak pernah dapat bagian roti, atau memang saya tidak dikasih roti karena saya memang tidak pantas untuk mendapatkan roti.   Tulisan ini hanya sekedar untuk "pepeling" bagi diri saya agar saya selalu diberi oleh sang Pencipta untuk bisa berpikir secara sehat dengan hati nurani yang utama bukan untuk naluri memuaskan ego dan ambisi diri.  Karena saya selalu berusaha jika mendapatkan roti adalah roti yang baik dan di dapatkan dengan usaha yang baik, bukan mendapatkan roti yang baik namun dengan cara yang tidak benar/keliru.  

Ketika diri kita melakukan itu semua kemungkinan besar karena hati kita sudah ada penyakitnya.  Penyakit hati diakibatkan karena hati kita sudah menjadi keras akibat banyaknya selimut yang menutupinya.  Jika hati sudah tidak terpakai maka hanya tiga indra yang digunakan, hasil kerja tiga indra tersebut adalah ego diri.  Jika ego menjadi tujuan akhir maka ego akan memenjara kehidupan kita.  

Maka artikel ini hanya akan membahas masalah mengapa diri kita menjadi budak "ego", dan bagaimana cara membuka tabir hati (qolbu) dari selimut yang selama ini menyelimuti hati manusia.

Diri menjadi "budak ego"

Si buruk rupa sudah menjadi wabah disegenap pelosok negeri
Mulai dari diri kita yang hina sampai dengan pejabat tinggi yang memakai baju kebesaran
si buruk rupa adalah jelmaan manusia tampan dan cantik yang mengalami perubahan
Akibat penyakit dan wabah karena kekeliruan, yang membebaskan ego diri dari penjara hati
(KAS, 5/12/2020)

Puisi ini adalah sebuah sindiran kepada negeri X bagaimana seluruh rakyat dan pemimpinnya melupakan indra pemberian sang Pencipta yaitu qolbu.  Ketika qolbu sudah mengeras, maka sang Pencipta juga akan menutup mata, telinga mereka untuk mendengarkan nasehat kebenaran.  Jika kondisi ini jika berlanjut makas azab sang Pencipta akan datang (termaktub dalam buku Panduan).

Ketika diri kita dikatakan sebagai budak ego pasti akan marah.  Namun kenyataannya ego adalah dominasi dalam diri kita selama ini,  mungkin karena "culture/kondisi" yang sudah lumrah sehingga hal itu bisa terjadi.  Dan hal yang kurang benar menjadi sebuah culture dan mempengaruhi kondisi manusia maka hukum sudah berubah. Yang salah dikatakan benar dan yang benar bisa dikatakan ngga lumrah.  

Diri kita mungkin tidak berani mengatakan hal yang benar dikatakan salah, karena kita masih sering baca buku Panduan manusia.  Namun buku Panduan yang merupakan Tuntunan/pedoman hidup manusia untuk hidup dimuka bumi ini, hanya sebatas bacaan dan kita percaya kebenaran. Akan tetapi karena hanya dibaca dengan tiga indra tidak sampai masuk dalam indra hati, maka kebenaran buku panduan adalah hanya sekedar teori yang bisa dikalahkan dengan teori lain yaitu kebutuhan akan "kondisi dan ambisi" diri.

Kondisi dan ambisi diri yang kita miliki inilah merupakan selimut yang tebal yang menutupi qolbu kita.  Padahal kita tahu jika Qolbu (sebagai penyeimbang dalam pengambilan keputusan) sudah tertutup maka keputusan yang diambil adalah hal-hal yang bersifat material dan melupakan hal-hal yang berhubungan dengan ruhani.  Kenyataan ini  sering ada dan terjadi dalam diri kita.

Muara akhir dari keputusan yang non qolbu adalah bentuk pemuasan nafsu diri dengan tujuan akhir adalah ego diri.   Manusia dengan ego diri inilah yang menjadikan dirimanusia sesungguhnya menjadi budak dari ego, yang mengakibatkan kegiatan ibadahpun yang kita lakukan bukan karena sang Pencipta tapi karena ego agar mendapatkan value dari manusia yang lain. Hal ini sangat bertentangan dengan hakekat penciptaan diri manusia.   

