Postingan

DIRI : MENCARI HAKEKAT DAN PERJUANGAN MENUNTUT ILMU 1

DIRI : MENCARI HAKEKAT DAN PERJUANGAN MENUNTUT ILMU (bagian 1) Mengenal "Diri Sesungguhnya" Oleh: Pakde Amin (ki Ageng Sumingkir) Pendahuluan Ketika saya duduk dan melihat bulan september, teringat beberapa  dekade yang lalu perjuangan seorang ibu dengan taruhan nyawanya untuk melahirkan diriku.  Dalam benakku terpikirkan beratnya tugas seorang ibu dan secara sepintas terbesit dalam benakku apakah aku sudah berbakti kepada ibu (khususnya). Menangis diriku melihat kondisi ibuku yang sekarang ini sudah "sepuh" hidup sendiri dirumah besar yang dulu di huni oleh 11 anaknya.  Namun sekarang beliau sendiri tanpa teman dengan tubuh yang lemah dan sering sakit-sakitan.   semua saudaraku sudah memintanya untuk ikut salah satu putranya namun kebulatan tekat seorang ibu yang ingin tetap tinggal dirumah itu sampai akhir hayatnya besuk. Apakah diriku dan saudaraku Kejam dengan ibu? apakah aku dan saudaraku bukan anak sholeh?  tangisan hati ini membuat diriku untuk tidak mengecew

DIRI MANUSIA: ANTARA MUBAH DAN WAJIB

  DIRI MANUSIA: ANTARA MUBAH DAN WAJIB oleh : Pakde Amin (Ki Ageng Sumingkir) Pendahuluan Globalisasi dan kemajuan jaman sangat mempengaruhi pola pikir manusia. kodrat manusia sebagai mahkluk sempurna yang tertinggi derajatnya diantara ciptaan Tuhan semakin sulit untuk kita capai.  Kesulitan mencapai hakekat manusia ini sudah jarang dipikirkan oleh manusia, karena kita sering berpikir secara instan dan berpikir yang khasat mata saja.    Pemikiran yang instan dan khasat mata ini sudah merupakan budaya kita selama hidup.  Dan pemikiran yang seperti ini merupakan kemenangan para mahkluk lain yang "pada waktu" itu berjanji akan mengganggu manusia untuk bermetafosis menjadi mahkluk yang terbaik/sempurna dan menjadi wakil Tuhan di muka bumi ini. Kesadaran manusia semakin rendah, pemahaman ilmu agama semakin luntur dan pandangan hidup berupa yang berupa "BUKU" sudah berubah makna dan hakekatnya.  BUKU tetap sama namun hanya sekedar bacaan yang dilagukan atau dilantunkan,

Diri : antara Batas dan Batas yang Tidak Terbatas

Diri: Antara Batas dan Batas yang Tidak Batas Oleh: Mas Amin Ambil kapak  untuk  bobol penjara,  Setelah Kalian Menjebol penjara Kalian akan menjadi raja dan termashur pula Matilah kau, Matilah Dan Keluarlah dari awan Setelah keluar dari awan kalian akan jadi purnama yang gemilang berseri (Puisi Jalaludin Rumi)             Manusia hidup sekarang ini sudah merasa bebas.   Kebebasan sudah terpapar dengan asas demokrasi, yang menjadi slogan barat dalam melakukan intervensi yang mengatasnamakan   hak asasi manusia.   Namun ketika kita bertanya pada diri kita apakah betul hidup kita ini sudah terjamin kebebasan, atau malah sekarang banyak   kebebasan yang kebablasan.             Ketika kita di era kebebasan ini apakah kita merasa sudah tidak ada batas lagi, sebuah kebohongan jika diri kita sekarang dalam kebebasan di era demokrasi ini.   Demokrasi yang menjamin kebebasan malah sebetulnya menjadi keterbatasan dalam kita hidup untuk bermusafir mencari kebenaran.   Dengan dalih HAM dan demokra

Diri dan SHILOPSISME

Shilopsisme: sebuah Perenungan Diri Oleh Mas Amin Manusia hidup memiliki waktu yang sama dalam sehari, namun ketika mereka ditanyakan berapa lama merenung dalam sehari? Mereka menjawab jarang sekali kita merenung atas perbuatan kita dalam sehari ini, atau malah seminggu ini, atau malah mungkin selama hidup kita tidak pernah merenung apa yang telah kita lakukan dalam hidup ini. Padahal merenung adalah sebuah manifestasi dari perintah Allah yaitu Dzikir (ingat) pada diri kita sendiri dan diri kita sebagai manusia serta ingat kepada sang Pencipta. Ketika manusia/diri kita sudah tidak pernah melakukan “Dzikir”, maka seperti kita setiap hari melakukan penutupan hati kita dengan “selimut”.   Semakin banyak dan semakin lama selimut itu menempel pada “diri/hati” kita maka akan semakin keras diri/hati kita terhadap kondisi di sekeliling kita.   Allah sudah memastikan itu dalam firmannya dalam QS Al Baqorah ayat 7: خَتَمَ ٱللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ وَعَلَىٰ سَمْعِهِمْ ۖ وَعَلَىٰٓ أَ

Diri Manusia dalam Perspektif Khalifatul fil Ardh

DIRI MANUSIA : PERSPEKTIF KHALIFATUL FIL ARDH Oleh Mas Amin Berbahagia atau sedih ketika kita dilahirkan oleh ibu.   Kehidupan di alam baru yaitu dunia telah memberikan kita sebuah tanggungjawab yang besar untuk menjadi wakil Allah di bumi ini.   Sebagai wakil Allah pernah ditawarkan kepada seluruh mahkluk ciptaanNYA yang hidup dibumi ini, namun mereka semua pada menolak tapi mengapa manusia mau menerima? Atas dasar apa manusia dijadikan oleh Allah sebagai khalifatul fil ardh? Pertanyaan ini muncul jika kita mau berpikir, dan berpikir adalah tugas manusia selama dia masih bisa menghirup nafas kehidupan ini.   Namun kita sadari banyak manusia yang melalaikan tugas untuk melakukan perenungan.   Memang sudah diramalkan oleh Allah bahwa manusia banyak lupa untuk berpikir. Padahal selaku umat Islam kita diberi contoh oleh junjungan kita Muhammad SAW. Berpikir yang bagaimana yang harus dilakukan oleh manusia itu?   Jika melihat tulisan saya yang lain sudah saya singgung bahwa ma