DIRI DALAM BELAIAN MUSUH DAN TIKAMAN TEMAN

 Puisi Tikaman teman dan Belaian Musuh 

 Mereka sadar dan tahu akan diri kita, Mereka sadar akan posisi kita...
Yang terombang ambing ditengah lautan, 
hempasan badai dan golongan ombak besar bagaikan nyanyian kita..
Mereka teriak memanggil namun mulutnya terkunci,  
mereka ingin melempar tali namun tangannya terikat...
Itu adalah naluri seorang teman, namun nurani mereka mati karena terhimpit oleh kebutuhan

Mereka sadar dan tahu akan diri kita, Mereka sadar akan posisi kita
Yang sedang melakukan perjalanan bak musafir, 
Dengan bekal yang hampir habis bahkan hampir jadi pengemis
Mereka ingin membantu karena merasa dulu adalah teman dan sahabatnya, 
Namun karena pergaulan hidupnya jadi gersang, karena haus akan materi dan ambisi
Itu adalah naluri seorang sahabat, namun nurani mereka mati terpenjara dengan nafsu

Hempasan badai dan gulungan ombak adalah musuh kita, 
himpitan bekal dan jalan yang terjal adalah lawan kita...
Mereka adalah musuh dan lawan kita semua yang siap melenyapkan nyawa dan harga diri, 
Namun mereka berubah menjadi sahabat dalam bermusyafir...
Didikan mereka di perjalanan membuat diri kita kuat,  
Belaian musuh menjadi bahan perenungan diri...
Agar diri kita selalu kuat dalam berjalan, untuk pulang ke rumah Sang Pencipta..
Dengan badan yang kering kerontang, namun membawa aroma wewangian dari sang Pencipta...

Teman dan sahabat kita yang dulu menjadi tumpuan dalam kehidupan kita,  
terlena dan asyik dengan kehidupan yang semu dengan segala kenyamanan...
Bahkan asyik mengumpulkan pundi-pundi dinar untuk bekal kehidupan dunia, 
dan membuatnya laksana mengumpulkan kayu bakar...
Dengan badan yang tambun karena penyakit, dengan popularitas yang ada di pundaknya...
Namun aroma kedengkian dan keserakahan berubah menjadi aroma bangkai... 
karena seringnya membicarakan kesusahan diri kita...

Mengapa mereka berlaku demikian...
Mungkin karena diri kita yang tidak pantas untuk dekat dengan mereka.
Dan tidak cocok dengan mereka yang selalu memakai baju kebesaran...
Yaitu baju ego untuk memuaskan diri dan kelompoknya..
Karena baju seorang musafir adalah baju yang kumal, dan lusuh karena tempaan badai dan panas
Sehingga tidak pantas seorang "pengemis" yang selalu meminta bantuan
Untuk duduk bersanding dengan kaum berjouis
 Berjalanlah terus musafir musuhmu sudah berubah jadi temanmu..
Pantang menyerah dan sabar adalah bekal yang harus tersisa...

Ketahuilah musuh yang berbahaya dalam hidup kita, 
adalah kawan  yang berbalik menjadi musuh...
Mereka akan berusaha menjatuhkan diri kita,  
bahkan membalikkan bahtera perjalanan kita..
Karena mereka tahu tujuan kita... 
Mereka iri karena ketidakmampuan dirinya...
Dengan segala cara mereka lakukan untuk mematikan diri kita... 
(Ki Ageng Sumingkir, 1/12/2020)


Diri kita hidup ditengah kumpulan masyarakat

Semua orang di karunia ilmu oleh sang Pencipta untuk hidup dan melakukan perjalanan kehidupan di dunia ini.  Dengan ilmu tersebut manusia bagaikan mendapatkan penerang di perjalanan.  Maka orang yang berilmu adalah mereka yang memiliki lampu penerangan yang mampu menerangi jalan kehidupan, namun yang tidak berilmu bagaikan orang buta yang jalan di tengah kegelapan.

Ketika diri kita hidup ditengah masyarakat dalam maka wajib untuk berinteraksi/bergaul.  Pergaulan yang baik adalah pergaulan orang-orang yang ber"ilmu" banyak dan dan tinggi.  Maka dalam pergaulan itu akan banyak manfaatnya dibandingkan dengan orang yang tidak ber"ilmu".  Karena orang yang memiliki "ilmu" yang rendah akan memberikan "racun" dibandingkan dengan manfaat yang ada. (nb: ilmu adalah pemahaman ilmu agama yang berdasarkan buku Panduan asli).