Akibat dari diri kita menjadi budak ego maka kerukunan dan kedamaian akan hilang dari muka bumi ini.  Malah akan sama seperti yang dikatakan oleh para malaikat bahwa manusia adalah mahkluk yang paling hina karena mereka akan saling menumpahkan darah demi kepuasan ego (tidak peduli apakah itu darah musuh atau teman bahkan mungkin orang tuanya sendiri).  Maka tidaklah heran jika sekarang banyak bencana alam, kerusakan bumi, musibah dan bahkan wabah penyakit silih berganti mengisi kehidupan manusia sehari-hari (termasuk covid 19).  Apakah kita tidak sadar dengan kondisi ini sekarang ini, malah kita masih disibukkan dengan kegiatan sehari-hari hanya untuk tujuan materi saja? Dan ini realitas yang terjadi, sebetulnya sadar tidak diri kita sekarang ini?

Sadarlah dan segera buka kembali buku Panduan yang ada, baca dan renungkan semoga kita mendapatkan jawabannya atas masalah yang ada sekarang ini.

Cara membuka "tabir hati"

Orang berilmu akan kelihatan pemahamannya, Orang yang tidak berilmu akan kelihatannya kebodohannya, Dan orang yang bodoh akibat dari terpenjara hatinya oleh egonya
(KAS, 5/12/2020)
logo pakde Amin


Kesadaran diri akan muncul jika sudah dalam kondisi "kekurangan" artinya diri kita merasa ada sesuatu yang kurang akibat adanya tekanan dari "culture atau kondisi" kehidupan yang kita alami. Kesadaran ini muncul untuk menemukan kembali jati diri sebagai hakekat manusia yang sesungguhnya.  Dengan melakukan perenungan dan pemahaman atas bacaan yang kita baca terutama membaca buku Panduan kehidupan manusia, akan berdampak pada pergerakan ruhani kita agar bisa mencapai hakekat diri manusia yang sesungguhnya.

Kesadaran diri ini adalah kunci utama untuk kembali pada jalan yang lurus. Kembalinya jalan lurus adalah dimulai dengan membuka tabir hati yang selama ini menyelimuti diri manusia, yang berakibat pada salah langkah dalam kehidupan manusia sekarang ini.  

Langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan pembukaan tabir hati adalah sebagai berikut:

1. Evaluasi atas bekal

Evaluasi atas bekal dimaksudkan adalah bahwa orientasi kehidupan kita selama ini mengartikan bahwa bekal adalah berupa materi.  Jika orientasi kita baru sebatas itu maka langkah yang kita lakukan adalah mengkaji kembali tentang materi yang kita miliki, mulai dari mana asalnya.  asal muasal materi yang kita miliki adalah melihat sejauh mana materi yang kita miliki ini a) benar cari mencarinya dan benar jalan mendapatkannya; b) benar cara mencarinya tapi keliru jalan untuk mendapatkan; c) keliru cara mencarinya tapi benar jalan mendapatkannya; dan d) keliru cara mencarinya dan keliru jalan mendapatkannya.

Antara cara dan jalan dalam mendapatkan bekal saya bedakan ( dan saya tidak mengkategorikan halal dan haram, alasan saya adalah hukum halal dan haram adalah hukum yang berhubungan dengan sang Pencipta, dan kadang kala manusia terlalu berlebih dalam mendoktrin halal dan haram padahal sang Pencipta tidak banyak hukum tentang itu). Cara adalah usaha kita dalam bekerja adalah kegiatan yang baik dan benar, sedangkan jalan adalah usaha diri kita dalam memenuhi cara untuk mendapatkan bekal itu.

Untuk mempermudah pemahaman akan saya berikan ilustrasi dalam kegiatan kita sehari-hari.   Ketika seorang guru mengajar adalah merupakan cara yang baik untuk mendapatkan bekal, jadi guru adalah cara kita.  Sedangkan jalan adalah bagaimana kita melakukan tugas kita menjadi guru itu, apakah kita melakukan tugas sebagai guru adalah dengan mempertanggungjawabkan tugas kita mulai dari tanggung jawab kepada murid dengan menyampaikan ilmu yang kita miliki, sampai mempertanggungjawabkan tugas sebagai guru kepada pemberi tugas dan sampai kepada Sang Pencipta.  itulah sebuah cara dan jalan yang benar dalam mencari bekal.  Jadi, menjadi guru bukan hanya sekedar untuk mengumpulkan materi dan tugasnya dikerjakan tidak sekedar munggugurkan kewajiban mengajar.  

