Diri dalam "Rasa" dan "Krasa"

"Rasa" dan "Krasa"

Ku pandang bintang di tengah malam... Bersinar bersih dan cemerlang..  Nun jauh disana tempatmu berada... Namun Cahaya mu sampai di diriku...

Ku pandang Bulan yang elok pada purnama... bersinar bersih laksana bintang cemerlang... Kubayangkan dirimu nan elok Jelita... Dan diriku merasa engkau memang bersinar...

Apakah diriku salah dengan hal itu... Rasa seakan menutup kenyataan... Rasa adalah sebuah kebenaran yang hakiki... Hanya karena Rasa cukup untuk membenarkan diri..

Penyesalan akan terjadi pada diri ini... Jika hidup hanya di lingkupi dengan rasa.. Dan dengan rasa diri berani menilai orang lain... Tanpa dengan melihat yang sesungguhnya terjadi

Rasa bagaikan sebuah penyakit yang mematikan diri... Mematikan "kroso" kepada diri dan orang lain.. Yang sebetulnya mereka tidak dalam kondisi yang kita rasa... Namun karena sudah menuhankan rasa maka kita membenci/mengasingkan orang lain...

KAS, 2/1/2021

Untuk membahas tulisan ini penulis akan membuka dengan sebuah cerita sebagai ilustrasi dan pembahasan dalam bab rasa dan kroso.  Dan cerita ini muncul dari diri penulis setelah melihat fenomena yang banyak terjadi sekarang ini.  dan cerita tersebut adalah sebagai berikut:

Ada seorang miskin  (sebut saja namanya A) yang ingin menjadi kaya namun dia adalah seorang pemalas.  A berpikir bagaimana seseorang bisa kaya tanpa harus kerja keras, maka dia mencari alternatif untuk mencari "pesugihan".  Dan kemudia si A pergi mencari informasi tentang pesugihan yang resikonya paling rendah namun cepat untuk mendatangkan harta yang banyak.

Setelah mendapatkan informasi maka si A pergi ke suatu tempat yang jauh di desa yang berada dilereng gunung yang tinggi.  Tibalah A di gunung itu dan menemui si B (seorang juru kunci sebuah sendang/mata air), dan singkat cerita si B menunjukkan prosedur bagaimana bisa mendapatkan pesugihan tersebut.

 Maka si A pun melakukan lelaku seperti yang dianjurkan atau SOP  yang dikatakan si B yaitu untuk menemui pesugihan harus melakukan mandi di pancuran itu selama sehari semalam.  Mandi itu dilakukan agar dia bisa ditemui oleh yang bahurekso bilik itu agar doanya dikabulkan.  proses mandi dilakukan dan setelah beberapa lama akhirnya ditemui si A oleh si penunggu bilik pancuran itu.  Si penunggu bertanya kepada A apa tujuan dia mandi disitu.  Dan si A pun menjawab bahwa tujuannya adalah agar cepat kaya.  

Penunggu itupun singkat cerita akan mengabulkan permintaan si A apabila mau memilih jawaban atas pertanyaannya.  Dan pertanyaan itu adalah: Apakah kamu ingin "kaya botak" atau "botak kaya"?  karena mendapatkan pertanyaan yang tidak terduga dan dalam kondisi yang kedinginan maka si A pun dengan reflek menjawab "kaya botak" dia berasumsi bahwa jawabannya benar karena dia mengartikan bahwa dirinya akan kaya tapi botak.

Dan tanpa menunggu lama si penunggu bilik pancuran air itu mengabulkan jawaban atas pertanyaannya yaitu kaya botak.  Singkat cerita si A pun langsung rontok rambutnya.  Begitu dia lihat rambutnya rontok dia senang sekali dan langsung keluar dari bilik untuk pulang kerumah, namun sebelumnya dia harus mampir ke juru kunci untuk pamitan.  Setelah sampai dirumah sang juru kunci di tanya apa jawaban si A, maka dengan lantang dia menjawab "kaya botak".  

Namun si juru kunci kasihan dan memberi nasehat ke si A bahwa jawaban kamu adalah salah, maka kamu tidak akan kaya dan kamu hanya menanggung botak selamanya.  Mendengar jawaban dan nasehat dari si juru kunci, si A lemas dan membisu serta lansung pulang tanpa banyak omongan.

Kebisuan si A pun berlanjut hingga beberapa bulan, bahkan keluarga dan kerabatnya sudah mengobatkan sampai ke rumah sakit dan tidak bisa membuatnya mau bicara.  Dan diam nya si A membuat pembicaraan orang sekampung bahkan keluargapun merasa pusing melihat kondisi A tersebut yang tidak bisa keluar sepatah katapun dari mulutnya

Suatu hari ketika si A duduk di depan rumah, melamun sendiri yang sudah menjadi kebiasaan setelah dia pulang dari kegagalan mencari pesugihan, keluarga dikejutkan dengan suara tertawa dan bicaranya si A. kenapa A tertawa dan berbicara?  Karena si A melihat si C yang juga gundul, dan si A merasa bahwa si C sama nasibnya dengan dirinya.  Padahal si C gundul karena dia melakukan potong rambut akibat dirinya diterima PNS.  itulah sedikit cerita tentang mana "rasa" dan "kroso".  