Pergaulan di masyarakat/di tempat kerja pasti akan membentuk sebuah komunitas kelompok, yang terbentuk dari orang-orang yang memiliki tingkat pemahaman ilmu yang sama dan memiliki visi hidup yang sama.  Suatu misal ketika orang berkumpul di sebuah perkumpulan  di kampung, mereka adalah kumpulan orang-orang yang se level dalam pemahaman ilmu, jika ada orang yang level pemahaman ilmu tinggi namun tidak mau menurunkan levelnya maka tidak akan nyambung dengan omongan yang dibicarakan.  

Akibat dari pergaulan dan sering bertemunya diri kita dengan orang lain maka bisa memunculkan rasa persaudaran yang sering dikenal dengan nama kawan/teman.  Hal ini lah sebetulnya sebuah kebutuhan dalam diri kita. Orientasi ini samar, jika sebuah kebutuhan selama ini adalah sesuatu yang sifatnya fisik atau jasmani namun dalam kenyataan kebutuhan akan teman dan kawan dalam kehidupan adalah kebutuhan pokok dalam diri kita.  

Jika kebutuhan akan teman/kawan adalah samar maka kepuasan atau akhir dari kebutuhan ini adalah tidak tampak.  Intinya bahwa kebutuhan pertemanan dan persaudaraan adalah sesuatu yang wajib dimiliki namun akhir dari pertemanan dan persaudaraan adalah sesuatu yang tidak bisa dilihat, karena berhubungan dengan diri manusia sendiri.  Dan akhir kebutuhan adalah bisa merupakan awal "kondisi"  perjalanan dalam diri manusia selanjutnya.

Menemukan teman sejati

Menemukan teman yang baik adalah kebutuhan dalam diri kita, teman yang baik akan selalu mengingatkan dan memberikan pengetahuan/pemahaman tentang sesuatu hal.  Bukanlah seorang teman jika masih selalu berusaha menyembunyikan atau tidak menyampaikan informasi baik atau buruk yang berhubungan dengan diri kita.  Ketika seorang teman masih menyembunyikan informasi berarti dirinya sudah berusaha untuk menghindar dan menjauh dari kita, karena teman yang baik akan selalu berusaha mendampingi diri kita baik dalam suka maupun duku.  Saling support adalah bentuk mudah dalam memahami dan menemukan teman yang baik.

Ada nasehat dari para sufi tentang bagaimana diri kita bisa mengenal seseorang yang bisa kita jadikan teman adalah melihat dan mengenal dia pada waktu berbicara. Dari perkataannya diri kita akan mengenal bahwa teman itu teman yang baik atau teman yang suatu saat berubah menjadi musuh diri kita.  Karena dari ucapannya akan nampak kebohongan walaupun sebetulnya mereka tidak menampakkan itu, perkataan dari teman itu sebetulnya sudah mengatakan secara hati-hati namun karena gaya dan intonasi yang berlebih itulah yang menyebabkan terbongkarnya watak aslinya.

Para sufi menggambarkan bagaimana kata kata bisa menunjukkan sebuah kebohongan adalah digambarkan dengan contoh percakapan dua orang yang berteman.  A bercerita ke B dan mengatakan: Tadi malam yang gelap dan pekat saya melihat bayangan hitam yang menakutkan, apakah itu setan?   Mendengar perkataan A, si B menjawab: Tidak ada setan sekarang, setan takut dengan orang yang berani, maka lawanlah ketakutanmu dengan keberanian.  Kemudian si A menyahut:  "Bagaimana jika si teman dari bayangan itu tadi juga memberikan nasehat sama seperti kamudan apa yang aku lakukan jika si teman bayangan juga mengatakan ke bayangan itu untuk diam agar tidak bisa aku liat." dan si A melanjutkan: Lantas bagaimana aku bisa melihat keberadaannya? Si B menjawab: " tetaplah diam, liat bentuknya dan bersabarlah".

Percakapan itu bisa menunjukkan perkataan yang keluar dari mulut A dan B. Perkataan dari si A dan B cepat atau lambat keluar dari mulut mereka, atau jika tidak mungkin akan keluar kata kata dari mulut mereka tanpa disadari.  Mungkin juga akan muncul sebuah ide yang keluar dari benak, yang kemudian dari kata atau ide itu bisa melihat kondisinya. cerita atau sesuatu yang berusaha mempengaruhi teman adalah bentuk dan tindak tanduk yang menunjukkan bagaimana sesuatu yang ada pada dirinya.

Hal pertama tentang ucapan dari teman itulah yang seharusnya kita cermati kondisinya, apakah mereka berpura-pura/menyembunyikan sesuatu untuk tujuan tertentu.  Memang tidak semua diri kita mampu membaca makna dari perkataan, namun dengan belajar akan mudah diri kita dalam memahami makna yang ada dibelakang perkataan.    Ketika sebuah pembicaraan dengan teman adalah membicarakan orang lain, membicarakan hal hal yang remeh dan malah bukan membicarakan diri kita sendiri serta membicarakan tentang pemahaman ilmu maka itu termasuk pembicaraan yang "remeh".

