Bijak Memilih Teman
Untuk membahas bagaimana memilih teman yang baik untuk dijadikan teman dalam bermusafir adalah penting dalam kehidupan manusia. Teman yang baik adalah teman yang memahami kebutuhan dan kekurangan dari temannya. Namun realita sekarang ini banyak orang yang berteman bukan dengan hati mereka melainkan berteman karena adanya kepentingan yang sedang diperjuangkan. Sehingga berteman ibaratnya adalah sebagai batu loncatan agar dirinya mampu mencapai tujuannya yaitu self interst yang dimilikinya.
Perjalanan yang panjang ini maka dibutuhkan banyak
teman untuk bersama-sama mengatasi problema dalam bermusafir karena adanya
teman tersebut akan menjadikan partner dalam berdiskusi mengatasi problema
dalam kehidupan. Tidaklah mudah dalam
melakukan perjalanan dalam hidup ini namun bukan hal yang mustahil bahwa
perjalanan akan sampai pada tujuannya.
Untuk itu diperlukan kiat-kiat agar tidak salah menemukan teman yang
dijadikan partner dalam perjalanan. Adapun
cara memilih teman adalah:
1.
Teman yang memiliki prinsip hidup yang sama
Fenomena
sekarang ini banyak manusia yang hidup tanpa prinsip bahkan tidak jarang banyak
diantara kita yang menjual agama dengan berpura-pura baik dan tekun
ibadahnya. Namun realita sesungguhnya
tidaklah demikian karena orang itu melakukannya adalah karena dirinya ingin
bertahan untuk hidup. Ketakutan akan
kekurangan bekal adalah faktor utama dirinya yang menyebabkan melakukan hal
tersebut. Faktor ini diakibatkan oleh
lemahnya keyakinan atau
Pentingnya
keyakinan hidup seseorang ibarat sebuah pondasi yang menjadikan bangunan kokoh
berdiri. Prinsip hidup ibarat pondasi
bangungan kokoh dan mampu menahan semua godaan yang menghampirinya. Diri yang demikian ini akan tidak mampu goyah
dengan seluruh godaan yang menghampirinya walaupun dalam kondisi “kekeringan”.
Orang
yang memiliki prinsip hidup yang kuat dapat dilihat dari pemahaman akan ilmu
yang dimilikinya. Sehingga mereka
dikatakan orang cerdas yang tak mampu dipermainkan
oleh kehidupan dunia. Sedangkan orang yang tidak cerdas akan mudah sekali
dipermainkan oleh kehidupan dunia dan
hidupnya seperti kehilangan akal. Orang
yang kurang cerdas ini manakala memegang jabatan dirinya akan berbuat
kezaliman/intimidasi/pembunuhan dan penghinaan terhadap orang lain serta kedua
tangannya akan selalu berlumuran kenistaan untuk mencapai tujuan hidupnya.
Orang
yang cerdas yang memiliki prinsip hidup akan terlihat dari sifat dirinya yang
penuh keiiklhasan karena hatinya selalu tertuju pada Sang Pencipta dan memiliki
sifat tawakal dengan mengharapkan kedatanganNYA. Dan orang yang cerdas dalam hidupnya akan
selalu menggantungkan harapannya kepada Sang Pencipta karena hatinya lurus
kepada Allah dan berdampak pada lurusnya segala apa yang dilakukan untuk
menghadapi urusannya.
2.
Bersifat hati hati
Orang
yang cerdas dalam memilih teman akan selalu melihat asal usul orang yang diajak
untuk bersama-sama dalam melakukan perjalanan kehidupan di dunia. Pemilihan teman bukan karena materi atau
jabatan yang dimilikinya melainkan karena dirinya memiliki hati yang
bersih.
Orang
yang memiliki hati yang bersih adalah mereka yang tidak memiliki cacat ruhani
artinya bahwa orang yang demikian adalah diri yang memiliki akar yang
kuat/jelas dan takut untuk berbuat kejahatan serta melukai orang lain. Orang yang
demikian adalah orang yang pantas untuk dijadikan teman karena dirinya akan
menuntun diri menuju kehati hatian dalam kehidupan untuk menuju keselamatan dan
kebahagiaan hidup di dunia dan akhir dunia.
Ketika
diri kita berhati hati selalu ada “musuh” yang berani untuk menggoda. Mereka lebih pintar dari diri kata dan
berkamuflase dalam sifat sifat orang yang baik yang memiliki hati yang
bersih. Untuk itu penting bagi diri kita
selalu pintar dan bertindak bijak di dalam pertemanan.