Berdasarkan cerita tersebut maka penulis akan membahas masalah rasa dan kroso sebagai berikut sebagai bekal kita memahami makna diri dalam empati antara rasa dan kroso.

Pemahaman Rasa dan Krasa

Rasa adalah sebuah hal yang dimiliki oleh manusia yang memang dibekali oleh Shadr (perasaan) sebagai bagian dari indra (Baca:indra dan akal manusia).    Rasa merupakan output dari rangsangan dari input jasmani manusia yang diterima oleh shadr, baik yang diolah sendiri maupun di "olah bersama" indra lain yaitu kepala, perut maupun dengan hati. Maka dalam membedakan rasa yang keluar dari diri kita tergantung informasi itu diolah sendiri oleh Shadr atau secara kompleks dengan indra lain yang dimiliki oleh manusia.

Untuk mengetahui makna dari rasa yang ada dalam diri kita maka perlu dikaji bagaimana rasa itu keluar dari diri kita, apakah merupakan bentuk individual kerja dari shadr atau hasil kompromi dari indra lain.  Pemahaman rasa ini akan memberikan arah dan sifat dari rasa itu sendiri jika kita bisa mengkaji lebih dalam.  Maka makna yang terkandung dalam kata "rasa" adalah sebagai berikut:

1. Rasa sebagai bentuk praduga 

Pemaknaan kata rasa sebagai bentuk praduga adalah merupakan ciri bahwa diri manusia dikuasai oleh Shadr (perasaan) yang dominan dan mengalahkan indra yang lain.  Hal ini berakibat bahwa apapun yang dilakukan/output yang keluar dari diri kita hanya di dasarkan atas perasaan (shadr).  

Hal ini berarti bahwa dalam kehidupannya diri kita sudah terkondisikan dengan rasa sebagai alat utama dalam berpikir, sedangkan kepala dan perut serta hati tidak memiliki peran dalam memutuskan keputusan yang diambil.  Diri kita yang berpikir dengan perasaan akan mengutamakan rasa dalam kehidupan sehari hari, maka akan berakibat diri menjadi lemah dan tidak memiliki prinsip dalam hidup.

Dalam buku Panduan disebutkan orang yang berpikir dengan Shadr yang akan membentuk praduga yang memiliki potensi untuk menyimpan hasrat dan kemauan  besar untuk berbuat baik atau kebenaran. Dan juga akan mampu melakukan kejahatan yang besar karena mampu menerima kejahatan dan kemunafikan.  Dan di dalam diri kita juga menyimpan perasaan cemas, ketakutan dengan kondisi dan realita yang sedang atau akan dialami. Hal ini berdampak hidupnya hanya berpikir secara jasmani yang berakar pada pemuasan materialisme karena sifat tersebut.

Orang yang berpikir dengan shadr adalah mereka yang memiliki potensi dan insting yang didasarkan atas peristiwa masa lalu baik sejarah, nostalgia atau trauma yang dialami masa lalu yang selalu dihubungkan dengan peristiwa yang akan dijalani di masa depan. Sehingga masa lalu selalu digunakan sebagai dasar untuk berpijak dalam bertindak dalam kehidupannya.  

Dalam bahasa Inggris rasa atas praduga ini mendekati dengan pemaknaan kata "want" atau keinginan.

2. Rasa sebagai bentuk sebab akibat

Kehidupan manusia yang dipenuhi dengan kecemasan dan ketakutan menjadikan diri perlu bekerja sama.  Jika kita berpikir kerja sama maka pasti orientasi kita adalah eksternal faktor, memang hal ini benar namun dalam kajian artikel ini adalah tentang diri.  Hal ini maka pembahasan adalah tentang organisasi diri yang perlu diperlukan oleh diri kita agar kita tidak terjebak dalam keinginan yang bersifat seperti praduga.

Organisasi dalam diri adalah merupakan usaha manusia untuk mengoptimalkan kerja dari indra yang dimiliki  yaitu kepala, Perasaaan dan perut serta Hati ditambah usaha untuk mendapatkan akal.  Rasa sebagai bentuk sebab akibat ini adalah organisasi seluruh indra yang dimiliki, namun kenyataannya adalah dominasi dari perasaan ditambah dengan indra yang lain yaitu kepala/perut/hati.  sehingga mengakibatkan belum optimal dalam action manusia dalam kehidupannya yang berakibat belum mencapai titik keseimbangan yang optimal.