Pembicaraan yang remeh adalah ibarat membuang waktu dengan pembicaraan yang kosong.  Pemahaman dalam buku Panduan bahwa diri kita jika terjebak dalam kondisi seperti itu maka termasuk golongan orang-orang "berhati sakit".  berhati sakit ini akibat pembicaraan yang kosong yang berakibat seperti memberi selimut tebal ke hati kita setiap kita membicarakan hal hal tersebut.   Semakin tebal selimut yang menutupi hati kita maka semakin sakit hati ini. Hati yang berpenyakit akan mengakibatkan diri kita sulit untuk menerima kebenaran dan keadaan diri kita yang ada.

Hal kedua yang penting dalam memilih teman yang baik adalah teman yang baik mereka yang selalu berusaha untuk mendalami pengetahuan dari buku Panduan.  sifat teman yang baik ini adalah mereka selalu menjaga keseimbangan dalam kehidupannya.  Dengan seimbang dalam kehidupannya maka jiwa mereka tidak ada rasa takut untuk selalu mengingatkan teman untuk berbuat baik dan menjauhi hal yang tidak baik.  Jika ada teman yang hanya mengingatkat kebaikan tapi tidak berani mengingatkan hal yang jelek terhadap teman maka sebetulnya dia tidak bisa menjaga keseimbangan.

Belaian musuh membawa kebenaran

Teman yang tidak bisa menjaga kesimbangan inilah sebetulnya awal mulanya seorang teman bisa menikam temannya sendiri.  Keseimbangan ini penting bagi diri kita dalam pertemanan.  Karena jika kita hanya berat pada satu sisi maka sisi lain akan diisi oleh hal-hal yang lain akibat penyakit hati. 

Maka cari dan bergaulah dengan orang yang bisa menjaga keseimbangan, walaupun itu dulu kita anggap sebagai musuh kita.  Karena musuh adalah orang yang berani menentang arus dan menentang "culture" yang salah.  Diri kita yang berani menentang arus mungkin dikatakan musuh bagi orang lain, namun keberanian kita bukan sekedar berani tanpa dasar tetapi berani karena dengan dasar buku Panduan. Dengan buku Panduan sebagai seorang yang dianggap "musuh" akan selalu mengingatkan temannya walaupun berat konsekuensinya.

Setiap musuh pasti akan selalu dibenci-diasingkan-disiksa bahkan akan dipenjara agar mereka tidak bisa bergerak atau bahkan mungkin sampai mati.  Ketika diri kita hanya ikut-ikutan memusuhi orang yang tidak tahu alasan ikut memusuhi, maka jelaslah diri kita adalah orang yang tidak memiliki otak. Maka ketika diri kita mengatakan orang itu musuh kita harus tahu alasannya, karena setiap manusia harus memiliki prinsip hidup pada dirinya sendiri.  orang yang hanya ikut-ikutan berarti mereka adalah orang yang tidak memiliki prinsip atau bahasa lain dikatakan orang yang tidak memiliki aqidah. 

Musuh sejati diri kita adalah diri kita sendiri,  ketika diri kita tidak mampu mengalahkan yang ada pada diri maka akibatnya kita tidak mampu menjaga keseimbangan.  Hal ini berakibat diri kita goyah dan kalah dalam peperangan.  Perang yang terhebat di dunia ini adalah perang terhadap diri kita sendiri.  Kekalahan perang dengan diri menjadikan diri kita linglung bahkan kehilangan pegangan hidup yang mengakibatkan diri kita bisa salah dalam mengambil langkah dalam perjalanan untuk mencari bekal.

Masalah tikaman teman adalah duri kecil dalam perjalanan.  Tidak perlu kita risaukan, ibarat duri hanya mengenai kaki bisa kita cabut dan kita buang serta tidak perlu lagi kita bergaul dengan teman (duri) itu. Perjalanan masih panjang buat diri kita dan duri adalah masalah kecil dalam perjalanan.

Janganlah diri kita terperosok dalam jurang kedengkian
Karena itu menambah selimut di hatimu
Janganlah diri kita terperosok dalam jurang keputusasaan karena bekal dan kondisi
Karena harapan masih selalu ada
Jangalanh diri kita selalu pergi dan menikmati tempat yang gelap
Karena matahari masih selalu setia menemani diri dalam kehidupan
(Ki ageng Sumingkir, 2/12/2020)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DIRI DAN ASTROLAH SANG PENCIPTA

Terjebak Jalan Pulang

Pasukan Bergajah