Ketika cara dan jalan mencari bekal sudah baik dan benar maka akan membuka tabir awal yang menyelimuti dan melunakkan hati kita yang sudah mulai mengeras saat ini.  Jika seorang guru memiliki hati yang keras dan tidak mengajarkan kepada muridnya tentang prinsip yang baik dalam berkehidupan maka sudah terlihat bahwa guru tersebut adalah seorang manusia yang hatinya tertutup, karena tujuannya menjadi guru adalah untuk mengumpulkan materi saja.

Dan masih banyak contoh yang bisa digambarkan dan direnungkan sendiri oleh pembaca untuk memahami poin pertama dalam langkah-langkah membuka tabir hati ini.

2. Memahami dan Mempelajari ilmu yang sesungguhnya

Jika kita memiliki kesadaran mengenai ilmu dan pengetahuan yang selama ini kita pelajari, maka akan muncul dalam diri kita pertanyaan tentang mengapa semakin tinggi ilmu yang dimiliki seseorang malah menjadikan dirinya menjadi sombong.  Padahal seharusnya seseorang yang memiliki ilmu yang tinggi akan semakin rendah hati dan semakin sadar banyak kekurangan yang dimilikinya.

Dan ketika itu sudah bisa menjadi bahan perenungan diri maka akan muncul pertanyaan apakah ilmu yang kita pelajari sekarang ini masih keliru untuk menjadikan diri sebagai manusia sesungguhnya. Sadar atau tidak ilmu yang kita pelajari sekarang ini semakin tinggi bukan menajdikan diri kita semakin mendekatkan diri dengan sang Pencipta, malah menjadikan diri kita sebagai penguasa atas manusia lain.  

Padahal seharusnya semakin banyak diri kita belajar akan ilmu menjadikan diri kita ibarat meminum air laut yang menyebabkan diri kita merasa kehausan.  Rasa kehausan ini bukan menjadikan diri semakin serakah namun menjadikan diri kita semakin sadar betapa beratnya hidup kita jika menjadi orang yang memiliki ilmu yang banyak.  

Ini berarti selama ini dasar ilmu yang kita pelajari hanya sebatas permukaan dari hakekat ilmu yang sesungguhnya. Seperti pepatah mengatakan ketika orang mengatakan makan buah hanya dimakan kulitnya, tapi orang itu sudah mengatakan pernah memakan buah itu dan tahu rasa dari buah itu. Mempelajari ilmu harus sampai pada inti ilmu yang sesungguhnya, jika memakan buah harus dipahami dulu kulit daging dan isi dari buah itu. Hal itulah sebetulnya merupakan inti dari ilmu jika kita mempelajari ilmu dari buku Panduan.

3. Memilih teman yang baik dan meninggalkan teman yang tidak baik

Ketika diri kita dalam berkehidupan di dunia ini sifat manusia adalah memiliki kebutuhan untuk berteman.  jika kita salah dalam memilih teman bukan menajdikan diri kita lebih baik dari kemarin malah akan menjadikan diri kita lebih jelek dari mahkluk lain. Pemahaman tentang maksud ini dapat dibaca dalam artikel sebelumnya. (baca: diri dalam memilih teman.)


Para kekasih memiliki tekat yang kuat untuk menemukan yang dicintai
Bekal untuk perjalanan bukan materi, namun keyakinan kuat dari hati yaitu cinta
Duri-duri banyak berserakan di kehidupan ini, janganlah engkau terlena dengan duri duri itu
Duri-duri itu adalah pikiran yang berasal dari indramu 
Gunakan hati untuk melangkah dan belajar
Cabut duri yang ada dihidupmu agar langkah kakimu tidak terganggu
(KAS, 5/12/2020)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DIRI DAN ASTROLAH SANG PENCIPTA

Terjebak Jalan Pulang

Pasukan Bergajah