Rasa yang muncul dari keinginan sebab akibat dari perasaan dan kepala, merupakan dominasi dalam diri yang muncul tindakan/rasa dari organisasi kecil yang ada dalam diri manusia.  Dominasi kepala dan perasaan ini mengakibatkan setiap output yang dihasilkan akan mencerminkan kepribadian pada diri manusia tersebut.  Bentuk positif dari organisasi ini adalah akan memunculkan nafsu yang sabar, suka berpikir logika dan penalaran, tafakur, intelektual, cerdas dan bijak.  Namun disatu sisi kepribadian ini bisa tersingkir karena tidak mendayagunakan ambisi perut dan mudah ditekan dan dikuasai.  Orang yang berada dalam penguasaan organisasi ini memandang cinta sebagai sebuah realitas yang harus dinikmati sesuai dengan harmoni kehidupan manusia.   Empati yang dimiliki orang type ini tergolong tinggi karena mereka memiliki rasa simpatik yang tinggi, suka berkumpul untuk bekerja sama dan saling mendekat., 

Rasa yang muncul dari keinginan sebab akibat dari perasaan dan perut, adalah menunjukkan diri yang memiliki sifat egoisme yang tinggi dan ambisi kehidupan yang kuat.  Kepribadiannya didominasi oleh rasa emosi dan ambisi untuk mengejar popularitas tanpa menimbang dengan intelektual (kepala) dan Hati. Diri yang dikuasi oleh perasaan dan perut terbiasa dengan kehidupan mengabaikan moralitas, malas untuk berpikir dan menginginkan serba cepat dan semua orang yang ada disekitarnya harus tunduk kepada dirinya.  Namun dari segi baiknya diri yang dikuasai oleh perasaan dan perut adalah orang yang manis dan lembut bicaranya, sopan dan santun,  dan memiliki kapasitas dibidang seni.  Dan kadang kadang merasa serba bisa, angat energi dan tak mengenal waktu sebelum ambisinya tercapai.

Rasa dan krasa yang keluar dari keinginan dari sebab akibat  ini jika kita ukur dengan bahasa inggris adalah sama dengan istilah willingness. 

3. Rasa sebagai bentuk keinginan diri manusia 

Manusia diciptakan oleh sang Pencipta dengan kesempurnaan jasmani dan ruhani, hal ini dapat dibuktikan dengan kelengkapan indra manusia yang merupakan pembeda dengan mahkluk lainnya dan sebagai konektitivitas denganNYA.  Dampak dari kelengkapan indra ditambah dengan hati dan akal agar manusia mampu untuk mengendalikan nafsu diri yang berguna untuk melakukan kegiatan dan kehidupannya bisa memisah yang baik dan yang salah.  

Kesempurnaan penggunaan indra manusia ini ditambah dengan akal berjalan bagaikan motor yang bergerak sinergi dan tersistem.  Hal ini berakibat bahwa keinginan yang muncul dalam diri manusia merupakan output dari informasi yang keluar dari sistem yang ada  dalam diri.  Sehingga mengakibatkan kehidupan yang dijalani adalah kehidupan yang penuh harmoni dan keseimbangan.

Keseimbangan hidup inilah mampu menciptakan rasa yang keluar dan harus dipenuhi oleh diri kita agar mampu bertahan hidup dan menjaga kelangsungan kehidupannya. Keseimbangan ini bukan semata mata untuk kehidupan di dunia dan perjalanan diri sebagai musafir namun juga untuk kebaikan manusia lain sebagai bentuk implementasi diri atas tugas sebagai manusia.   Kehidupan manusia yang mampu mengeluaran rasa yang baik ini ini adalah ciri manusia sejati yang mampu memahami hakekat sesuatu dan berbuat secara wajar serta tidak hanyut dengan rasa yang muncul akibat dari shadr atau nafsu yang menderu.

Rasa dan krasa yang keluar dari keinginan dalam diri manusia ini jika kita ukur dengan bahasa inggris adalah sama dengan istilah Taste.


Dimana mana terdapat rahasia dari Sang Pencipta... Yang bisa digunakan untuk bekal dalam kehidupan diri... Namun tidak semua orang mampu memahami... Apakah karena kemalasan diri atau karena salah dalam pengetahuan yang dipelajari...

Dimana mana terdapat rahasia dari Sang Pencipta... Banyak disebut sebagai kaum Yahudi, Nasrani, dan Majusi... Namun tidak semua orang mampu memahami hakekatnya... Apakah karena kebodohan dan kesombongan diri yang kita miliki..

Bukalah hatimu... bukalah matamu... Bersihkan telinga dan hatimu... Agar dirimu bisa menerima nasehat atau hidayah dari sang Pencipta

(KAS, 1/1/2021)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

DIRI DAN ASTROLAH SANG PENCIPTA

Terjebak Jalan Pulang

Pasukan Bergajah