Bertindak
bijak bagi orang cerdas adalah selalu mengantisipasi setiap perubahan yang bisa
datang tiba-tiba dan sangat tidak diharapkan.
Untuk itu perlu kiranya diri untuk selalu bersiap menyambut perubahan
yang ada dihadapan kita dan harus selalu bisa melihat semua kenikmatan yang
menyertai langkah perjalanan kita.
Sedangkan orang yang tidak cerdas tidak pernah memperhatikan akibat dari
segala perbuatan dan tidak peduli dengan kemaslahatan yang menyertai dari
setiap perbuatan yang dilakukannya.
3.
Jauhi teman yang tidak baik 277
Pergaulan
dengan teman yang tidak baik laksana membuang waktu untuk perbuatan yang sia
sia atau melakukan pembicaraan kosong yang merupakan hal yang remeh. Pergaulan ini biasanya sekedar untuk membuang
waktu mengisi kejenuhan atau karena adanya masalah yang sedang dihadapinya. Diri yang berkumpul dengan orang orang
seperti ini biasanya akan banyak sendau gurau ataupun membicarakan aib orang
lain untuk menutupi beban yang dihadapinya.
Ketika meninggalkan majelis pertemanan ini diri kita pulang dalam kebejatan
atau keadaan gelap gulita dengan keinginan yang beraneka macam.
Jika
diri dalam kondisi gelap gulita seperti ini bukanlah mendatangi teman-teman
yang seperti itu melainkan diri harus selalu untuk ber”uzlah” atau mendatangi orang-orang yang baik agar
diri merasakan “kebaikan” dengan pembicaraan yang ada pada majelis itu. Dengan begitu diri akan merasakan kedamaian
hati karena merasakan kesejukan dan sinar yang menerangi nurani. Kesejukan dan sinar tersebut akan kembali
menguatkan tekat diri untuk tekad dan kemauan dalam menyelesaikan urusan
kehidupan di perjalan hidup ini.
4.
Menjauhi hamba dunia
Hamba dunia adalah mereka yang hidupnya
disibukkan dengan kehidupan dunia dari bangun tidur sampai menjelang tidur
lagi. Mereka beribadahpun tidak memiliki
nilai karena yang dilakukannya adalah hanya sebuah simbulitas dan ritualitas
sehari-hari. Orang yang sibuk dengan
kehidupan dunia ini tidak mungkin memiliki perhatian pada urusan akherat. Jika anak muda maka hidupnya adalah sekedar
menghabiskan waktu untuk kesenangan dan
jika sudah beristri maka perhatiannya tercurah pada bagaimana dirinya mencukupi
nafkah keluarga dengan pencarian harta dan popularitas demi ambisi hidupnya.
Hamba dunia selalu mencari pembenaran atas apa
yang dilakukannya terutama hal yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan
(materi). Sehingga hidupnya tidak pernah
merasakan tentram atau kebahagian.
Karena jalan hidupnya menjadikan hati semakin tertutup oleh kepentingan
yang bersifat duniawi. Rasa kemanusiaan
dan nuraninya akan semakin hilang digantikan dengan kepentingan untuk memuaskan
dan mencukupi dirinya sendiri.
Manusia yang sadar dengan kondisi seperti ini
akan melakukan perenungan diri agar mendapatkan teman yang baik. Karena di era sekarang ini sangatlah sulit
untuk mencari teman yang mau memikirkan/mementingkan orang lain dan yang bisa mengisi
kekurangan dari teman-temanya. Bahkan
tidak jarang kita melihat banyak orang yang suka dan tertawa ketika melihat
temannya dalam “kekeringan” akibat ulah mereka.
Mereka bukannya menolong malah menjadikan bahan ejekan dan pembicaraan
yang mengakibatkan orang yang perlu dibantu menjadi semakin tersudut karena
omongan yang mereka keluarkan.
Itulah pentingnya diri dalam memilih teman yang
bukan hamba dunia. Perenungan yang
mendalam dengan memperhatikan orang-orang yang berada di sekitar kita akan
mempermudah diri dalam memilih teman yang baik.
Maka tinggalkanlah teman yang tidak baik dan carilah teman yang baik
untuk dijadikan teman dalam perjalanan menuju rumah Sang Pencipta.
Komentar
Posting Komentar